Terus-terusan, orang tua kirim email ke saya dan minta dikasih nama sekolah2 yang paling baik dan dikasih informasi ttg sekolah2 yg buruk agar bisa dihindari. Dan selalu harus dijelaskan bahwa informasi itu tidak bisa diberikan. Banyak sekali orang tua selalu sibuk mencari sekolah bagi anaknya. Banyak anak pindah sekolah terus, dan ada yang tetap di sekolah yg sama, tapi guru bergantian terus karena setiap tahun banyak guru mengundurkan diri (biasanya itu tanda adanya masalah dgn managemen sekolah).
Banyak orang mampu inginkan pendidikan
berkualitas bagi anaknya. Tapi orang tidak mampu juga menginginkan hal yang
sama. Yang tidak inginkan hal itu adalah PEJABAT. Dana pendidikan dikorupsi
terus, gaji guru bisa tidak dibayar berbulan2 (dimanfaatkan dulu, dibayar
belakangan), fasilitas sekolah jadi kesempatan korupsi, pembangunan sekolah
dikorupsi (makanya atap ambruk terus), dan orang tua serta generasi mendatang
yang dirugikan.
Daripada orang tua, guru dan siswa BERSATU, untuk
menuntut pendidikan berkualitas bagi semua anak Indonesia, masing2 cari uang
terus, agar anaknya bisa dikirim ke sekolah2 swasta. Dan pengusaha sudah
melihat “demand” jadi mrk siap menyediakan “supply”. Pendidikan menjadi ladang
bisnis murni. Supply and demand.
Beda sekali dgn Finlandia, yang MELARANG
sekolah swasta. Efeknya? Anaknya orang kaya dan orang mampu harus masuk sekolah
NEGERI dan tidak ada “sekolah favorit”. Efeknya? Orang tua yang kaya dan mampu
berjuang terus agar SEMUA anak bisa dapat sekolah yang berkualitas!!!
Indonesia? Korupsi dan sekolah swasta saja yg
diberikan. Bukan pendidikan berkualitas bagi semua anak. Dan karena sekolah
swasta baru buka terus, semua orang tua bingung pilih. Tapi karena ada pasal
“pencemaran nama baik”, konsumen yang pakai sekolah2 itu dilarang keras
menyampaikan pendapatnya ttg kualitas sekolah ke publik. Sekolah2 swasta sudah
siapkan pengacara mahal utk menjaga citra BISNIS mereka.
Tapi karena sekolah swasta didirikan oleh
pengusaha, dan diisi dgn siapa saja yang bisa berbahasa Inggris (“Kita sekolah
bilingual lho!”) yang bukan guru, maka hasil pendidikan di situ juga menjadi
tidak jelas. Dalam kata lain, anak anda menjadi “kelinci percobaan” bagi
seorang pengusaha, yang tidak bisa prediksi hasil dari kurikulum yang mereka
cipatakan sendiri (oleh orang yang bukan guru).
Welcome to Indonesia, di mana masa depan anak
bangsa tidak penting bagi pejabat atau orang kaya. Masing2 hanya utamakan
anaknya sendiri, bukan masa depan negara. Rakyat diam dan manggut-manggut di
depan pejabat yg tidak berikan pelayanan berkualitas… Daripada bersatu, dan
utamakan kemajuan negara utk kepentingan bersama.
-Gene Netto
No comments:
Post a Comment