Search This Blog
Labels
21 December, 2022
Sebuah Studi Menunjukkan Bahwa Anak Tidur Lebih Nyenyak Ketika Mereka Memiliki Rutinitas Tidur Setiap Malam
Pemimpin studi itu, Jodi Mindell PhD, profesor psikologi di Saint Joseph's University, menyatakan bahwa rutinitas jam tidur itu sangat menolong orang tua yang ingin cepat tidurkan anak, dan juga dapat hasil kualitas tidur anak sepanjang malam menjadi lebih baik. Rutinitas tidur yang positif juga bisa manfaatkan beberapa kegiatan yang menyenangkan bagi anak, seperti mandi dengan air panas, gosok gigi, pakai piyama (baju tidur), diajak diskusi, dan dibacakan buku oleh orang tuanya. Satu hal lagi yang ditemukan dalam studi ini adalah efek dari rutinitas tidur adalah universal. Di semua negara, dengan budaya yang berbeda, rutinitas tidur membawa hasil positif yang sama bagi anak.
Study Shows That Children Sleep Better When They Have A Nightly Bedtime Routine
Study is the first to show dose-dependent relationship between bedtime routines and better sleep outcomes. American Academy of Sleep Medicine
https://www.eurekalert.org/news-releases/796007
Baca juga:
The 7 Reasons Your Kid Needs Sleep
https://www.parents.com
Shalat Jumat Yang Keliling Dunia Seperti Gelombang
(Saya mengirim tulisan ini kepada seorang pria yang sedang belajar tentang Islam, untuk membantunya berpikir tentang apa yang dilakukan orang Muslim setiap hari Jumat, di seluruh dunia.)
Sekarang jam 1 siang pada hari Jumat. Saya baru saja selesai menunaikan shalat Jumat di Indonesia, bersama sekitar 100 juta pria dan anak laki-laki. Dan sekarang akan muncul sebuah "gelombang" yang terjadi di seluruh dunia, di mana pria dan anak laki-laki di setiap negara akan pergi ke masjid pada siang hari, membasuh muka, lengan, dan kaki mereka, lalu berdiri dengan tenang di belakang seorang imam, menghadap Kabah (Rumah Tuhan yang pertama di bumi ini, yang dibangun oleh Nabi Ibrahim) di Makkah, dan melakukan shalat (berdoa) dengan cara yang sama kepada Tuhan Yang Maha Esa. Satu ibadah (doa), satu metode, satu bahasa, satu arah, satu pemimpin, satu Kitab Suci.
Sesudah Indonesia, jutaan orang di setiap negara, akan melakukan shalat yang sama, dengan format yang sama, pada siang hari juga di Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Pakistan, Afghanistan, Kazakhstan, Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan, Iran, Irak, Yaman, Somalia, Ethiopia, Tanzania, Arab Saudi, Yordania, Palestina, Suriah, Turki, Sudan, Mozambik, Mesir, Libya, Nigeria, Niger, Mali, Senegal, Aljazair, Tunisia, Maroko, Spanyol, Prancis, Jerman, Belanda, Inggris, Kanada, dan Amerika. (Dan banyak negara lain yang tidak disebutkan.)
Shalat Jumat akan berlanjut di seluruh dunia, hingga sekitar 1 miliar pria dan anak laki-laki selesai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara yang sama, pada siang hari di setiap negara. Dan minggu depan, akan terulang lagi. Tolong jelaskan, agama yang mana selain Islam yang pernah sanggup melakukan hal serupa dalam 10.000 tahun terakhir?
Kewajiban agama ini, yang disebut Shalat Jumat, diajarkan oleh Muhammad (SAW), yang merupakan Nabi Terakhir dari Tuhan Yang Maha Esa, yang diutuskan kepada seluruh umat manusia. Dan tata cara shalat itu tidak berubah selama 1.400 tahun. Tidak ada yang menggantikan bahasa Arab dengan bahasa ibu mereka. Tidak ada yang menambahkan atau menghapus tindakan atau gerakan apa pun dalam shalat itu. Tidak ada yang menggunakan selain ayat-ayat suci dari Al-Qur'an (Perjanjian Terakhir dari Tuhan, yang menggantikan Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama). Dan Al Qur'an itu masih digunakan dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab, yang juga merupakan bahasa ibu dari Nabi Muhammad (SAW). Dan jumlah pria dan anak laki-laki yang melakukan shalat ini setiap hari Jumat bertambah terus setiap tahun.
Saya berharap informasi ini bisa membantu anda untuk merenung secara serius tentang skala globalnya Islam, dan sekitar 2 miliar Muslim yang terus mengikuti Nabi Terakhir Muhammad (SAW).
Salam,
-Gene Netto
07 December, 2022
Kalau Mau Belajar Sejenak Tentang Dakwah…
Saya sudah membuat teks Al Fatihah itu dulu untuk non-Muslim di seluruh dunia. Saya konsultasi dengan puluhan orang Muslim dan non-Muslim, di mancanegara. Teks itu bukan untuk Muslim, bukan untuk Indonesia, tidak sesuai ejaan bahasa arab, dan tidak sesuai transliterasi di buku teks. Kenapa? Karena tidak dibutuhkan. Yang dibutuhkan adalah teks yang bisa dibaca oleh 10 juta orang dari puluhan negara, dan terasa "cukup baik", tanpa contoh, tanpa guru.
Panjang pendek (Laa daripada La) boleh diganti. Tapi DZI daripada THI tidak bisa. Tidak ada kombinasi huruf DZ dalam bahasa Eropa. Jadi orang asing yang melihatnya akan bingung. Baca DEH-ZET? Atau D-ZEE? Atau bagaimana? Tapi kalau melihat THII, bisa dicoba sendiri, karena terbiasa melihat bentuk TH dalam bahasa mereka.
Begitu sederhana prosesnya. Dipikirkan dulu, apa yang mudah, sederhana, jelas, dan tidak perlu keterangan, sehingga mereka bisa mendapatkan rasa "berhasil". Tujuan teks Al Fatihah itu adalah: Non-Muslim di puluhan negara berusaha membaca, merasa "bisa", merasa "Kok semudah itu ya?", merasa bahwa shalat dalam Islam sederhana, merasa Al Fatihah seperti puisi, dan setelah baca terjemahan, berpikir kok hanya itu saja yang diucapkan orang Muslim dalam shalat setiap hari? Kalau mereka dapat perasaan seperti itu, tujuan teks tercapai.
Dan semoga setelah itu, mereka menjadi penasaran untuk belajar lagi, dan membahasnya dengan orang Muslim di komunitasnya. Jadi bukan "sempurna" atau "sesuai buku teks" yang dibutuhkan. Dakwah terhadap non-Muslim ada tata caranya tersendiri. Tapi mohon maaf, banyak Muslim di sini (termasuk banyak Ustadz) tidak belajar tentang metode dakwah, jadi sulit bagi mereka membuat non-Muslim tertarik pada Islam, karena kurang paham caranya. Jadi hanya bisa fokus pada umat Islam saja. Sayangnya.
Tolong dipikirkan. Kalau mau bicara dengan non-Muslim, mulai dengan berikan yang paling sederhana dan mudah dipahami dulu. Mereka belum membutuhkan yang sempurna. Mereka butuh yang MUDAH. Semoga bisa dipahami.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
06 December, 2022
Hasil Pertemuan Dengan Muallaf Jerman
Assalamu’alaikum wr.wb. Kemarin saya bertemu dengan seorang muallaf dari Jerman, bernama Nathan (sebelah kiri di foto). Ternyata, dia baru masuk Islam 3 minggu, tapi sudah shalat 5x per hari, dan juga shalat di masjid! Luar biasa. Saya minta dia baca Al Fatihah dan ucapannya sudah bagus! Dia jelaskan masa mudanya yang penuh perbuatan buruk. Lalu, dia amati seorang kenalan Muslim di Jerman, dari Afghanistan. Mengalami banyak kesulitan, kenapa selalu tenang? Nathan merenung. Dibesarkan sebagai Kristen, tapi meragukan kebenarannya. Setelah proses "pencarian" beberapa tahun, dia merasa yakin bahwa hanya Islam yang merupakan kebenaran. Jadi dia masuk Islam.
Setelah saya tahu dia masuk Islam karena perasaan hati, saya ingin memperkuat keimanannya dengan ilmu agama berdasarkan logika juga. Saya membahas semua agama, dan bandingkan ajarannya dengan Islam. Saya juga jelaskan tentang Rasulullah SAW, mukjizatnya, Al Qur'an yang tidak pernah berubah, 2 milyar Muslim yang selalu berusaha mengikuti Nabi (tidak ciptakan ajaran dan ibadah sendiri), dan punya contoh akhlak mulia dari Nabi sebagai target kita untuk memperbaiki diri. Kami diskusi selama 5 jam, dan terlihat dia berusaha menahan rasa menangis ketika saya membahas Rasulullah SAW dan usahanya menyampaikan kebenaran kepada kita. Saya berusaha memberikan ringkasan ilmu agama dari 27 tahun dalam 5 jam. Dan alhamdulillah berhasil!
Nathan sudah menikah kemarin, dan ingin kembali ke Jerman untuk satu tahun, dan kerja di sana sebagai chef untuk kumpulkan uang, lalu kembali dan menetap di sini. Mohon doanya dari semua teman bagi Nathan. Semoga Allah SWT berikan petunjuk dan hidayah terus, dan keimanan dan ketaqwaan yang kuat. Aamiin, Aamiin, ya Rabbal ‘Aalamiin.
[Tulisan ini boleh disebarkan].
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
25 November, 2022
Istri Belum Setrika Baju Suami, Dilarang Pergi Ke Rumah Orang Tua?
[Pertanyaan]: Assamualaikum pak ustadz Gene Netto, Apakah saya berdosa jika saya melarang istri saya main ke rumah ortunya jika urusan rumah tangga seperti menyetrika dan memasak dalam satu hari belum tuntaskan. Kalau dituntaskan dahulu saya tidak melarang istri saya main ke rumah ortunya.
[Jawaban]: Wa alaikum salam wr.wb. Cukup kita bahas kalimat ini saja: "…jika urusan rumah tangga seperti menyetrika dan memasak belum dituntaskan." Apakah di dalam Akad Nikah dulu, ada janji bahwa istri wajib masak dan menyetrika baju? Apakah bapaknya mengatakan: "Saya nikahkan anak saya, dengan mas kawin 10gm emas, dan jaminan anak saya akan masak, cuci baju, setrika, buang sampah, menyapu, mengepel, bersihkan sepatu, dan siap layani semua urusan rumah tangga dari A-Z agar suami bisa duduk manis dan nonton bola sepuasnya, tanpa perlu kerja sedikitpun!"
Ada jaminan seperti itu dalam akad nikah? Tidak? Kenapa anda anggap semua itu "tugas istri dalam pernikahan"? Apa ada ayat Al-Qur'an yang menyatakan "Masak adalah tugas istri"? Tidak? Kenapa anda anggap itu "tugas istri"? Koki-koki terkemuka di dunia adalah laki-laki semua! Di banyak negara, ada suami yang pulang dan masak bagi keluarganya karena istrinya capek setelah menjaga 3 anak balita. Banyak suami dan istri melakukan tugas rumah tangga secara bergantian atau dikerjakan berdua.
Mungkin ketika menikah, anda merasa sudah menikah dengan "pembantu rumah tangga". Segitu rendah pandangan anda terhadap istri? Anda melihat istri yang mencintai anda, dan menjadi ibu dari anak anda, lalu anda berpikir, "Pembantu rumah tangga saya mau ke rumah orang tuanya tapi belum setrika baju! Kurang ajar!" Coba baca hadits di bawah ini tentang pembantu dan merenung. Ini sikap seorang Muslim terhadap pembantunya! Pembantu saja harus dibantu ketika kerjakan tugas rumah tangga. Apalagi istri!!
Rasulullah SAW bersabda, "Pelayan-pelayanmu adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka bernaung di bawah kekuasaanmu. Barangsiapa saudaranya yang berada di bawah naungan kekuasaannya hendaklah mereka diberi makan serupa dengan yang dia makan dan diberi pakaian serupa dengan yang dia pakai. Janganlah membebani mereka dengan pekerjaan yang tidak dapat mereka tunaikan. Jika kamu memaksakan suatu pekerjaan hendaklah kamu ikut membantu mereka." (HR. Bukhari)
Mohon maaf, tapi pola pikir anda yang samakan istri dan pembantu rumah tangga (karyawan yang dibayar) sangat keliru dan jauh dari contoh mulia Rasulullah SAW. Apakah istri anda tidak lebih dari itu dalam hati anda? Coba membangun komunikasi berkualitas dengan istri. Minta tolong kepadanya untuk masak dulu (kalau anda capek), dan jangan menuntut! Dan anda juga bisa belajar masak! Mungkin istri anda akan tambah sayang kepada anda, kalau anda juga masak, cuci piring, cuci baju, setrika, sapu lantai, dan kerjakan tugas rumah tangga yang lain.
Kalau berhenti melihat istri anda sebagai "karyawan" (pembantu), tetapi melihatnya sebagai pasangan idaman bagi anda, mungkin hubungan anda akan tambah baik. Dan melarang istri bertemu orang tuanya merupakan tindakan yang tidak mulia dan tidak ada landasan agamanya. Coba sebaliknya, dan malah suruh dia sering ketemu orang tuanya. Insya Allah dari kemuliaan itu, pernikahan anda akan dilimpahkan rahmat Allah yang sangat luas. Tolong pikir kembali. Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
-Gene Netto
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Kaum mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian ialah yang terbaik kepada istri-istrinya." (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)
Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian kepada keluargaku." (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dari al-Aswad, ia mengatakan, "Aku bertanya kepada 'Aisyah ra., 'Apa yang diperbuat Nabi SAW dalam keluarganya?' Ia menjawab, 'Beliau membantu istrinya lalu ketika waktu shalat telah tiba, maka beliau beranjak untuk menunaikan shalat.'" (HR. Bukhari At-Tirmidzi, dan Ahmad)
Dari 'Urwah, ia menuturkan: "Seseorang bertanya kepada 'Aisyah, 'Apakah Rasulullah SAW mengerjakan sesuatu di rumahnya?' Ia menjawab, 'Ya, beliau menambal sandalnya, menjahit bajunya, dan bekerja di rumahnya sebagaimana salah seorang dari kalian berbuat di rumahnya.'" (HR. Al-Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ahmad)
19 November, 2022
Kenapa "Murid Tenggelam" Harus Menjadi Berita Normal Di Indonesia?
Assalamu’alaikum wr.wb. Berita tentang anak yang tewas dalam kegiatan sekolah bisa dipandang dengan dua cara berbeda. Pertama, ada padangan "biasa" dari kebanyakan guru, ustadz, dan masyarakat Muslim: Salah sendiri, kenapa santri itu main ke tengah ombak? Padangan kedua, dari orang yang perhatikan ilmu pendidikan: Kenapa 100 anak dibawa ke tempat berbahaya, tanpa ditentukan aman, tanpa pengawasan yang cukup, tanpa daftar larangan dan sanksi?
Kebanyakan orang hanya salahkan korban, lalu lupakan beritanya. Oleh karena itu, terjadi terus, tanpa perubahan. (Anaknya orang lain yang tewas, bukan anak saya, kenapa perlu dipikirkan? Takdir!) Tetapi dari padangan berbeda, berbasis ilmu pendidikan, kegiatan itu sendiri bisa salah dari awalnya. Lokasi harus ditentukan aman. Kalau ada bahaya, misalnya di pinggir laut, harus ada aturan jelas. Misalnya: Main ke tengah ombak tanpa izin, otomatis dikeluarkan dari pesantren!
Jumlah anak berapa? Jumlah pengawas dewasa berapa? Kalau di pinggir laut, apa ada kapal kecil yang bisa langsung digunakan untuk selamatkan anak? Apa ada pelampung? Apa semua anak bisa berenang? Apa ada orang lokal yang bisa jelaskan lokasi aman? Kalau ustadz dan guru peduli pada keselamatan anak sebagai prioritas, seharusnya jarang ada anak yang tewas dalam kegiatan sekolah. Tapi keselamatan anak belum menjadi prioritas. Jadi persiapan hadapi kondisi darurat adalah NOL.
Mohon maaf, tapi banyak orang yang bertugas mendidik anak tidak punya ilmu pendidikan yang baik. Hasilnya, anak Muslim tewas terus. Dan rakyat tidak mau tahu, selama anak mereka aman. Yang tewas itu takdir Allah, musibah, dan sama sekali bukan kelalaian orang dewasa. Jadi tidak ada yang perlu bertanggung jawab, tidak perlu terjadi perubahan, tidak perlu SOP nasional untuk kegiatan di luar sekolah. Bagaimana kondisi ini bisa berubah kalau 100 juta orang tua Muslim belum mau bersatu untuk pedulikan anaknya orang lain?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Santri Ponpes Al-Mukmin yang Hanyut di Pantai Seruni Ditemukan Tewas
Jumat, 18 Nov 2022 Gunungkidul - Santri M. Yuski Fahimudin (18) ditemukan meninggal dunia tidak jauh dari lokasi kejadian. Rombongan 100 orang dari Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo menginap di Pantai Seruni. "Korban bersama empat temannya sudah berulang kali diingatkan agar jangan terlalu ke tengah tapi dihiraukan."
https://www.detik.com
17 November, 2022
Studi: Anak yang Berteman dengan Orang Kaya Berpeluang Keluar dari Kemiskinan
Novia Aisyah – detikEdu, Sabtu, 05 Nov 2022 Jakarta - Hubungan dengan orang lain bisa berpengaruh secara signifikan, tetapi memperkirakan bagaimana relasi tersebut mempengaruhi status ekonomi seseorang tentunya adalah urusan yang cukup rumit. Namun, sebuah studi yang dipublikasikan melalui jurnal Nature pada 1 Agustus 2022 lalu menjelaskan, persahabatan antara individu yang lebih kaya dan lebih miskin pada masa kanak-kanak berkaitan dengan peningkatan pendapatan anak-anak miskin di masa depan.
Studi tersebut bertajuk Social Capital I: Measurement And Associations With Economic Mobility. Ekonom Raj Chetty dari Harvard University bersama timnya menggunakan sekitar 72 juta pengguna Facebook berusia 25-44 tahun di Amerika Serikat untuk penelitian ini. Tim peneliti menemukan, jika seorang anak yang cenderung miskin tinggal di area yang membuat mereka bisa berteman dengan anak kaya, maka anak miskin tersebut berpeluang memperoleh pendapatan 20 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata.
https://www.detik.com
Al-Qur’an Penuh Dengan Petunjuk Bagi Orang Yang Beriman
138. (Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS. Ali Imran 3:138)
76. Sungguh, Al-Qur’an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebagian besar dari (perkara) yang mereka perselisihkan.
77. Dan sungguh, (Al-Qur’an) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS. An-Naml 27:76-77)
52. Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS. Al-A’raf 7:52)
9. Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,
(QS. Al-Isra’ 17:9)
101. Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja”. Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui.
102. Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
(QS. An-Nahl 16:101-102)
43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
44. (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan,
(QS. An-Nahl 16:44)
2. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
4. dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.
5. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(QS. Al-Baqarah 2:2-5)
20. Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
(QS. Al-Jathiya 45:20)
54. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
(QS. Al-Kahf 18:54)
Apa Budaya “Diam Dan Taat “Bagi Anak Kurang Tepat?
Assalamu’alaikum wr.wb. Pernah ada berita tentang seorang guru SD di Depok yang sodomi belasan anak DI DALAM KELAS pada saat jam pelajaran berlangsung. Sungguh luar biasa. Orang tua berasumsi anaknya akan aman di sekolah. Tapi bahaya ada di mana-mana, dan di sekolah juga ada. Salah satu faktor utama dalam kejadian seperti ini (pencabulan siswa oleh gurunya) adalah budaya pendidikan.
Kebanyakan anak diajarkan untuk diam dan taat pada orang tua dan GURU, dan juga pada orang dewasa yang lain. Tidak diajarkan untuk berpikir sendiri, dan berpikir apakah mereka mau setuju atau tidak dengan suatu perkara. Sikap “diam dan taat” yang diharapkan oleh orang dewasa. Lalu karena di banyak SD tidak ada pendidikan seks, dan kebanyakan orang tua “malu” membahas anatomi tubuh dan fungsi biologis, maka ketika anak disuruh buka celana oleh gurunya, TIDAK BANYAK YANG BERANI MENOLAK.
Mungkin mereka merasa malu. Tapi sudah disuruh oleh guru, jadi apa boleh buat? Bagaimana caranya menolak? Apalagi kalau diancam nilai sekolah jadi jelek? Bisa cari perlindungan dari guru jahat di mana? Apa guru lain akan peduli dan melindungi? Ternyata, kebanyakan siswa tidak melihat guru sebagai sahabat dan pelindung terhadap mereka. Jadi mereka hanya bisa diam. Masih berpikir tentang apa yang mesti dilakukan, sudah selesai dicabuli oleh sang guru.
Anak SD perlu dididik bahwa orang lain dilarang menyentuh kemaluan mereka. Juga perlu diajarkan untuk berani melawan “yang salah” dan melarikan diri untuk laporkan kepada guru/dewasa yang lain. Berkali-kali saya baca berita tentang anak yang menjadi korban pencabulan. Bisa terjadi KARENA ketika disuruh ikut oleh seseorang yang lebih tua, anak itu ikut saja (tanpa berpikir). Disuruh buka baju, dia buka. Disuruh melakukan perbuatan terkait hubungan seks, dia lakukan. Ada sebagian yang berusaha menolak, lalu dipaksakan. Tetapi sudah telanjang dulu di tempat sepi, baru mulai menolak. Seharusnya dari awal sudah berani menolak. Tapi mereka tidak dididik untuk menjaga diri, jadi tidak curiga ketika disuruh ikut atau melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua.
Kalau kita mau kurangi jumlah anak yang menjadi korban, kita perlu revisi budaya pendidikan. Budaya “diam dan taat” sudah merugikan ratusan ribu anak (atau lebih) yang telah menjadi korban pencabulan dari orang di sekitarnya. Kita perlu mendidik semua anak untuk memahami apa yang benar dan salah, dan berani melawan yang salah, walaupun banyak orang tua dan guru tidak suka anak yang punya keberanian seperti itu (karena mereka sangat takut dilawan oleh anaknya atau muridnya sendiri ketika salah). Tapi tidak ada cara lain selamatkan semua anak. Budaya pendidikan harus berubah. Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
15 November, 2022
Rambut Gondrong: Kapan 3 Juta Guru Akan Mulai Introspeksi?
Assalamu’alaikum wr.wb. Sudah tahun 2022. Pertanyaan serius saya adalah kapan 3 juta guru Indonesia akan bangun dari dunia mimpi dan menyadari faktanya bahwa tempat mereka kerja di sekolah negeri bukan milik mereka? Sekolah itu dibangun dengan uang rakyat, dan para guru itu juga digaji dari uang rakyat. Jadi sekolah itu milik orang tua dan siswa (sebagai anggota rakyat, secara abadi, tanpa masa pensiun) dan guru digaji agar melayani orang tua dan siswa untuk menyediakan sistem pendidikan yang sesuai harapan.
Tapi faktanya, setiap kali ada guru yang masuk berita karena suatu perbuatan, misalnya potong rambut anak laki-laki secara paksa, guru-guru yang lain secara otomatis keluarkan komentar yang sama, sejak puluhan tahun yang lalu. Katanya, siswa harus taat pada aturan. Guru tidak bersalah. Siswa yang salah. Orang tua sudah dikasih peringatan. Dan seterusnya. Banyak guru posisikan diri setara sersan di tentara, atau penjaga penjara, yang "gila hormat" dan tidak bisa terima kalau ada pihak yang tidak mau hormati mereka, anggap mereka salah, atau berbeda pendapat.
Ada 100 juta orang tua dan 60 juta siswa yang berharap rakyat Indonesia bisa bangkit, bersatu, dan menciptakan negara maju yang kuat dan sejahtera. Tapi di saat yang sama, banyak guru sibuk keliling sekolah dengan gunting karena merasa ada tanggung jawab mereka untuk memaksa siswa taat pada guru, takut pada guru, dan siap dipermalukan di depan umum agar tidak berani lawan gurunya besok.
Dari semua guru itu, tidak ada yang bisa jelaskan:
• Definisi rambut gondrong yang disepakati semua;
• Hubungan antara rambut laki-laki dan proses pendidikan;
• Kenapa rambut perempuan tidak perlu dipotong secara jelek juga;
• Dan kenapa aturan tentang rambut laki-laki itu tidak dihapus saja.
Lalu guru-guru lain yang mungkin tidak setuju hanya mau DIAM saja dan tidak berani melawan guru yang semangat memaksa siswa. Kapan 3 juta guru bisa sadar, dan mulai posisikan diri sebagai mitra orang tua dan siswa, sebagai orang yang digaji untuk melayani rakyat, yang perlu mendidik bukan memaksa, dan siap menerima pendapat orang tua yang berbeda?
Kalau 100 juta orang tua dan 60 juta siswa punya harapan "A", dan 3 juta guru tidak peduli dan hanya mau kasih "B" saja, kenapa para guru itu bisa merasa dirinya perlu dihormati atau ditaati? Padahal sifat dasar dari tugasnya saja tidak dipahami oleh mereka. Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
14 November, 2022
Berapa Banyak Anak Harus Tewas Dalam Kegiatan Sekolah?
Melihat berita ini, saya lakukan analisis: Apa ini kegiatan sekolah? Ada berapa anak? Berapa guru? Berapa orang tua? Berapa orang yang berpengalaman di hutan? Berapa orang dewasa yang mengerti P3K? Apa ada pelatihan hadapi kondisi darurat sebelum berangkat? Apa anak tahu seharusnya melakukan apa kalau terjadi musibah? Dan ada banyak pertanyaan yang lain.
Di tengah musim hujan, 105 anak dibawa ke hutan, untuk berjalan kaki di pinggir sungai. Lalu, hujan deras turun, arus sungai menjadi deras, lokasi di pinggir sungai menjadi berbahaya, beberapa anak berusaha menyeberangi sungai, lalu diseret oleh arus dan tenggelam. SIAPA YANG BISA MENYANGKA?!
Seharusnya dikatakan apa kalau hal yang sama terulang terus? Apa ini disebabkan kekurangan dana, kebodohan, administrasi yang salah, ketidakpedulian, atau ada penyebab yang lain? Kalau anak sering tewas dalam kegiatan sekolah, dengan pola yang sama, maka semua orang tua perlu bangun dari dunia mimpi dan menjadi waspada. Kalau banyak anak mau dibawa ke hutan (atau pantai, sungai, wisata air, waduk, dsb.), dan dijaga oleh 2 guru yang tidak mengerti P3K, dan guru juga tidak bisa berenang, dan tidak ada persiapan hadapi kondisi darurat, atau tidak ada yang berpengalaman masuk hutan, dan sebagainya, maka bisa dijamin akan ada korban baru di tempat lain. Jadi kenapa semua guru dan orang tua hanya bisa menyatakan: "KAMI TIDAK MENYANGKA"?
Semoga anda tidak membaca tulisan ini di masa depan, di samping mayatnya seorang anak yang anda kenal, lalu bertanya pada diri sendiri, "Kenapa saya tidak menyangka?" Tolong mulai berpikir. Dan jangan izinkan anak anda berangkat dalam rombongan besar bersama 2 guru, tanpa anda pastikan dulu ada persiapan yang matang sebelumnya untuk hadapi kondisi darurat.
Semoga bermanfaat.
-Gene Netto
Siswa SMP Asal Depok Hanyut di Curug Kembar, Bogor: 3 Tewas, 1 Belum Ditemukan
https://kumparan.com
Duka Selimuti Kediaman Siswi SMP Depok yang Terseret Arus Sungai di Puncak Bogor
https://megapolitan.kompas.com
Santri Asal Tasikmalaya Didenda Rp 37 Juta oleh Pesantren
Assalamu’alaikum wr.wb. Pendapat saya mungkin kurang enak didengar, tapi insya Allah ada manfaatnya. Terlalu banyak "pesantren" tidak punya ahli di dalamnya yang mengerti pendidikan anak, apalagi psikologi anak. Apabila seorang anak sering kabur, tentu saja ada masalah. Bisa jadi masalah dengan tempat belajar, dengan kepribadian anak itu, dengan orang tuanya, dll. Jadi pesantren cukup keluarkan anak itu karena terbukti tidak cocok menjadi santri. Dalam kasus ini tidak. Dipaksa (dibujuk) kembali terus-terusan, sehingga akhirnya hilang 2 tahun, tapi masih dihitung "santri", bukan murid DO. Dan karena fakta itu, orang tua didenda biaya 50 ribu per hari, tanpa sebab. Hasilnya adalah denda 37 juta.
Ahli pendidikan akan lihat bahwa anak itu tidak cocok menjadi santri. Daripada dipaksa terus, tanpa dasar pendidikan atau psikologi anak, lebih baik dipulangkan saja. Berarti tidak akan ada berita ini. Sebagian pesantren terkesan tidak cukup peduli untuk melibatkan ahli pendidikan, ahli psikologi anak, ahli gizi, dll. Jadi sikapnya adalah "asal menaruh anak di asrama", cari "ustadz", lalu simsalabim menjadi "pesantren". Sebagian tidak terdaftar, dan sebagian lain terdaftar tapi kontrol terhadap "kualitas" dari proses pendidikan (selain agama) kurang diperhatikan. Ada anak, ada makanan, ada ustadz, lanjut saja!
Semoga pesantren sedang dan kecil bisa diperiksa kembali oleh Kemenag, dan Kemdikbud juga. Anak bangsa Indonesia dijadikan semacam "kelinci percobaan" karena tidak ada yang bisa tentukan hasil dari proses pendidikan itu 10-20 tahun mendatang. Sistem mendidik anak Muslim seharusnya jelas. Dan tidak cukup "disuruh ngaji" saja, tanpa memikirkan kondisi psikologis, kesehatan, gizi, dll. (yang sudah umum dilakukan di pesantren besar). Anak Muslim layak dikasih perhatikan yang lebih berkualitas dari kita. Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Santri Asal Tasikmalaya Didenda Rp 37 Juta oleh Pesantren, Pengasuh Ponpes: Sejak Awal Ada Kesepakatan dengan Orangtua
https://bandung.kompas.com
Banyak Orang Muslim Kandangkan Burung, Kenapa Banyak Orang Kafir Tidak Mau?
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada teman yang ingin tangkap dan kandangkan seekor burung agar bisa dengar suaranya setiap hari. Saya berkomentar, di Australia dan banyak negara lain, anak diajarkan bahwa "burung diciptakan dengan sayap agar bisa terbang". Kenapa mau rampas haknya? Anak sekolah diajarkan untuk membuat "tempat makan burung" (Bird Feeder) berisi biji-bijian dan buah, agar burung datang sendiri setiap hari. Setelah burung liar merasakan kasih sayang dari manusia, sebagian akan bersedia disentuh juga.
Sikap yang utamakan haknya binatang (sesuai penciptaan Allah) seharusnya menjadi sikap anak Muslim. Malah banyak anak kafir yang berikan contoh yang baik. Anak teman saya pernah bingung. Burung yang ditembak sayapnya agar bisa ditangkap, tidak mau makan sampai mati. Kenapa tidak mau makan?? Saya jawab, coba saya tembak kamu, lalu taruh kamu di kandang. Apa kamu akan merasa bahagia? Sangat aneh rasanya kalau sebagian orang Muslim perlu dikasih contoh dari orang kafir, sehingga akhirnya orang-orang Muslim itu bisa sadar bahwa Allah SWT menciptakan binatang dengan haknya sendiri. Daripada harus mengambil contoh dari orang kafir, seharusnya orang Muslim sudah ambil contoh yang terbaik dari Rasulullah SAW. Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Red Parrot Brings Girlfriend Over To Meet The Woman He Visits Every Day
https://www.youtube.com/watch?v=TCRwQikQbxs
Hand Feeding Wild Australian Parrots
https://www.youtube.com/watch?v=ugXusFK7o2A
Hand Feeding Wild Australian King Parrots! | Backyard Birds
https://www.youtube.com/watch?v=YUulJc5Z2lA
Kookaburras Laughing
https://www.youtube.com/watch?v=3puMIfxm9fU
Will the wild kookaburras let me pet them? We test it with 5 different kookaburras!
https://www.youtube.com/watch?v=ZyU7I-rbS08
Jangan menyangka hanya bisa begitu kalau punya halaman rumah yang luas. Di gedung apartemen dan rumah kecil tanpa pohon juga bisa. Seperti ini:
We installed a bird feeder and here is the result
https://www.youtube.com/shorts/zLmHNkOGTyg
High-Rise Bird Feeder
https://www.youtube.com/watch?v=YAm0zjey1T0
Clear Acrylic Window Bird Feeder Review
https://www.youtube.com/watch?v=lhNdLTMPq_k
Keluarga Miskin dan Rokok di Masa Pandemi
Bagi keluarga miskin perokok, rokok telah menjadi “kebutuhan dasar”, setara dengan kebutuhan pangan. Rokok adalah pengeluaran keluarga miskin yang prioritas dan signifikan, mencapai hingga Rp 400 ribu per bulan, dan tidak tergeser bahkan ketika pandemi menerpa. Di antara pengeluaran utama lainnya, pengeluaran rokok keluarga miskin lebih besar dari pengeluaran untuk pulsa/kuota internet, tagihan listrik dan biaya pendidikan anak. Pengeluaran rokok keluarga miskin setara dengan sepertiga pengeluaran untuk makan sehari-hari, dan 2,5 kali lebih besar dari tagihan listrik.
Proporsi pengeluaran rokok pada pengeluaran utama keluarga miskin tidak berubah di kisaran 15 persen, baik sebelum maupun saat pandemi. Krisis tidak membuat keluarga miskin mengurangi beban pengeluaran rokoknya. Dengan adanya pengeluaran rokok yang signifikan, pengeluaran keluarga miskin perokok lebih tinggi hingga 20 persen dari pengeluaran keluarga miskin non-perokok, baik sebelum maupun di saat pandemi.
https://www.republika.id
09 November, 2022
Bukannya Lebih Enak Hidup Di Negara Barat Daripada Negara Muslim?
[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Ada benarnya, tapi tergantung cara pandang kita. Lingkungan di sana bersih. (Tapi banyak kota di AS kotor. Lihat di YouTube.) Sistem sosial bagus. Sekolah, rumah sakit, perpustakaan, dll. gratis untuk umum. Tapi ada sisi lain yang perlu diperhatikan oleh orang yang beriman kepada Allah. Di sana, kalau mau buang agama dari kehidupan masyarakat, politik, dan hukum, dianggap normal. Agama tidak penting. Pengumpulan harta dan kenikmatan dunia menjadi tujuan hidup yang normal.
Dilarang belajar agama di dalam sekolah? Normal. Agama tidak penting. Biarkan anak hidup bebas tanpa agama. Anak berusia 16 tahun tetapi belum berzina? Wajar kalau diejek. Masa mau perjaka dan perawan terus? Anak hamil di luar nikah? Merepotkan punya bayi? Aborsi saja! Normal. Dan rumah sakit dilarang memberi tahu orang tuanya. Rahasia pasien. Orang tua tidak perlu diberi tahu kalau anaknya berzina, hamil, dan aborsi. Anak remaja butuh kondom? Boleh dibeli secara bebas. Masa anak dilarang berzina?
Ingin hidup bersama pacar dan besarkan anak tanpa menikah? Normal. Pernikahan adalah sistem kuno bagi orang bodoh yang ikuti agama yang tidak berguna karena tidak ada Tuhan. Dua orang homoseks menikah dan besarkan anak? Normal. Laki-laki "mengubah" jenis kelamin menjadi perempuan, dan telanjang di kamar ganti perempuan? Normal. Dinyatakan laki-laki bisa melahirkan anak dan bisa menyusui bayi? Normal. Masa masyarakat tidak sepakat? Laki-laki bisa menyatakan diri perempuan lalu bersaing dengan perempuan dalam lomba, dan menang terus? Normal. Perempuan punya penis? Normal.
Dan begitu seterusnya. Jadi memang ada sisi baiknya di sana kalau menilai kehidupan dari infrastruktur, sistem, dan lingkungan. Tapi bagi orang Muslim, mendapat rumah besar dan jalan yang bersih bukan tujuan dari kehidupan ini. Memang kita perlu membangun negara yang maju dan sejahtera, tapi bukan dengan cara lepaskan keimanan kita. Di banyak negara barat, sekitar 50% dari rakyat adalah ateis.
[112]. Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
[113]. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
[114]. Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal (di bumi), melainkan sebentar saja kalau kamu sesungguhnya mengetahui."
(QS. Al-Mu'minum 23:112-114)
Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah SAW bersabda, "Kelak pada hari kiamat akan didatangkan penduduk neraka yang pernah merasakan kenikmatan paling lezat selama di dunia lalu dia dicelupkan di neraka sekali celupan. Kemudian ditanyakan kepadanya, 'Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan? Apakah kamu pernah merasakan kenikmatan?' Maka dia menjawab, 'Sama sekali tidak pernah, wahai Tuhanku.' Dan juga didatangkan penduduk surga yang hidupnya paling susah selama di dunia, lalu dicelupkan sekali celupan di dalam surga. Kemudian ditanyakan kepadanya, 'Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesusahan? Apakah kamu pernah merasakan kesulitan?' Maka dia menjawab, 'Sama sekali tidak pernah, wahai Tuhanku. Aku belum pernah merasakan kesusahan dan belum pernah melihat kesulitan.'" (HR. Muslim)
Daripada merasa iri dengan kenikmatan lingkungan bersih di barat, kita harus banyak bersyukur kepada Allah kalau anak kita dilahirkan dalam keluarga besar Muslim, dan terbiasa dengan makanan yang halal, dan shalat di masjid, dan berpuasa sejak kecil. Ibaratnya kita sudah punya satu kaki di dalam surga, jadi insya Allah jalan menuju surga dibuat mudah kalau berangkat dari sini. Dunia barat makin kacau setiap tahun. Tetapi kondisi umat Islam masih stabil karena kita punya pedoman hidup, yaitu Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, dan juga ada tujuan hidup yang jelas: Surga! Orang barat tidak punya, dan tidak peduli. Mereka mau menikmati dunia ini saja. Silahkan!!
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
02 November, 2022
Tunawisma di Amerika
Banyak orang di Indonesia mungkin belum tahu. Di Amerika, ada minimal setengah juta orang yang hidup di pinggir jalan. Di bawah ada sebagian dari ratusan video di Youtube. Semua kota mengaku bingung menghadapi masalah ini. Ada yang berusaha mengusirnya dari tengah kota, lalu aktivis dan LSM menolak usaha itu. Katanya orang tunawisma itu harus dibantu, bukan diusir. Jadi ada pro kontra terus. Dan kalaupun diusir, banyak yang kembali saja besok harinya. Jadi polisi dan petugas pemda yang pusing mengurusnya (daripada kerjakan yang lain). Intinya, tidak semua orang di negara2 barat, terutama Amerika, hidup dalam kondisi kaya raya seperti diduga. Orang yang hidup dalam kondisi sangat miskin (sulit makan, sulit beli obat, dll.) juga ada jutaan, walaupun ada tempat tinggal di mobil, losmen, atau rumah sederhana.
-Gene Netto
Homeless in America
Los Angeles Homeless Skid row - February 11, 2022
https://www.youtube.com/watch?v=3nvTgSW2L8Q
Residents of Venice Beach Demand LA Move Homeless Off the Streets | NBCLA
https://www.youtube.com/watch?v=Cwj9YFCtjs0
A city in crisis: How fentanyl devastated San Francisco - BBC Newsnight
https://www.youtube.com/watch?v=GWBzxr3c29s
KPIX Special Report: San Francisco's Tenderloin – A State of Emergency
https://www.youtube.com/watch?v=KDDtKERvF4M
In-Depth: Homeless camping in Texas could see a fine up to $500
https://www.youtube.com/watch?v=yv1sWVXB3cc
Las Vegas Homelessness And Mental Illness 3
https://www.youtube.com/watch?v=3HiN4duuw_k
Homeless Woman Has a Masters in Mathematics and Engineering
https://www.youtube.com/watch?v=nT3VGI0V5Rs
Working & Homeless: The Death of the American Dream | Poverty in the USA Documentary
https://www.youtube.com/watch?v=NwDAaKJXKPE
Homeless In DC - Mini Documentary On The Large Encampments Surrounding Union Station, Washington DC
https://www.youtube.com/watch?v=ITXTgAQV28w
How to Fix America's Worsening Homeless Crisis
https://www.youtube.com/watch?v=LduaiX0yj6E
'City of a Thousand': Ep. 1 Downtown Phoenix's tent city explodes at alarming rate
https://www.youtube.com/watch?v=CMQVu26-nIg
8-year-old brings comfort to homeless in Washington, D.C.
https://www.youtube.com/watch?v=-rw_Ol7ypuk
Netflix documentary "Lead Me Home" looks at homelessness in America
https://www.youtube.com/watch?v=zSmZPbkZGmE
Bay Area Homeless - Concern or Crisis Part 1
https://www.youtube.com/watch?v=dCaOeyjHgaE
Bagaimana Membedakan Teguran Dan Ujian Dari Allah?
[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Orang Muslim yang sudah berada di jalan Allah yang benar tidak perlu dikasih "teguran" atau hukuman yang berat. Kalau sudah menjalankan ibadah dengan baik, sesuai kemampuan, dan ada dosa-dosa kecil, maka dosa itu dihapus lewat shalat, istighfar, sedekah, shalat taubat, puasa, umrah, dll. Jadi apabila dia alami suatu "musibah" maka itu ujian dari Allah. Dan sesudahnya, insya Allah pangkatnya di sisi Allah bisa naik. Ibaratnya, dari sersan, menjadi letnan. Setelah naik pangkat, dia akan merasakan doanya lebih cepat dikabulkan atau lebih banyak dikabulkan, di antara berbagai manfaat yang lain. Jadi orang itu diuji agar bisa naik pangkat, agar menuju jalannya menjadi orang saleh yang membawanya ke surga.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya." (HR. At-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Majah no. 4031)
Sebaliknya, ada orang Muslim yang lain yang hindari ibadah, melakukan dosa-dosa kecil dan besar tanpa peduli, lalu dia juga alami suatu musibah. Itu merupakan teguran atau hukuman untuk mengingatkan dia bahwa dunia ini tidak nyata, dan dia harus segera bertaubat, sebelum waktunya di sini habis. Jadi dia perlu introspeksi diri, dan minta bantuan dari guru agama untuk membantunya berubah dan menjadi Muslim yang baik. Atau dia bisa banyak mengeluh, marah terhadap Allah, menjauhi Allah, dan di saat itu Allah akan abaikan dia juga.
Jadi insya Allah jelas bedanya antara teguran dan ujian. Yang mengalaminya sudah tahu dirinya jadi bisa paham apa sekiranya Allah marah (teguran) atau Allah inginkan dia menjadi lebih baik dari sebelumnya (ujian). Kalau orang Muslim yang baik harus dikasih "teguran" maka tidak perlu musibah. Demam satu hari saja sudah mulai introspeksi diri. Jadi musibah sebagai teguran atau hukuman disimpan bagi orang yang banyak berdosa dan cuek terhadap Allah. Dan apabila orang saleh juga mengalami musibah, dia akan tetap bersabar dan makin dekat kepada Allah, sehingga jelas bahwa musibah itu hanyalah sebuah ujian (bukan teguran atau hukuman). Dia akan naik pangkat terus, hingga akhirnya menjadi jenderal (orang saleh). Sebaliknya, orang yang banyak berdosa dan tidak mau introspeksi malah akan melarikan diri dari markas tentara dan malas pakai seragam, jadi belum sanggup "naik pangkat". Harus bertaubat dulu dan memperbaiki diri.
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah berkata: 'Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku.'" (HR. Muslim)
Semoga jelas. Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
07 October, 2022
Anak Murtad, Kenapa Guru Merasa Berhak Mengejeknya Di Kelas?
Assalamu’alaikum wr.wb. Kemarin saya bantu seorang anak yang murtad, dan alhamdulillah sudah masuk Islam lagi dan rajin shalat. Sudah beberapa minggu tidak ikut pelajaran di sekolah karena kurang sehat, tertekan, depresi, dll. Saya tanya kenapa kondisinya begitu buruk. Katanya, ketika ketahuan murtad, semua teman kelas marahi, mengancam, dan mengejek dia. Mereka anak remaja juga, jadi memang kurang bijaksana, karena tidak dapat pendidikan "tata cara hadapi orang murtad" dari siapapun. Jadi tidak mengherankan kalau mereka tidak tahu caranya hadapi kondisi itu.
Yang parah adalah gurunya di sekolah negeri. Kata anak itu, gurunya menjadikan dia bahan ejekan agar seluruh kelas ikut menertawakan dia. Sekarang, dia sudah semangat menjadi Muslim yang baik, tetapi menolak kembali ke sekolah itu. Sudah merasa sebagai korban diskriminasi, disebabkan guru sekolah dan teman yang tidak punya belas kasihan terhadapnya. Seorang anak yang alami kesulitan dalam memahami ajaran agamanya, bukannya dibantu, dirangkul, dan dididik, tapi malah dimarahi, diancam, dan dijadikan bahan candaan seluruh kelas, dengan guru sebagai pemimpin. Sekarang lagi dicari tempat belajar yang baru.
Sebagai seorang guru, saya sangat terganggu mendengar kisah ini, tapi juga tidak heran. Setara dengan ratusan kisah dari orang lain tentang kualitas guru sekolah negeri, yang tidak begitu peduli terhadap isi hati siswanya, dan anggap seorang guru punya kebebasan untuk menghina, mengejek dan melakukan hal-hal lain terhadap para siswanya (tanpa perlu peduli pada efeknya). Bahkan berkomentar tentang agamanya juga boleh. Sejak zaman Reformasi, ada gerakan anti-SARA. Tapi sayangnya, banyak guru belum paham. Kelasnya menjadi tempat murid pilihan bisa menjadi sasaran komentar miring dari gurunya sendiri. Jadi siapa yang bisa melindungi anak Indonesia dari guru sekolah negeri yang tidak mengerti tugasnya sebagai seorang guru?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Dakwah Dan Doa Bagi Anak Yang Murtad Berhasil
Assalamu’alaikum wr.wb. Kemarin saya bertemu seorang anak yang murtad lebih dari 1 tahun. Dia punya banyak pertanyaan dari kecil, berdasarkan logika, tetapi tidak bisa dapat jawaban. Malah dimarahi oleh keluarga, teman, dan ustadz. Akhirnya dia merasa bingung dan gelisah, jadi dia tinggalkan Islam untuk "mencari ketenangan". Dia pelajari agama2 lain, coba pindah agama, bahkan coba menjadi "spiritual" tanpa agama. Hasilnya, kehidupannya tambah hancur. Menjadi lebih bingung, lebih stres, dan dimarahi lebih banyak dari sebelumnya. Dia merasa sendirian karena tidak ada yang mau menolongnya dengan tenang.
Alhamdulillah dia mau ketemu saya dan setelah diskusi dia ikut shalat ashar dan maghrib. Kami makan siang, makan malam, dan diskusi terus selama 10 jam, sampai saya merasa yakin dia sudah benar2 puas dan hatinya berubah. Saya jawab dan menjelaskan terus, sampai dia kehabisan pertanyaan. Yang dipikirkan bertahun-tahun jadi beres dalam 1 pertemuan. Saya ajarkan dia bahwa Allah tidak pernah tinggalkan dia, tapi dia yang lari dari Allah. Umpamanya, dia bertanya sama guru sekolah, kenapa X=5 dan bukan X=6, lalu jawabannya kurang jelas. Apa solusinya, A) tanya pada guru lain, atau B) kabur dari sekolah dan menjadi pemulung di kota terpencil sambil merenung sendirian di gubuk? Sambil ketawa, dia jawab "A". Lalu mengaku bahwa dia yang salah karena tinggalkan Allah dan Islam, daripada lebih semangat mencari jawaban dari orang lain.
Kami bahas semua agama, kenapa hanya Islam yang masuk akal, dan faktanya Muslim masih setia mengikuti ibadah dan ajarannya Nabi Muhammad SAW sampai sekarang, dengan Al Quran yang tidak berubah, masih dalam bahasa aslinya. Akhirnya dia sepakat dengan semua penjelasan saya, dan yakin hanya Islam yang bisa berikan dia jawaban yang dicari. Saya ajarkan dia untuk berdoa dalam bahasa Indonesia saja, dan setelah shalat, mohon ketenangan dari Allah dan mohon bantuan untuk dapat jawaban yang dicari. Dia laksanakan, dan mengaku setelah shalat dan berdoa di samping saya, langsung ada rasa tenang. Alhamdulillah.
Yang dia butuhkan sejak dulu hanya satu: Bantuan dari orang Muslim yang mengerti agama, yang bisa jawab pertanyaannya berdasarkan logika, tanpa menjadi marah. Terlalu banyak Muslim ingin paksa dia "ikut saja" tanpa pakai otak. Saya bantah. Kalau tidak perlu akal dalam Islam, kenapa Allah kasih otak? Dia senang sekali dengan jawaban itu. Dia berjanji akan menjaga shalatnya dan mulai belajar Islam lagi dari nol. Allah Maha Kuasa. Dan kalau kita mencari pertolongan Allah, maka dalam sekejap bisa dapat bantuan.
Jadi kalau ada orang yang bertanya-tanya kepada anda tentang Islam, dan pertanyaannya ganggu hati anda, mohon jangan dimarahi. Ajak diskusi dengan tenang atau bantu dia cari orang lain yang bisa menjawab. Insya Allah hasilnya akan lebih baik daripada dimarahi saja. Semoga bermanfaat. Dan terima kasih kepada semua teman yang bantu dengan doanya kemarin.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto
13 September, 2022
Apa Kematian Anak di Pesantren Hanya Perkara Kriminal Biasa?
Assalamu’alaikum wr.wb. Dalam 1 bulan terakhir, ada 3 kasus kematian santri di 3 pesantren. Ada komentar bahwa pihak pesantren tidak perlu disalahkan. Pembunuhan itu hanya perkara kriminal yang jarang terjadi di pesantren, jadi diserahkan ke polisi, dan tidak perlu dibahas lagi. Jangan sampai merasa "ada masalah di pesantren". Tapi apa pendapat itu masuk akal?
Pendapat tersebut ibaratnya hanya melihat tanah beberapa langkah di depan kakinya, dan menganggap "jalannya lancar". Dalam kasus terbaru di Gontor, ada bukti bahwa kasus pembunuhan itu ditutupi, dan ada ustadz, santri, dan dokter yang siap berbohong demi menjaga nama baik pesantren. Kita hanya tahu santri itu dibunuh karena kebohongan mereka dibongkar secara paksa.
Jadi kita perlu berpikir secara luas dan bertanya secara serius: Selama puluhan tahun terakhir ini, apakah ada kasus-kasus lain di mana santri mati di pesantren? Lalu mayat diserahkan ke keluarga dan dinyatakan "sakit" atau "kelelahan", dan dikuburkan tanpa curiga? Siapa yang mau selidiki kemungkinan itu? Siapa yang mau mencari saksi dan kumpulkan bukti? Siapa yang mau ajak mantan santri buka mulut, bongkar kebohongan lama, dan "melawan" pesantren?
Selain kematian santri (yang mungkin saja pembunuhan), apakah ada kasus kekerasan lain yang ditutupi? Apa ada kasus pencabulan terhadap santri dari ustadz, atau dari santri lain, yang ditutupi juga? Menteri Agama mengatakan "tidak bisa intervensi" terlalu jauh ke dalam urusan pesantren. Jadi apa fungsinya pemerintah kalau 4 juta anak bisa dibiarkan tinggal di 31 ribu pesantren, dengan risiko menjadi korban kekerasan atau pencabulan, yang bisa ditutupi dengan sangat mudah?
Ketika (akhirnya) Gereja Katolik mulai mencari korban pencabulan, ditemukan ratusan ribu korban (yang sudah dewasa). Ketika Pramuka Amerika mulai mencari korban pencabulan, ditemukan 60 ribu korban di Amerika saja, dan Pramuka Amerika menjadi bangkrut. Gereja Katolik dan Pramuka Amerika dipaksa bayar ganti rugi puluhan milyar dolar kepada para korban.
Pertanyaan serius: Berapa banyak santri pernah menjadi korban pembunuhan, kekerasan, atau pencabulan dalam 50 tahun terakhir, dan sekarang ada saksi atau korban yang masih hidup, dan ingin bicara, tapi tidak ada yang mau bertanya kepada mereka? Siapa yang mau melindungi 80 juta anak Indonesia kalau sikap pemerintah dan banyak orang Muslim adalah, "Apa boleh buat?!" Kalau ada investigasi nasional terhadap semua pesantren, seperti yang dilakukan di Amerika terhadap Pramuka, berapa puluh ribu santri akan maju dan siap berbicara? Apakah ada yang berani bertanya?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
07 September, 2022
Satu Anak Lagi Tewas Di Pesantren?
Assalamu’alaikum wr.wb. Dalam 1 bulan, ada 3 buah berita tentang anak yang tewas di pesantren setelah menjadi korban kekerasan. Semua pesantren punya kesempatan utamakan santri, atau utamakan "nama baik pesantren". Sayangnya, sering terbukti mereka memilih untuk utamakan pesantren. Dalam kasus terbaru, orang tua diberitahu anaknya wafat karena kelelahan. Tapi akhirnya, terpaksa mengaku anak itu dihajar sampai mati. Perinciannya belum ketahuan karena ditutupi oleh pesantren. Ketika sebuah lembaga menutupi kasus pembunuhan atau pencabulan, seharusnya ada konsekuensi hukum, dan tidak cukup minta maaf saja!
Dulu, di mancanegara, ada lembaga besar yang melakukan hal serupa: Gereja Katolik! Selama 100 tahun, mungkin ada ratusan ribu anak yang dicabuli oleh pastor, lalu Gereja sembunyikan kenyataan itu, demi menjaga nama baik Gereja. Hasilnya, Gereja dipermalukan di depan umum sekarang dengan banyak kasus yang masuk pengadilan, dan juga rugi milyaran dolar yang dibayar kepada korban. Jumlah korban secara keseluruhan tidak ketahuan. Tidak ada data yang akurat. Pramuka Amerika juga sama, dengan jumlah 60 ribu anak yang lapor sendiri sebagai korban. Hasilnya, organisasi Pramuka Amerika dinyatakan bangkrut setelah dipaksa bayar ganti rugi ke para korban!
Perlu dipertanyakan berapa banyak santri yang menjadi korban kekerasan atau pencabulan dalam 50 tahun terakhir, dan masih hidup? Mungkin banyak yang sudah wafat, jadi rahasia yang merusak kehidupan mereka dibawa ke kuburan, demi menjaga nama baik pesantren. Tapi di saat ini, ada 4,3 juta santri yang belajar di 31 ribu pesantren. Berapa persen dari mereka yang menjadi korban, dan tidak ada pihak yang mencari infonya atau berusaha melindunginya?
Pemerintah (kalau mau peduli) bisa wajibkan program pendidikan anti kekerasan dan anti pencabulan setiap tahun. Poster bisa dipasang dengan info orang di luar panti (misalnya RW atau polisi) yang bisa dihubungi. Tapi ada santri yang mengaku bahwa ada budaya "hukuman bagi pelapor". Jadi perlu ada tindakan dari pemerintah dan para ustadz untuk mengubah pola pikir semua santri, sehingga akhlak menjadi salah satu pelajaran utama. Tidak cukup fokus pada hafalan dan fiqih kalau sudah terbukti ada sekian persen dari santri (dan ustadz) yang siap melakukan kejahatan terhadap anak kecil. Harus ada yang maju dan bertindak untuk melindungi 4 juta santri, sebelum kematian santri di pesantren menjadi berita harian.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Temukan Dugaan Penganiayaan hingga Santrinya Meninggal, Pondok Gontor Minta Maaf
https://surabaya.kompas.com
06 September, 2022
Satu Anak Dicabuli Bapak Tiri, Kenapa Menteri Harus Datang Ke TKP?
Saya bingung dengan berita ini. Setiap hari ada anak yang menjadi korban pencabulan di seluruh Indonesia dan beritanya mudah dicari lewat Google. Anak-anak itu dicabuli oleh bapak tiri dan kandung, paman tiri dan kandung, kakek tiri dan kandung, sepupu, kakak ipar, guru sekolah, guru olahraga, guru ngaji, ustadz, sopir angkot, tetangga, penjaga warung, dll. Di seluruh negara, mungkin ada puluhan ribu kasus per tahun. Atau lebih. (Tidak ada yang cukup peduli sampai kumpulkan data yang akurat!)
Ada begitu banyak kasus sampai saya abaikan beritanya (tidak dibahas di Facebook saya) kalau korbannya hanya 1 anak saja. Jadi kenapa Mensos perlu datang ke sebuah kota, ke polsek, dan ke tempat korban, hanya untuk diskusi langsung dengan satu anak itu? Kenapa begitu peduli pada satu korban dan tidak pernah datang ke rumahnya puluhan ribu korban yang lain?
Seharusnya seorang menteri yang peduli pada anak bertindak di dalam pemerintah untuk membangun sistem pendidikan di mana diwajibkan "pelatihan anti-pencabulan" di sekolah, pesantren, dan panti asuhan agar anak sadar ada bahaya. Setiap tempat seperti sekolah dll. bisa diwajibkan berikan pelatihan setiap tahun, dan pasang beberapa poster besar di tempat umum yang berikan nomor telfon, situs, alamat, dan nama orang yang bisa dihubungi bagi anak yang menjadi korban.
Seorang menteri juga bisa marah pada 3 juta guru yang tidak mau bertindak secara aktif untuk mencari korban di kelas masing-masing. Guru bisa diwajibkan selamatkan korban, daripada bersikap "bukan urusan saya". Setiap kali ada kasus baru, semua guru dan orang dewasa yang kenal korban selalu menyatakan, "Saya tidak menduga!" Padahal "ciri-ciri seorang korban" sudah ketahuan dan bisa dicari (seperti halnya dokter mencari penyakit dari gejalanya).
Apa manfaatnya seorang menteri datangi 1 kantor polisi? Yang dibutuhkan adalah usaha bangun sistem nasional untuk melindungi 80 juta anak Indonesia. Konperensi pers di lokasi satu korban tidak terlihat manfaatnya bagi puluhan ribu korban yang lain. Jadi siapa yang mau bertindak untuk melindungi dan menolong mereka?
-Gene Netto
Anak SD di Sidoarjo Jadi Korban Asusila Ayah Tiri dan Ibu Kandung, Mensos Risma Geram
https://jatim.jpnn.com
29 August, 2022
Lagi, Santri di Tangerang Tewas Karena Dianiaya Sesama Teman Santri
Kalau mau melihat anak Muslim membunuh anak Muslim yang lain, lokasi yang paling umum adalah di pinggir jalan. Setelah jam sekolah selesai, sebagian anak Muslim akan keluar, ambil senjata, dan berusaha membunuh anak Muslim yang lain dengan alasan "sekolahnya beda". Tapi sekarang, di dalam pesantren juga bisa melihat anak Muslim bunuh anak Muslim lain. Dalam 1 bulan, di 1 wilayah Tangerang, sudah ada 2 kasus santri bunuh santri di dalam pesantren, dengan alasan "tersinggung".
Kasus bullying dan kekerasan di ribuan pesantren seluas apa? Siapa yang menyelidiki, melakukan penelitian, dan punya data akurat? Ada santri yang mengatakan bahwa kalau menjadi korban bullying, dilarang lapor kepada ustadz. Kalau lapor, akan kena hukuman yang berat! Sikap ini seluas apa? Di dalam berapa persen dari 31 ribu pesantren di seluruh negara? Berapa banyak dari 4,3 juta santri bisa belajar dengan tenang dan bahagia, dan berapa banyak yang tertekan, diancam, dan menjadi korban kekerasan?
Ketika pesantren punya program hafalan Al Qur'an dan hafalan hukum fiqih, perlu ditanyakan apakah ada "program akhlak" yang dinilai penting juga? Apa hanya "hafalan sesuai target" yang diutamakan, dan akhlak seorang santri "terserah"? Santri dilarang memegang HP, jadi dilarang langsung lapor kepada orang tuanya apabila mengalami kekerasan. Dan kalau banyak santri juga takut lapor ke ustadz, berapa persen dari semua santri berada dalam bahaya, sambil menuntut ilmu agama? Apa ini hasil dari kemerdekaan yang diharapkan? Dan kalau tidak, siapa yang mau melindungi semua anak Muslim di Indonesia agar bisa hidup dalam kondisi sehat, bahagia, dan sejahtera?
-Gene Netto
Lagi, Santri di Tangerang Tewas Karena Dianiaya Sesama Teman Santri
Minggu, 28 Agustus 2022 Reporter Joniansyah (Kontributor) Editor Iqbal Muhtarom
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang santri (RAP, 13 tahun) di Pondok Pesantren Darul Qur'an Lantaburo, Cipondoh, Kota Tangerang tewas setelah dikeroyok oleh teman sesama santri. Polisi menyebutkan 15 santri yang diduga melakukan penganiayaan terhadap korban adalah AI 15 tahun, BA (13), FA (15), DFA (15), TS (14), S (13), RE (14), DAP (13), MSB (14), BHF (14), MAJ (13) dan RA (13).
https://metro.tempo.co
10 August, 2022
Bedanya Antara Guru Di Luar Negeri Dan Guru Indonesia
Guru SD di Luar Negeri:
Murid saya diajarkan menjadi merdeka dalam berpikir, diajarkan coding, dan sudah bisa ciptakan aplikasi yang bermanfaat untuk jutaan orang. Saya bangga kalau murid saya mencapai prestasi atas usahanya sendiri.
Guru SD di Indonesia:
Murid saya diajarkan untuk merasa takut, diam, dan taat pada gurunya. Rambutnya dipotong secara jelek agar tidak berani melawan guru. Saya bangga kalau murid saya takut pada gurunya! Awas kalau tidak hormati Guru ya!!
08 August, 2022
Bersedekah Karena Allah Tanpa Rasa Takut
133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang BERTAQWA,
134. (yaitu) orang-orang yang MENAFKAHKAN (hartanya), baik di waktu LAPANG maupun SEMPIT, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali Imran 3:133-134)
Assalamu’alaikum wr.wb. Tadi siang saya mau transfer uang kepada anak yatim piatu. Terkumpul 2,8 juta. Di rekening pribadi saya tersisa 208 ribu. Muncul niat bersedekah karena terasa sudah lama tidak bantu anak yatim, disebabkan kebutuhan saya sendiri juga banyak. Lalu muncul rasa ragu-ragu… Saya juga butuh uang! Tapi saya ingat: Sedekah kita akan dibalas oleh Allah SWT! Dan RAHMAT ALLAH yang didapatkan tidak bisa dihitung oleh akal manusia. Saya bismillah, dan pindahkan 200 ribu. Rekening saya tersisa 8 ribu. Saya transfer 3 juta, dan memberi tahu teman ustadz agar dicek.
Setelah lihat rekening saya kosong, dan berpikir tentang kebutuhan beberapa juta per bulan, saya senyum saja. Sudah terlanjur! Harus yakin pada Allah. Lalu, sambil chatting di WA dengan teman, saya ketawa dan bilang rekening saya kosong. Tiba-tiba, dia kasih tahu sudah kirim 250 ribu ke saya! Baru lewat 5 menit, dan sedekah saya sudah dikembalikan. Tetapi hati saya lebih tenang lagi memikirkan anak yatim piatu yang insya Allah akan dikejutkan melihat 3 juta! Rahmat Allah sebesar apa kalau bisa menyantuni, menghibur, menjaga, dan berikan semangat kepada anak yatim piatu?
Teman-teman, jangan mengira bahwa tugasnya "bersedekah" hanya untuk orang "kaya" saja. Kita semua sanggup, walaupun hanya dengan 5 ribu, walaupun hanya dengan bagikan makanan, walaupun hanya dengan senyum kepada orang lain, atau berikan waktu 5 menit untuk dengarkan masalah teman dan berikan nasehat. Bersedekah. Karena Allah. Seberapa bisanya. Dan YAKIN bahwa Allah SWT akan membalas.
Semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
04 August, 2022
Kenapa Guru Merasa Berhak Memaksa Siswi Muslim Pakai Jilbab?
Assalamu’alaikum wr.wb. Saya menilai banyak orang yang tanggapi berita seputar "guru memaksa siswi pakai jilbab" cukup keliru dalam persepsinya dan keliru dalam topik yang dibahas. Fokusnya pada titik yang salah. Perkara ini BUKAN TENTANG JILBAB. Itu yang dipahami secara ringkas dari info berita. Tapi perkara yang sebenarnya adalah wewenang guru untuk MEMAKSA, menyalahkan, mengintimidasi, dan menghukum seorang anak kecil, tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Perkara sebenarnya adalah apakah guru berhak atau tidak berhak menyentuh badannya seorang anak didik, dan memaksa anak itu taat pada "kemauan guru" tanpa izin orang tua? Guru punya pendapat A. Orang tua punya pendapat B, dan izinkan anaknya berpendapat B juga. Guru melihat anak yang ikuti B. Tidak ada aturan sekolah yang mengatur B. Lalu, karena guru secara pribadi suka atau setuju dengan A, maka guru memegang badan anak dan memaksa anak taat dengan kondisi A.
Pertanyaan yang seharusnya dibahas bukan seputar jilbab. Tapi dari mana seorang guru merasa dapat hak menyentuh badan anak sekolah dan memaksa anak itu taat pada pilihan guru? Dilakukan tanpa izin orang tua, tanpa memberi tahu orang tua, tanpa aturan sekolah yang mewajibkan, dan tanpa kondisi darurat. Kenapa seorang guru merasa berhak menyentuh badan anak dan mengubah penampilannya secara paksa? Kalau anda menjawab "guru berhak memaksa" maka tolong jelaskan bedanya antara seorang "guru" yang digaji untuk mendidik anak kecil, dan seorang "penjaga penjara" yang digaji untuk kontrol kriminal berbahaya di dalam penjara?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
02 August, 2022
Apa Perannya Guru Indonesia Dalam Prestasi Siswa Di Lomba Internasional?
[Jawaban]: Mohon maaf pak, tapi kalau kita jujur, peran gurunya sebanyak apa dalam prestasi dan pencapaian anak-anak itu? Saya sudah lama amati anak Indonesia yang menjadi juara di luar (selama 20 tahun, dari berita). Hampir semuanya dari keluarga kaya (bapak ibu punya profesi, jadi sangat pintar juga). Hampir semuanya suka belajar, dan punya fasilitas lengkap di rumah. Hampir semuanya masuk sekolah swasta, bukan negeri. Dan mohon maaf, tanpa niat rasis, hampir semuanya juga keturunan Cina, dan hampir semuanya beragama Kristen! (Maaf, ini hanya fakta saja, bukan komentar negatif! Ketahuan dari nama anak, nama sekolah, dan pemakaian kalung salib.)
Jadi kalau mau cari berapa persen dari anak Indonesia yang miskin, dari kampung, masuk sekolah negeri, fasilitas rumahnya serba kurang, dan Muslim, yang menang medali emas dalam lomba di luar, maka nyaris tidak ada. Padahal MAYORITAS dari siswa di Indonesia punya identitas seperti itu. Dan berita membuktikan, bukan mereka yang menjadi juara di luar negeri dalam lomba-lomba. Hampir semua anak yang "meraih prestasi" bagi Indonesia di luar adalah anak dari kalangan minoritas, seperti yang saya gambarkan di atas.
Tidak berarti "ada yang salah". Tapi sebatas menyatakan, kalau seorang sopir mengaku bisa ngebut di jalan tol ketika memakai BMW, maka kita tidak perlu heran. Malah normal dan wajar. Yang perlu kita bahas adalah bagaimana seorang sopir bisa bawa Bajaj di jalan tol, dan lewati semua BMW asing, disebabkan peran MONTIR (guru Indonesia)! Itu baru menjadi suatu prestasi yang patut kita hargai dan ulangi di semua kampung dan kota, betul?
-Gene Netto
Dalam Sebulan, Ada 40 Anjing Yang Dibunuh oleh Jagal Surabaya
Setiap hari, ada anak yang menyerang dan berusaha membunuh anak lain karena sekolahnya beda (disebut tawuran). Setiap hari, ada anak yang diperkosa, disodomi atau dicabuli oleh bapak tiri, bapak kandung, guru ngaji, guru sekolah, tetangga atau saudara. Setiap hari ada anak yang diperkosa bergilir oleh 3-12 remaja (tanpa pernah ada kasus seorang laki menolak dan selamatkan korban). Dan setiap hari juga ada binatang yang disiksa karena mereka hanya binatang, bukan manusia, seakan-anak manusia dipedulikan.
Pertanyaan saya: Kenapa begitu banyak orang Indonesia terlihat tidak punya rasa "empati"? Terhadap binatang saja tidak ada, apalagi manusia. Apa ini hasil kemerdekaan yang diharapkan? Penjajah jahat diusir agar orang Indonesialah yang dapat kesempatan berbuat jahat terhadap tetangga sebangsa dan setanah air? Apa sistem pendidikan kita begitu lemah sampai tidak bisa mendidik manusia untuk merasakan belas kasihan terhadap makhluk lain dan juga manusia? Bagaimana kita bisa mendidik generasi depan agar kondisi hidup mereka lebih baik?
-Gene Netto
Dalam Sebulan, Ada 40 Anjing Yang Dibunuh oleh Jagal Surabaya
Surabaya Raya 1 Agustus 2022, JawaPos.com – Kristian Adi Wibowo melaporkan MR dan RS, pengelola tempat jagal anjing di Jalan Pesapen IV, ke Polrestabes Surabaya, Minggu (31/7). Mereka disebut bisa membantai 40 ekor anjing dalam sebulan.
"Rencananya, anjing-anjing ini akan dijadikan masakan. Cara (membunuhnya, Red) dengan dipukul sampai pingsan, lalu dibakar hidup-hidup,” kata Ketua Yayasan Sarana Metta Indonesia Christian Joshua Pale.
https://www.jawapos.com
18 July, 2022
Saya Mau Menyusahkan Masyarakat!
A: Saya ada ide! Saya mau menyusahkan masyarakat!!
B: Wah, bagaimana caranya Pak?
A: Anak SD harus pakai seragam. Biar pagi2, orang tua repot. Kalau pakai baju biasa, lebih mudah, lebih murah. Pakai seragam lebih repot.
B: Wah, bagus tuh pak. Segitu saja?
A: Tidak!! Jangan hanya satu seragam saja. Senin khusus putih, biar repot dibersihkan. Lalu seragam biasa. Ditambah seragam pramuka. Dan juga seragam batik. Dan seragam Muslim untuk hari Jumat. Dan seragam olahraga.
B: Wah, hebat Pak! Sangat menyusahkan masyarakat. Sudah cukup?
A: Belum!! Harus ditambahkan topi juga biar orang tua repot cari topi setiap hari.
B: Wah, sudah paling repot begitu! Sudah selesai?
A: Belum!! Wajib pakai sabuk hitam juga.
B: Bukannya lebih mudah celana pinggang karet saja untuk anak kecil?
A: Jangan!! Biar orang tua repot cari sabuk setiap pagi!!
B: Sudah maksimal ya Pak? Tidak mungkin ada lagi!!
A: ADA!! Tambahkan dasi juga!!
B: Untuk anak SD? Gila benar Pak! Orang kantoran saja malas pakai dasi. Selesai kerja, buru2 dilepaskan. Kok anak kecil diwajibkan pakai dasi!!???
A: Harap ingat! Tujuan saya adalah menyusahkan masyarakat. Dan kalau dari seragam itu ada yang terlupakan, anak itu akan dihukum! Biar pulangnya marah atau menangis! Jangan sampai masuk sekolah menjadi mudah. Jangan sampai anak bahagia. Saya mau menyusahkan masyarakat.
B: SUDAH PAK!! Tidak mungkin bisa lebih repot lagi!!
A: Kata siapa??!! Masih bisa!! Anak wajib masuk kelas jam jam 6:30 atau 7:00 pagi. Pulang jam 14:00, atau jam 16:30, lalu dikasih PR yang banyak untuk isi beberapa jam. Biar capek! Setiap pagi harus bangun, buru-buru cari barang, capek, ngantuk, rewel, menangis, tidak makan, dan tidak ada waktu untuk bersenang-senang dengan orang tuanya atau saudaranya! Yang penting buru-buru dan repot! Tapi jangan khawatir. Orang Indonesia tidak mungkin menolak. Kebijakan harus ditaati. “Diam dan taat” adalah hasil pendidikan paling utama di negara ini. Jangan sampai rakyat merasa tenang atau merasa pemerintah harus MELAYANI rakyat!!
B: Wah.... Anda sangat pantas menjadi seorang pemimpin di Indonesia!!!! Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah!!??
A: Betul betul betul….! Merdeka!!!
[ Semoga bermanfaat sebagai renungan bagi para orang tua, yang taat terus, tanpa bertanya apa ini sistem terbaik untuk 60 juta anak Indonesia. -Gene Netto ]
12 July, 2022
Tata Cara Sembelih Hewan Qurban: Cuek Saja Dan Kasih Tukang Jagal
Assalamu’alaikum wr.wb. Saya pernah berdiri di tengah puluhan orang, yang menunggu sapi dan kambing disembelih. Semua orang sibuk ketawa, berbincang, membahas baju, makanan, kegiatan keluarga dll. sambil bersenang-senang. Yang mau potong leher sapi itu bertato di lengan dan leher, sambil merokok. Saya tanya mereka siapa. Katanya tukang jagal, yang didapatkan agar "cepat prosesnya" daripada ustadz dan pria muslim harus repot belajar. Diserahkan pada "ahlinya".
Saya lihat kaki sapi diikat, dibanting dengan keras, diseret lewat lumpur penuh darah, sampai lehernya di atas lubang penuh darah, lalu dipegang oleh 4-5 tali agar tidak bisa melawan, dan setelah sekitar 3-4 menit begitu, akhirnya lehernya dipotong. Sapi yang lain menyaksikan dari jarak sekitar 10m. Saya merasa kesal, dan tinggalkan mereka, dan malas makan dagingnya yang menjadi kebanggaan semua orang yang hadir. Jadi merasa malu bergabung dengan umat Islam. Tidak terbayang komentarnya Rasulullah SAW apabila beliau bisa berdiri di situ, dan menyaksikan pria bertato yang sangat cuek pada hukum agama yang menurus hewan qurban.
Dan setelah menyaksikan hal serupa bertahun-tahun, saya malas diajak lihat hewan qurban disembelih dan malas makan dagingnya. Sayangnya, siapa saja boleh sembelih hewan qurban, tanpa kita perlu peduli apa ilmunya sesuai ajaran agama atau tidak. Yang penting hasil, bukan proses! Sapi hanya makhluk Allah yang rendah, jadi buat apa pedulikan haknya? Masa Allah keberatan kalau sikap kita buruk?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Mercy Halal Islamic Slaughter Part 1
https://www.youtube.com/watch?v=quhVxLUwiBw
Mercy Halal Islamic Slaughter Part 2 - A
https://www.youtube.com/watch?v=5LiqjyQqLW4