[UPDATE: Anak ini sudah wafat pada tanggal 26 April, 2017]
Seorang anak dalam pesantren di Malaysia sering dipukul oleh gurunya sehingga alami perdarahan, dan darah beku di kakinya. Hasilnya, kedua kakinya sudah diamputasi, dan mungkin salah satu lengannya juga harus diamputasi nanti. Saya baca berita ini di BBC, tapi sepertinya belum masuk media Indonesia.
Pelajar Tahfiz Meninggal Dunia
http://m.utusan.com.my
Seorang anak dalam pesantren di Malaysia sering dipukul oleh gurunya sehingga alami perdarahan, dan darah beku di kakinya. Hasilnya, kedua kakinya sudah diamputasi, dan mungkin salah satu lengannya juga harus diamputasi nanti. Saya baca berita ini di BBC, tapi sepertinya belum masuk media Indonesia.
Ternyata pemerintah Malaysia tidak punya wewenang
utk memeriksa pesantren. Jadi guru dan ustadz di sekolah agama bisa memukul
anak semaunya. Guru cukup membela diri dgn menyatakan “niat mendidik” seperti
yang sering terjadi dalam sekolah2 di Indonesia juga. Ini hasil dari sistem
pendidikan yang tidak punya akar dalam ILMU PENDIDIKAN ataupun dalam PSIKOLOGI
ANAK.
Mungkin dalam banyak pesantren, kebanyakan
ustadz (guru agama) tidak pernah belajar ilmu pendidikan ataupun psikologi
anak, dan sebatas teruskan apa yang pernah mereka alami di pesantren zaman dulu.
Atau mereka merekayasa sebuah sistem pendidikan yang mereka anggap baik, tanpa
ilmu. Guru yang memukul siswa merasa “sedang memberikan pelajaran”. Tapi karena
tidak ada wewenang kementerian pendidikan untuk memeriksa dan menjaga kondisi
anak, hasil yang paling ekstrim adalah kematian anak, atau seperti dalam kasus
ini, kedua kaki anak diamputasi setelah dipukul berkali-kali.
Mendirikan “sekolah” tanpa guru seperti
mendirikan rumah sakit tanpa dokter. Orang tua harus waspada sendiri, dan
pemerintah seharusnya punya wewenang utk periksa semua lembaga yang “mendidik”
anak.
-Gene Netto
Pelajar Tahfiz Dipotong Kedua-Dua Kaki Akibat
Sering Dipukul Pembantu Warden
JOHOR BAHRU 20 April - Seorang pelajar sebuah
pusat tahfiz swasta di Kota Tinggi terpaksa dipotong kedua belah kakinya yang
dijangkiti kuman dan darah beku setelah didakwa sering dirotan pembantu warden
asrama pusat tahfiz berkenaan baru-baru ini.
Ibu pelajar terbabit, Felda Wani Ahmad, 40,
berkata, anaknya, Mohamad Thaqif Amin Mohd. Gaddafi, 11, yang merupakan anak
ketiga daripada lima beradik itu mendaftar masuk ke pusat tahfiz berkenaan pada
27 Januari lalu.
Malaysia schoolboy 'beaten by warden' risks losing
arm
No comments:
Post a Comment