(Cool. Satu alasan lagi untuk pilih JK.)
Jumat, 05/06/2009 16:10 WIB
Gunawan Mashar - detikPemilu
Jakarta - Calon Presiden (capres) Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) mengatakan ia hanya butuh waktu satu periode untuk memakmurkan bangsa ini. Jika terpilih jadi presiden pada Pilpres 2009, JK berjanji akan pensiun dari politik pada 2014 nanti.
"Jika saya terpilih jadi presiden periode berikutnya saya akan pensiun pada 2014," ucap JK di hadapan ratusan pendukung saat pelantikan tim pemenangan JK-Wiranto di Gedung DPD Partai Golkar Sulteng, Jl Moh Yamin Palu, Sulteng, Jumat (5/6/2009).
Menurut JK, satu periode menjadi orang nomor satu di negeri ini sudah cukup untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Satu kali jadi wapres dan satu kali jadi presiden sudah cukup bagi saya untuk mengabdi pada bangsa ini," imbuhnya.
Lebih lanjut JK mengatakan, pada 2014 nanti saatnya generasi muda yang berkesempatan memimpin tampuk pemerintahan. "Generasi harus berkelanjutan," tutup JK. ( ape / iy )
Sumber: pemilu.detiknews
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(557)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(179)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
06 June, 2009
05 June, 2009
Re: Pidato Obama di Cairo 4 Juni 2009
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Saya anggap ini salah satu pidato politik terbaik yang pernah diberikan oleh seorang Presiden Amerika. Saya yakin pidato ini masih akan dibicarakan oleh seluruh dunia dalam waktu 50 tahun mendatang. Ingatlah pidato ini. Insya Allah ini adalah permulaan dari hubungan baru antara dunia Islam dan dunia barat, khususnya Amerika.
Ini hanya permulaan saja, tetapi Presiden Obama telah menawarkan tangannya sebagai tanda persahabatan, dengan sebuah pidato yang halus dan mulia. Sekarang ummat Islam harus membalas dengan pidato dan komentar yang serupa, dan kita harus menerima tawaran ini dengan merasa yakin bahwa Allah akan mewujudkan tindakan nyata bagi kita semua.
Semua orang tua menginginkan anaknya dibesarkan di dunia tanpa kekerasan, perang, penyakit dan sebagainya. Semua orang tua berharap anaknya menerima dunia yang bahagia dan sejahtera. Kalau Presiden Obama serius dengan semua tawarannya, kita harus menerimanya dan membuka hati kita supaya bisa duduk pada meja yang sama dan membahas apa yang telah membuat kita sakit hati selama ini. Insya Allah Presiden Obama akan bersedia mendengar dengan baik. Semoga benar, dan semoga Allah memberikan keberhasilan pada usaha ini untuk menciptakan dunia baru bagi kita semua. Amin.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Terjemahan Pidato Obama dalam Bahasa Indonesia di sini
English Text of Obama’s Speech here
Watch Online at You Tube (In English, no subtitles)
Video also available here
Saya anggap ini salah satu pidato politik terbaik yang pernah diberikan oleh seorang Presiden Amerika. Saya yakin pidato ini masih akan dibicarakan oleh seluruh dunia dalam waktu 50 tahun mendatang. Ingatlah pidato ini. Insya Allah ini adalah permulaan dari hubungan baru antara dunia Islam dan dunia barat, khususnya Amerika.
Ini hanya permulaan saja, tetapi Presiden Obama telah menawarkan tangannya sebagai tanda persahabatan, dengan sebuah pidato yang halus dan mulia. Sekarang ummat Islam harus membalas dengan pidato dan komentar yang serupa, dan kita harus menerima tawaran ini dengan merasa yakin bahwa Allah akan mewujudkan tindakan nyata bagi kita semua.
Semua orang tua menginginkan anaknya dibesarkan di dunia tanpa kekerasan, perang, penyakit dan sebagainya. Semua orang tua berharap anaknya menerima dunia yang bahagia dan sejahtera. Kalau Presiden Obama serius dengan semua tawarannya, kita harus menerimanya dan membuka hati kita supaya bisa duduk pada meja yang sama dan membahas apa yang telah membuat kita sakit hati selama ini. Insya Allah Presiden Obama akan bersedia mendengar dengan baik. Semoga benar, dan semoga Allah memberikan keberhasilan pada usaha ini untuk menciptakan dunia baru bagi kita semua. Amin.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Terjemahan Pidato Obama dalam Bahasa Indonesia di sini
English Text of Obama’s Speech here
Watch Online at You Tube (In English, no subtitles)
Video also available here
Terjemahan Pidato Obama di Cairo 4 Juni 2009
04 June 2009
Obama’s Remarks at Cairo University, Egypt (Indonesian)
President seeks new beginning between U.S., Muslims based on mutual respect
(begin transcript)
GEDUNG PUTIH
Kantor Sekretaris Pers
Kairo, Mesir
Untuk Dirilis Segera
Juni 2009
PIDATO PRESIDEN PERMULAAN YANG BARU
Cairo University
Kairo, Mesir
1:10 Siang (Lokal)
PRESIDEN OBAMA: Terima kasih. Selamat siang. Saya merasa terhormat untuk berada di kota Kairo yang tak lekang oleh waktu, dan dijamu oleh dua institusi yang luar biasa. Selama lebih seribu tahun, Al Azhar telah menjadi ujung tombak pembelajaran Islam, dan selama lebih seabad, Universitas Kairo telah menjadi sumber kemajuan Mesir. Bersama, anda mewakili keselarasan antara tradisi dan kemajuan. Saya berterima kasih atas keramahan anda, dan keramahan rakyat Mesir. Dan saya juga bangga untuk membawa bersama saya niat baik rakyat Amerika, dan salam perdamaian dari warga muslim di negara saya: “assalamu’alaikum”.
Kita bertemu pada saat ada ketegangan besar antara Amerika Serikat dan warga Muslim seluruh dunia – ketegangan yang berakar pada kekuatan-kekuatan sejarah yang melampaui setiap perdebatan kebijakan yang kini berlangsung. Hubungan antara Islam dan Barat selama ini mencakup berabad-abad koeksistensi dan kerja sama, tapi juga konflik dan perang-perang bernuansa agama. Akhir-akhir ini, ketegangan muncul akibat kolonialisme yang menyangkal hak dan peluang bagi banyak warga Muslim, serta sebuah Perang Dingin yang membuat banyak negara dengan mayoritas penduduk Muslim diperlakukan sebagai boneka tanpa mengacuhkan aspirasi mereka sendiri. Lebih jauh lagi, perubahan besar yang dibawa modernitas dan globalisasi membuat banyak Muslim menilai Barat bersikap memusuhi tradisi Islam.
Kalangan ekstrimis yang keras telah mengeksploitasi ketegangan-ketegangan yang ada dalam segmen kecil namun merupakan minoritas kuat di kalangan Muslim ini. Serangan pada tanggal 11 September 2001 dan upaya berkelanjutan dari kalangan ekstrimis ini untuk menyerang warga sipil telah membuat sebagian kalangan di negara saya untuk menilai Islam tidak saja memusuhi Amerika dan negara-negara Barat, tapi juga hak asasi manusia. Semua ini telah memupuk rasa takut dan lebih banyak rasa tidak percaya.
Selama hubungan kita ditentukan oleh perbedaan-perbedaan kita, kita akan memperkuat mereka yang menyebarkan kebencian bukan perdamaian, mereka yang mempromosikan konflik bukan kerja sama yang dapat membantu semua rakyat kita mencapai keadilan dan kemakmuran. Lingkaran kecurigaan dan permusuhan ini harus kita akhiri.
Saya datang ke Kairo untuk mencari sebuah awal baru antara Amerika Serikat dan Muslim diseluruh dunia, berdasarkan kepentingan bersama dan rasa saling menghormati – dan didasarkan kenyataan bahwa Amerika dan Islam tidaklah eksklusif satu sama lain, dan tidak perlu bersaing. Justru keduanya bertemu dan berbagi prinsip-prinsip yang sama – yaitu prinsip-prinsip keadilan dan kemajuan; toleransi dan martabat semua umat manusia.
Saya mengakui bahwa perubahan tidak dapat terjadi dalam semalam. Saya tahu sudah banyak pemberitaan mengenai pidato ini, tetapi tidak ada satu pidato tunggal yang mampu menghapus ketidakpercayaan yang terpupuk selama bertahun-tahun, dan saya pun tidak mampu dalam waktu yang saya miliki siang ini menjawab semua pertanyaan rumit yang membawa kita ke titik ini. Tapi saya percaya bahwa supaya kita bisa melangkah maju, kita harus secara terbuka mengatakan kepada satu sama lain hal-hal yang ada dalam hati kita, dan yang seringkali hanya diungkapkan di belakang pintu tertutup. Harus ada upaya yang terus menerus dilakukan untuk mendengarkan satu sama lain; untuk belajar dari satu sama lain; untuk saling menghormati, dan untuk mencari persamaan. Sebagaimana kitab suci Al Qur’an mengatakan, “Ingatlah kepada Allah dan bicaralah selalu tentang kebenaran.” (Tepuk tangan.) Ini yang saya akan coba lakukan hari ini – untuk berbicara tentang kebenaran sebaik kemampuan saya, dengan direndahkan hati oleh tugas di depan kita, dan dengan keyakinan bahwa kepentingan yang sama-sama kita miliki sebagai umat manusia jauh lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan yang memisahkan kita.
Nah, sebagian dari keyakinan ini berakar dari pengalaman saya pribadi. Saya penganut Kristiani, tapi ayah saya berasal dari keluarga asal Kenya yang mencakup sejumlah generasi penganut Muslim. Sewaktu kecil, saya tinggal beberapa tahun di Indonesia dan mendengar lantunan adzan di waktu subuh dan maghrib. Ketika pemuda, saya bekerja di komunitas-komunitas kota Chicago yang banyak anggotanya menemukan martabat dan kedamaian dalam keimanan Islam mereka.
Sebagai pelajar sejarah, saya juga mengetahui peradaban berhutang besar terhadap Islam. Adalah Islam – di tempat-tempat seperti Universitas Al-Azhar – yang mengusung lentera ilmu selama berabad-abad, dan membuka jalan bagi era Kebangkitan Kembali dan era Pencerahan di Eropa. Adalah inovasi dalam masyarakat Muslim – (tepuk tangan) -- yang mengembangkan urutan aljabar; kompas magnet dan alat navigasi; keahlian dalam menggunakan pena dan percetakan; dan pemahaman mengenai penularan penyakit serta pengobatannya. Budaya Islam telah memberikan kita gerbang-gerbang yang megah dan puncak-puncak menara yang menjunjung tinggi; puisi-puisi yang tak lekang oleh waktu dan musik yang dihargai; kaligrafi yang anggun dan tempat-tempat untuk melakukan kontemplasi secara damai. Dan sepanjang sejarah, Islam telah menunjukkan melalui kata-kata dan perbuatan bahwa toleransi beragama dan persamaan ras adalah hal-hal yang mungkin. – (tepuk tangan)
Saya juga tahu bahwa Islam selalu menjadi bagian dari riwayat Amerika. Negara pertama yang mengakui negara saya adalah Maroko. Saat menandatangani Perjanjian Tripoli pada tahun 1796, presiden kedua kami John Adams menulis, “Amerika Serikat tidaklah memiliki karakter bermusuhan dengan hukum, agama, maupun ketentraman umat Muslim.” Dan sejak berdirinya negara kami, umat Muslim Amerika telah memperkaya Amerika Serikat. Mereka telah berjuang dalam perang-perang kami, bekerja dalam pemerintahan, memperjuangkan hak-hak sipil, mengajar di perguruan-perguruan tinggi kami, unggul dalam arena-arena olah raga kami, memenangkan Hadiah Nobel, membangun gedung-gedung kami yang tertinggi, dan menyalakan obor Olimpiade. Dan ketika warga Muslim-Amerika pertama terpilih sebagai anggota Kongres belum lama ini, ia mengambil sumpah untuk membela Konstitusi kami dengan menggunakan Al Quran yang disimpan oleh salah satu Bapak Pendiri kami – Thomas Jefferson – di perpustakaan pribadinya. (tepuk tangan)
Jadi saya telah mengenal Islam di tiga benua sebelum datang ke kawasan tempat agama ini pertama kali diturunkan. Pengalaman tersebut memandu keyakinan saya bahwa kemitraan antara Amerika dan Islam harus didasarkan pada apakah Islam itu, bukan pada apakah yang bukan Islam. Dan saya menganggap ini adalah bagian dari tanggung jawab saya sebagai Presiden Amerika Serikat untuk memerangi stereotip negatif tentang Islam di mana pun munculnya. (tepuk tangan)
Tapi prinsip yang sama harus diterapkan pada persepsi tentang Amerika. (tepuk tangan) Seperti halnya umat Muslim tidak sesuai dengan stereotip yang mentah, Amerika juga bukan stereotip mentah tentang sebuah kerajaan yang hanya punya kepentingan sendiri. Amerika Serikat telah menjadi salah satu sumber kemajuan terbesar yang dikenali dunia. Kami lahir akibat revolusi melawan sebuah kerajaan. Kami didirikan berdasarkan sebuah ide bahwa semua orang diciptakan sama, dan kami telah menumpahkan darah dan berjuang selama berabad-abad untuk memberikan arti kepada kata-kata tersebut – di dalam batas negara kami, dan di sekeliling dunia. Kami terbentuk oleh setiap budaya, yang datang dari setiap sudut bumi, dan berdedikasi pada sebuah konsep sederhana: E pluribus unum: “Dari banyak menjadi satu”.
Banyak yang telah dikatakan mengenai fakta bahwa seorang Amerika keturunan Afrika dengan nama Barack Hussein Obama dapat terpilih sebagai presiden. (tepuk tangan) Tapi kisah pribadi saya bukanlah sesuatu yang unik. Mimpi akan kesempatan bagi semua belumlah terwujud bagi setiap orang di Amerika, tapi janji itu diberikan bagi semua yang datang ke pantai kami – termasuk hampir tujuh juta warga Muslim Amerika di negara kami saat ini yang memiliki pendapatan dan pendidikan lebih tinggi dari rata-rata. (tepuk tangan)
Lebih jauh lagi, kebebasan di Amerika tidaklah terpisahkan dari kebebasan memraktikkan agama. Itu sebabnya ada masjid di setiap negara bagian di negeri kami, dan ada lebih dari 1200 masjid di dalam batas negara kami. Itu sebabnya pemerintah Amerika telah maju ke pengadilan untuk membela hak wanita dan anak perempuan mengenakan hijab, dan untuk menghukum mereka yang mengingkarinya. (tepuk tangan)
Jadi janganlah ada keraguan: Islam adalah bagian dari Amerika. Dan saya percaya bahwa Amerika memegang kebenaran dalam dirinya bahwa terlepas dari ras, agama, dan posisi dalam hidup, kita semua memiliki aspirasi yang sama – untuk hidup dalam damai dan keamanan; untuk memperoleh pendidikan dan untuk bekerja dengan martabat; untuk mengasihi keluarga kita, masyarakat kita, dan Tuhan kita. Ini adalah hal-hal yang sama-sama kita yakini. Ini adalah harapan dari semua kemanusiaan.
Tentu saja, mengenali persamaan kemanusiaan kita hanyalah awal dari tugas kita. Justru ini adalah sebuah awal. Kata-kata saja tidak dapat memenuhi kebutuhan rakyat kita. Kebutuhan-kebutuhan itu baru terpenuhi jika kita bertindak berani di tahun-tahun mendatang; Dan kita harus bertindak dengan pemahaman bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah tantangan bersama, dan kegagalan kita mengatasinya akan merugikan kita semua.
Karena kita telah belajar dari pengalaman baru-baru ini bahwa ketika sistem keuangan melemah di satu negara, kemakmuran di mana pun ikut dirugikan. Ketika jenis flu baru menulari satu orang, semua terkena risiko. Ketika satu negara membangun senjata nuklir, risiko serangan nuklir bagi semua negara ikut naik. Ketika kelompok ekstrim keras beroperasi di satu rangkaian pegunungan, rakyat di seberang samudera pun ikut menghadapi bahaya. Dan ketika mereka yang tak bersalah di Bosnia dan Darfur dibantai, itu menjadi noda dalam nurani kita bersama. (tepuk tangan) Itulah artinya berbagi dunia di abad ke-21. Inilah tanggung jawab kita kepada satu sama lain sebagai umat manusia.
Dan ini adalah tanggung jawab yang sulit diemban. Karena sejarah manusia telah merekam berbagai bangsa dan suku yang mencoba menaklukkan satu sama lain demi kepentingan sendiri. Tapi di era baru ini, sikap seperti itu justru akan mengalahkan diri sendiri. Karena saling ketergantungan kita, setiap tatanan dunia yang mengangkat satu bangsa atau sekelompok orang lebih tinggi dari yang lain pada akhirnya akan gagal. Jadi apa pun pikiran kita mengenai masa lalu, kita tidak boleh terperangkap olehnya. Masalah-masalah kita harus ditangani dengan kemitraan; kemajuan harus dibagi bersama. (tepuk tangan)
Nah, itu tidak berarti kita tidak mengindahkan sumber-sumber ketegangan. Justru yang disarankan adalah sebaliknya: kita harus menghadapi ketegangan-ketegangan ini secara langsung. Dan dalam semangat ini, saya akan berbicara sejelas dan segamblang mungkin mengenai isu-isu spesifik yang saya percaya akhirnya harus kita hadapi bersama.
Isu pertama yang harus kita hadapi adalah ekstrimisme keras dalam semua wujudnya.
Di Ankara, saya telah menjelaskan bahwa Amerika tidak sedang – dan tidak akan pernah – berperang dengan Islam. (tepuk tangan) Kami akan, meski demikian, tak lelah-lelahnya melawan kelompok ekstrim keras yang mengancam serius keamanan kami. Karena kami menolak apa yang juga ditolak oleh semua orang beragama: yaitu pembunuhan laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang tidak bersalah. Dan adalah tugas saya yang pertama sebagai Presiden untuk melindungi rakyat Amerika.
Situasi di Afghanistan mendemonstrasikan sasaran-sasaran Amerika dan kebutuhan kita untuk bekerja sama. Lebih tujuh tahun lalu, Amerika Serikat mengejar Al Qaida dan Taliban dengan dukungan internasional yang luas. Kami tidak melakukannya karena ada pilihan, kami melakukannya karena perlu. Saya sadar bahwa sejumlah orang mempertanyakan atau membenarkan peristiwa serangan 11 September. Tapi mari kita perjelas: Al Qaida membunuh hampir 3000 orang pada hari itu. Para korban adalah kaum pria, wanita, dan anak-anak yang tidak bersalah dari Amerika dan banyak negara lain yang tidak berbuat apa-apa untuk melukai orang lain. Tapi Al Qaida memilih untuk dengan kejam membunuh mereka, mengklaim pujian atas serangan tersebut, dan bahkan sekarang menyatakan tekad mereka untuk membunuh lagi dalam skala sangat besar. Mereka memiliki kaki tangan di banyak negara dan sedang mencoba untuk memperluas jangkauan mereka. Ini bukan opini yang dapat diperdebatkan; ini adalah fakta yang harus dihadapi.
Janganlah salah paham: kami tidak menginginkan tentara kami di Afghanistan. Kami tidak berencana mendirikan basis militer di sana. Sangat menyakitkan bagi Amerika untuk kehilangan nyawa banyak warga pria dan wanita kami. Adalah mahal dan sulit secara politik untuk melanjutkan konflik ini. Kami dengan senang hati akan memulangkan setiap tentara kami jika kami bisa yakin bahwa tidak ada kaum ekstrimis keras di Afghanistan dan Pakistan yang bertekad membunuh sebanyak mungkin orang Amerika sebisa mereka. Tetapi hal itu tidak bukanlah kenyataan yang ada sekarang.
Itulah sebabnya kami bermitra dengan koalisi 46 negara. Dan meksi biayanya besar, niat Amerika tidak akan melemah. Tak satu pun dari kita yang seharusnya mentoleransi kaum ekstrimis seperti ini. Mereka telah membunuh di banyak negara. Mereka telah membunuh orang dari beragam agama – lebih dari yang lain, mereka telah membunuh umat Muslim. Tindakan-tindakan mereka sangat bertentangan dengan hak umat manusia, kemajuan bangsa-bangsa, dan dengan Islam. Kitab suci Al Quran mengajarkan bahwa siapa yang membunuh orang tak bersalah, maka ia seperti telah membunuh semua umat manusia; dan siapa yang menyelamatkan satu orang; maka ia telah menyelamatkan semua umat manusia. (tepuk tangan) Iman indah yang diyakini oleh lebih semiliar orang sungguh lebih besar daripada kebencian sempit sekelompok orang. Islam bukanlah bagian dari masalah dalam memerangi ekstrimisme keras – Islam haruslah menjadi bagian penting dari penggalakkan perdamaian.
Kami juga tahu bahwa kekuatan militer saja tidak akan memecahkan masalah di Afghanistan dan Pakistan. Itu sebabnya kami berencana untuk menanam investasi sebesar 1,5 miliar dolar setiap tahun selama lima tahun ke depan untuk bermitra dengan warga Pakistan membangun sekolah, rumah sakit, jalan-jalan, dan usaha, dan ratusan juta untuk membantu mereka yang telah kehilangan tempat tinggal. Dan itu sebabnya kami menyediakan lebih dari 2.8 miliar dolar untuk membantu rakyat Afghanistan membangun ekonomi mereka dan menyediakan jasa-jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Kini saya akan berbicara tentang masalah Irak. Tidak seperti Afghanistan, Irak adalah perang karena pilihan yang telah menimbulkan perbedaan-perbedaan kuat di negara saya dan di dunia. Meski saya percaya bahwa rakyat Irak pada akhirnya lebih baik tanpa tirani Saddam Hussein, saya juga percaya bahwa peristiwa-peristiwa di Irak telah mengingatkan Amerika tentang perlunya menggunakan diplomasi dan membangun konsensus untuk mengatasi masalah-masalah kita kapan pun memungkinkan. (tepuk tangan) Kita bahkan dapat mengingat kata-kata salah satu presiden terbesar kami, Thomas Jefferson, yang mengatakan: “Saya berharap kebijakan kita akan bertambah sejalan dengan kekuatan kita, dan mengajarkan kita bahwa semakin sedikit kita menggunakan kekuatan, justru semakin besar kekuatan itu.”
Hari ini Amerika memiliki dua tanggung jawab: yaitu untuk membantu Irak membangun masa depan yang lebih baik, dan untuk menyerahkan Irak ke tangan rakyat Irak. (tepuk tangan) Saya telah menjelaskan kepada warga Irak bahwa kami tidak berencana mendirikan basis di sana, dan tidak mengklaim baik teritori maupun sumber daya mereka. Kedaulatan Irak ada di tangan mereka sendiri. Itu sebabnya saya memerintahkan pencabutan brigade-brigade tempur kami sampai bulan Agustus mendatang. Itu sebabnya kami akan menghormati kesepakatan kami dengan pemerintah Irak yang terpilih secara demokratis untuk menarik pasukan tempur dari kota-kota Irak pada Juli mendatang, dan untuk memulangkan semua tentara kami dari Irak pada tahun 2012. Kami akan membantu Irak melatih Tentara Keamanan dan membangun ekonominya. Tapi kami akan mendukung Irak yang aman dan bersatu sebagai mitra, dan tidak pernah sebagai pelindung.
Dan akhirnya, seperti halnya Amerika tidak pernah bisa mentoleransi kekerasan oleh kaum ekstrimis, kami tidak pernah boleh mengompromikan prinsip-prinsip kami. Serangan 11 September adalah trauma besar bagi negara kami. Rasa takut dan marah yang muncul karenanya bisa dipahami, tapi dalam sejumlah kasus, itu telah membuat kami bertindak berlawanan dengan pemikiran-pemikiran kami. Kami sedang mengambil langkah-langkah konkret untuk mengubah arah. Saya telah sepenuhnya melarang praktik penyiksaan oleh Amerika Serikat, dan saya telah memerintahkan penutupan penjara di Teluk Guantanamo awal tahun depan.
Jadi Amerika akan membela diri, dengan menghormati kedaulatan bangsa-bangsa dan aturan hukum. Dan kami akan melakukannya dalam kemitraan dengan masyarakat-masyarakat Muslim yang juga terancam. Semakin cepat kaum ekstrimis diisolasi dan diusir dari dalam masyarakat-masyarakat Muslim, semakin cepat kita semua akan menjadi selamat.
Sumber ketegangan besar yang kedua yang perlu kita diskusikan adalah situasi antara warga Israel, Palestina, dan dunia Arab.
Ikatan yang kuat antara Amerika dan Israel telah banyak diketahui. Ikatan ini tidak dapat dipatahkan. Ini lahir berdasarkan ikatan budaya dan sejarah, serta pengakuan bahwa aspirasi atas sebuah tanah air Yahudi berakar dari sebuah sejarah tragis yang tidak bisa diingkari.
Di seantero dunia, kaum Yahudi telah ditindas selama berabad-abad, dan anti-Semitisme di Eropa memuncak dalam peristiwa Holocaust yang tidak pernah ada sebelumnya. Besok saya akan mengunjungi Buchenwald yang menjadi bagian dari jaringan kamp-kamp tempat kaum Yahudi diperbudak, disiksa, ditembak, dan digas hingga tewas oleh Third Reich. Enam juta orang Yahudi terbunuh – lebih banyak dari seluruh populasi Yahudi di Israel hari ini. Mengingkari fakta tersebut adalah tidak berdasar, bodoh, dan penuh kebencian. Mengancam Israel dengan penghancuran – atau mengulangi stereotip keji tentang umat Yahudi – sungguh sangat salah dan hanya akan membangkitkan kembali ingatan yang terperih di benak umat Yahudi sembari mencegah perdamaian yang patut dimiliki rakyat di kawasan ini.
Di sisi lain, tidak bisa diingkari bahwa rakyat Palestina – baik yang Muslim maupun yang Kristen – telah menderita dalam perjuangan memperoleh tanah air. Lebih dari enam puluh tahun, mereka telah merasakan sakitnya tidak memiliki tempat tinggal. Banyak yang menunggu di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat, Gaza, dan tanah-tanah tetangga untuk sebuah kehidupan yang damai dan aman yang belum pernah mereka jalani. Mereka menerima hinaan setiap hari – besar dan kecil – yang hadir bersama pendudukan. Jadi janganlah ada keraguan: situasi yang dihadapi rakyat Palestina tidaklah dapat ditoleransi. Amerika tidak akan bersikap tidak acuh terhadap aspirasi sah Palestina atas martabat, kesempatan, dan sebuah negara milik mereka sendiri. (tepuk tangan)
Selama beberapa dekade, yang ada hanyalah jalan buntu: Dua rakyat dengan aspirasi yang sah, masing-masing memiliki sejarah menyakitkan yang membuat kompromi sulit dilakukan. Adalah mudah untuk menuding – rakyat Palestina menuding hilangnya tempat tinggal akibat berdirinya negara Israel, dan rakyat Israel menuding permusuhan yang terus menerus dan serangan dari dalam batas negaranya sendiri dan dari luar sepanjang sejarah negara tersebut. Tapi jika kita melihat konflik ini hanya dari satu sisi mana pun, maka kita akan dibutakan dari kebenaran: satu-satunya resolusi adalah aspirasi kedua pihak diwujudkan melalui dua negara, di mana rakyat Israel dan Palestina masing-masing hidup dalam damai dan keamanan. (tepuk tangan)
Ini adalah kepentingan Israel, kepentingan Palestina, dan kepentingan Amerika. Itu sebabnya saya berniat untuk secara pribadi mengejar hasil ini, dengan segala kesabaran yang dituntut oleh tugas ini. (tepuk tangan) Kewajiban-kewajiban yang telah disepakati pihak-pihak menurut Peta Jalan telah jelas. Supaya perdamaian terwujud, waktunya bagi mereka – dan bagi kita semua – untuk melakukan tanggung jawab kita.
Warga Palestina harus meninggalkan kekerasan. Perlawanan lewat kekerasan dan pembunuhan adalah salah dan tidak akan berhasil. Selama berabad-abad, rakyat kulit hitam di Amerika menderita hentakan pecut sebagai budak dan penghinaan akibat pemisahan berdasarkan warna kulit. Tetapi bukan kekerasan yang memenangkan hak-hak persamaan sepenuhnya. Sebuah tuntutan damai namun penuh tekad bagi realisasi kondisi ideal yang merupakan inti dari pendirian Amerika. Kisah sama ini juga diceritakan oleh rakyat mulai dari Afrika Selatan sampai Asia Selatan; dari Eropa Timur sampai Indonesia. Sebuah kisah yang mengandung kebenaran yang sederhana: bahwa kekerasan merupakan sebuah jalan buntu. Bukanlah sebuah tanda keberanian atau kekuasaan kalau menembak roket ke anak-anak yang sedang tidur, atau meledakkan perempuan tua di dalam bis. Itu bukanlah cara untuk mengklaim moralitas; namun itu merupakan cara untuk menghilangkannya.
Kini waktunya untuk warga Palestina memusatkan perhatian kepada apa yang bisa mereka bangun. Penguasa Palestina harus mengembangkan kemampuan untuk memerintah, dengan institusi yang melayani kebutuhan rakyatnya. Hamas memiliki dukungan di sebagian kalangan rakyat Palestina, tetapi mereka juga punya tanggung jawab. Guna memainkan peran yang memenuhi aspirasi rakyat Palestina, dan untuk mempersatukan rakyat Palestina, Hamas harus mengakhiri kekerasan, menghormati persetujuan di masa lalu dan mengakui hak eksistensi Israel.
Secara bersamaan, rakyat Israel harus mengakui bahwa sebagaimana hak Israel untuk eksis tidak bisa dibantah, demikian pula halnya dengan hak Palestina. Amerika Serikat tidak menerima keabsahan dari mereka yang berniat melenyapkan Israel ke dalam laut, tetapi kami juga tidak menerima keabsahan dari penerusan pembangunan pemukiman (tepuk tangan) Yahudi. Pekerjaan konstruksi ini melanggar persetujuan sebelumnya dan melemahkan usaha mencapai perdamaian. Sudah tiba waktunya pembangunan pemukiman ini dihentikan. (tepuk tangan)
Israel harus memenuhi kewajibannya untuk memastikan rakyat Palestina bisa hidup dan bekerja serta membangun masyarakat mereka. Selain menghancurkan banyak keluarga Palestina, terus berlangsungnya krisis kemanusiaan di Gaza juga tidak memperkuat keamanan Israel; begitu pula halnya dengan terus berlangsungnya kelangkaan peluang di Tepi Barat. Kemajuan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Palestina harus menjadi bagian dari peta jalan menuju perdamaian, dan Israel harus mengambil langkah-langkah konkrit untuk memberdayakan kemajuan semacam itu.
Akhirnya, Negara-Negara Arab harus menyadari bahwa Inisiatif Perdamaian Arab merupakan awal yang penting, tetapi bukan akhir dari tanggung jawab mereka. Konflik Arab – Israel tidak bisa lagi dipakai untuk mengalihkan perhatian rakyat negara-negara Arab dari masalah-masalah lainnya. Sebaliknya, konflik itu harus menjadi penggerak untuk membantu rakyat Palestina mengembangkan institusi yang akan melanggengkan negara mereka; mengakui hak Israel; serta memilih kemajuan ketimbang fokus pada masa lalu yang begitu melemahkan.
Amerika akan menyesuaikan kebijakannya dengan mereka yang memperjuangkan perdamaian dan mengatakan secara terbuka apa yang kami katakan secara pribadi kepada warga Israel, Palestina, dan Negara-Negara Arab. (tepuk tangan) Kita tidak bisa memaksakan perdamaian. Tetapi secara pribadi, banyak orang Muslim menyadari bahwa Israel tidak akan lenyap; juga banyak orang Israel menyadari perlunya kehadiran sebuah negara Palestina. Waktunya sudah tiba bagi kita untuk bertindak berdasarkan apa yang oleh setiap orang diketahui merupakan hal yang benar.
Terlalu banyak air mata sudah diteteskan. Terlalu banyak darah sudah ditumpahkan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk berjuang menciptakan sebuah masa dimana para ibu Israel dan Palestina bisa menyaksikan anak-anak mereka tumbuh tanpa ketakutan; masa dimana Tanah Suci dari ketiga agama besar merupakan tempat perdamaian yang diinginkan Allah; masa dimana Jerusalem merupakan tempat tinggal aman dan langgeng bagi orang Yahudi dan Kristen dan Muslim, dan merupakan sebuah tempat untuk semua keturunan Abraham hidup bersama secara damai sebagaimana dikisahkan dalam ISRA, ketika Musa, Yesus dan Muhammad (damai bersama mereka) bergabung dalam ibadah doa. (tepuk tangan)
Sumber ketegangan ketiga adalah kepentingan kita bersama sehubungan hak-hak dan tanggung jawab negara-negara atas senjata nuklir. Isu ini menjadi sumber ketegangan baru-baru ini antara Amerika dan Republik Islam Iran. Selama bertahun-tahun, Iran mendefinisikan dirinya sebagian lewat oposisinya terhadap negara saya, dan memang ada sejarah yang kacau di antara kami. Di tengah-tengah Perang Dingin, Amerika memainkan peran dalam penggulingan pemerintah Iran yang terpilih secara demokratik. Sejak Revolusi Islam, Iran telah memainkan peran dalam tindak penyanderaan dan kekerasan terhadap pasukan dan warga sipil Amerika. Sejarah ini diketahui secara luas. Daripada terperangkap dalam masa lalu, saya telah menjelaskan kepada para pemimpin dan rakyat Iran bahwa negara saya siap untuk melangkah maju. Pertanyaannya kini, bukanlah apa yang ditentang Iran, tetapi masa depan apa yang ingin dibangunnya.
Sulit untuk mengatasi puluhan tahun ketidakpercayaan, tetapi kami akan maju dengan keberanian, kebenaran dan tekad. Banyak isu yang harus dibahas oleh kedua negara kita, dan kami siap melangkah maju tanpa prasyarat namun didasarkan pada sikap saling menghormati. Tetapi jelas bagi semua pihak yang berkepentingan bahwa dalam soal senjata nuklir kita telah mencapai titik yang menentukan. Ini bukan sekedar terkait kepentingan Amerika, ini berhubungan dengan pencegahan perlombaan senjata nuklir yang bisa menyebabkan wilayah ini terjerumus ke dalam jalur sangat berbahaya dan menghancurkan tatanan non-proliferasi global.
Saya memahami mereka yang memprotes bahwa beberapa negara memiliki senjata sementara yang lainnya tidak. Tak satupun negara bisa menentukan negara-negara mana yang boleh memiliki senjata nuklir. Itulah sebabnya saya secara kuat mempertegas komitmen Amerika untuk mengusahakan sebuah dunia di mana tak satu pun negara memiliki senjata nuklir. (tepuk tangan) Dan setiap negara – termasuk Iran – harus punya akses ke energi nuklir untuk tujuan damai apabila ia patuh pada tanggung jawabnya dibawah Persetujuan Non-Proliferasi Nuklir. Komitmen itu merupakan inti dari Persetujuan itu, dan harus diberikan kepada semua pihak yang mematuhinya.
Isu keempat yang akan saya tanggapi adalah demokrasi. (tepuk tangan)
Saya percaya pada sebuah sistem pemerintahan yang memberi hak bersuara kepada rakyatnya, dan yang menghormati penegakan hukum serta hak untuk semua manusia. Saya tahu bahwa ada kontroversi tentang penggalakkan demokrasi dalam tahun-tahun terakhir ini, dan sebagian dari kontroversi ini terkait dengan perang di Irak. Saya perjelas: sistem pemerintahan apa pun tidak bisa dipaksakan kepada sebuah negara oleh negara lainnya.
Tetapi hal itu tidak mengurangi komitmen saya kepada negara-negara yang mencerminkan keinginan rakyatnya. Setiap negara menghidupkan prinsip-prinsipnya dengan caranya sendiri, yang berasal dari tradisi rakyatnya. Amerika tidak berpretensi tahu apa yang terbaik untuk semua orang, sebagaimana juga kami tidak berpretensi bahwa kami bisa menentukan hasil dari sebuah pemilihan damai. Tetapi saya memiliki keyakinan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bahwa semua orang merindukan hal-hal tertentu: Kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan ikut menentukan bagaimana bentuk pemerintahan; mempercayai penegakan hukum dan penyelenggaraan keadilan yang sama untuk setiap orang; pemerintahan yang transparan dan tidak mencuri dari rakyatnya; kebebasan untuk hidup sesuai pilihan masing-masing. Itu bukan sekedar ide-ide Amerika, itu adalah hak asasi manusia dan oleh karena itu kami akan mendukungnya di mana saja.
Tak ada garis lurus untuk menciptakan janji itu. Tetapi yang jelas adalah: pemerintahan-pemerintahan yang melindungi hak-hak ini pada akhirnya akan lebih stabil, sukses dan aman. Tak ada garis lurus untuk menciptakan janji itu. Tetapi yang jelas adalah: Memberangus ide-ide tidak pernah berhasil melenyapkannya. Amerika menghormati hak-hak dari semua suara damai dan patuh hukum agar didengar di seluruh dunia meskipun kita tidak sepakat dengan mereka. Dan kami menyambut gembira semua pemerintahan terpilih dan damai – asalkan mereka memerintah dengan menghormati rakyatnya. Dimanapun kekuasaan itu berada, pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat merupakan standar tunggal untuk semua fihak yang memegang kekuasaan, Butir ini penting karena ada yang memperjuangkan demokrasi hanya pada saat mereka tidak berkuasa; setelah berkuasa, mereka secara keji memberangus hak-hak orang lain. (tepuk tangan) Di manapun kekuasaan itu berada, pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat merupakan standar tunggal untuk semua pihak yang memegang kekuasaan. anda harus mempertahankan kekuasaan lewat konsensus, bukan pemaksaan; anda harus menghormati hak-hak minoritas, dan berpartisipasi dalam semangat toleransi dan kompromi, anda harus mendahulukan kepentingan rakyat anda dan usaha sah dari proses politik di atas kepentingan partai. Tanpa ramuan ini pemilihan saja tidak akan menciptakan demokrasi yang murni.
ANGGOTA HADIRIN: Barack Obama, kami cinta anda!
PRESIDEN OBAMA: Terima kasih. (tepuk tangan)
Isu kelima yang harus kita tanggapi bersama adalah kebebasan beragama. Islam memiliki sebuah tradisi toleransi yang patut dibanggakan. Kita menyaksikan hal ini dalam sejarah Andalusia dan Kordoba. Saya menyaksikan hal itu langsung ketika masih kanak-kanak di Indonesia, di mana warga Kristen yang saleh bebas beribadah di sebuah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Itulah semangat yang kita butuhkan kini. Orang di setiap negara harus bebas memilih dan menjalankan keyakinan mereka berdasarkan keyakinan pikiran, hati dan jiwa. Toleransi ini penting agar agama bisa berkembang, tetapi juga ditantang dengan berbagai cara.
Di kalangan Muslim tertentu ada kecenderungan yang merisaukan, yakni mengukur kedalaman keyakinan diri sendiri lewat penolakan keyakinan orang lain. Kebhinekaan agama yang memperkaya harus ditegakkan – apakah itu kelompok Maronit di Lebanon atau Koptik di Mesir. (tepuk tangan) Dan garis pemisah juga harus dihilangkan di antara warga Muslim, sebagaimana perpecahan antara Sunni dan Syiah telah mengakibatkan kekerasan yang tragis, khususnya di Irak.
Kebebasan beragama penting bagi kemampuan rakyat hidup bersama. Kita harus senantiasa menelaah cara-cara yang kita pakai untuk melindunginya. Misalnya, di Amerika Serikat, peraturan sumbangan amal telah mempersulit warga Muslim untuk memenuhi kewajiban agama mereka. Itulah sebabnya saya bertekad untuk bekerja sama dengan warga Muslim Amerika guna memastikan mereka bisa memenuhi zakat.
Juga penting agar negara-negara Barat mencegah larangan kepada warganegara Muslim untuk mempraktikkan agama sesuai kehendak mereka – misalnya, dengan mendikte pakaian apa yang boleh dikenakan seorang perempuan Muslim. Sederhananya, kita tidak bisa menyembunyikan ketidaksenangan terhadap agama apapun lewat alasan liberalisme.
Keyakinan seharusnya mempersatukan kita. Itulah sebabnya kami mengikhtiarkan proyek-proyek di Amerika yang mempertemukan warga Kristen, Muslim dan Yahudi. Itulah sebabnya kami menyambut gembira usaha dialog Antar Agama Raja Abdullah dan kepemimpinan Turki dalam Aliansi Keberadaban. Di seluruh dunia kita bisa memanfaatkan dialog menjadi pelayanan Antar Keyakinan, sehingga jembatan di antara berbagai rakyat mengarah pada tindakan – apakah itu berupa perang melawan malaria di Afrika atau menyediakan bantuan bencana alam.
Isu keenam yang ingin saya tanggapi adalah hak-hak perempuan.
Saya tahu ada perdebatan tentang isu ini. Saya menolak pandangan beberapa pihak di Barat bahwa perempuan yang memilih untuk menutupi rambutnya seakan-akan tidak memiliki persamaan hak, tetapi saya juga berpendapat bahwa seorang perempuan yang tidak bisa menikmati pendidikan tidak diberi kesamaan hak. Dan bukan kebetulan bahwa negara-negara di mana kaum perempuannya terdidik secara baik juga makmur.
Saya perjelas: isu-isu mengenai persamaan hak perempuan bukan semata-mata merupakan isu untuk Islam. Di Turki, Pakistan, Bangladesh dan Indonesia, kita saksikan di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, mereka memilih seorang perempuan untuk memimpin. Sementara itu, perjuangan bagi persamaan hak perempuan masih terus merupakan aspek dalam kehidupan di Amerika, dan di negara-negara di seluruh dunia. Itulah sebabnya Amerika akan bermitra dengan setiap negara yang mayoritas penduduknya Muslim guna mendukung perluasan pemberantasan buta huruf untuk perempuan, dan membantu perempuan muda memperjuangkan pekerjaan lewat pinjaman untuk usaha kecil yang membantu rakyat merealisasikan cita-cita mereka.
Saya yakin putri-putri kita bisa menyumbang kepada masyarakat setara seperti putra-putra kita, (tepuk tangan) dan kemakmuran kita bersama bisa dimajukan dengan memberi kesempatan kepada semua orang – laki-laki dan perempuan – mencapai potensi mereka sepenuhnya. Saya berpendapat perempuan tidak harus membuat pilihan sama seperti laki-laki agar mencapai kesamaan, dan saya menghormati perempuan yang memilih peran tradisional dalam menjalankan kehidupan mereka. Tetapi hal itu haruslah merupakan pilihan mereka sendiri.
Akhirnya, saya ingin membahas pembangunan ekonomi dan kesempatan.
Saya tahu untuk banyak kalangan, wajah globalisasi bertentangan. Internet dan televisi bisa mengantarkan pengetahuan dan informasi, tetapi juga seksualitas yang bersifat ofensif dan kekerasan tak berperi kemanusiaan. Perdagangan bisa menciptakan kekayaan dan peluang baru, tetapi juga gangguan dan perubahan di masyarakat. Di semua negara – termasuk negara saya – perubahan ini bisa menyebabkan ketakutan. Ketakutan karena akibat modernitas kita kehilangan kendali atas pilihan ekonomi kita, politik kita dan yang terpenting, identitas kita – hal-hal yang paling kita hargai dari masyarakat kita, keluarga kita, tradisi kita dan keyakinan kita.
Tetapi saya juga tahu kemajuan manusia tidak bisa ditampik. Tidak perlu ada kontradiksi antara pembangunan dan tradisi. Negara seperti Jepang dan Korea Selatan membina ekonomi mereka sambil tetap mempertahankan budaya mereka. Hal yang sama juga berlaku pada kemajuan mengagumkan dalam Islam mulai dari Kuala Lumpur sampai ke Dubai. Di masa kuno dan di masa kita, masyarakat Muslim membuktikan bahwa mereka mampu berada di garis depan inovasi dan pendidikan.
Ini penting karena tak ada strategi pembangunan yang semata-mata didasarkan pada apa yang dihasilkan tanah, dan strategi pembangunan juga tidak bisa dipertahankan kalau generasi mudanya tidak memiliki pekerjaan. Banyak Negara Teluk menikmati kekayaan sebagai akibat penghasilan minyaknya, dan beberapa sudah mulai memusatkan perhatian pada pembangunan yang lebih luas. Tetapi kita semua harus menyadari bahwa pendidikan dan inovasi akan menjadi faktor penentu dari abad ke 21. (tepuk tangan) dan di banyak masyarakat Muslim masih kekurangan investasi dalam bidang-bidang ini..Saya tekankan hal itu di negara saya. Dan sementara Amerika di masa lalu memusatkan perhatian pada minyak dan gas alam di bagian dunia ini, kami kini menghendaki hubungan yang lebih luas.
Dalam pendidikan, kami akan memperluas program pertukaran dan memperbanyak bea siswa, seperti yang mengantar ayah saya ke Amerika, sementara juga mendorong lebih banyak warga Amerika untuk belajar di tengah masyarakat Muslim. Dan kami akan menempatkan siswa-siswa Muslim yang menjanjikan di tempat-tempat magang di Amerika; melakukan investasi dalam pembelajaran online untuk guru-guru dan anak-anak di seluruh dunia; dan menciptakan jaringan online baru, sehingga seorang remaja di Kansas mampu berkomunikasi langsung dengan remaja di Kairo.
Dalam rangka pembangunan ekonomi, kami akan menciptakan sebuah korps relawan bisnis baru untuk bermitra dengan counterpartnya di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Dan saya akan menyelenggarakan KTT Kewiraswastaan tahun ini untuk mengidentifikasi bagaimana kita bisa mempererat hubungan antara pemimpin bisnis, yayasan dan wiraswasta sosial di Amerika dan masyarakat Muslim di seluruh dunia.
Dalam bidang sains dan teknologi, kami akan meluncurkan sebuah dana baru untuk mendukung pembangunan teknologi di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, dan membantu mentransfer ide-ide ke pasar-pasar sehingga tercipta lapangan pekerjaan. Kami akan membuka pusat keunggulan sains di Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara serta mengangkat Utusan Sains baru untuk bekerja sama dalam program-program yang mengembangkan sumber energi baru, menciptakan lapangan pekerjaan hijau, digitalisasi catatan, air bersih dan menumbuhkan tanaman panen baru. Dan hari ini saya mengumumkan sebuah usaha global baru bersama Organisasi Konferensi Islam guna memberantas polio. Dan kita juga akan memperluas kemitraan dengan masyarakat Muslim guna menggalakkan kesehatan anak dan ibu.
Semua ini harus dilakukan lewat kemitraan. Rakyat Amerika siap bergabung dengan warganegara dan pemerintahan; organisasi kemasyarakatan, pemimpin agama dan bisnis di masyarakat Muslim diseluruh dunia guna membantu rakyat kita memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.
Isu-isu yang telah saya uraikan tidak mudah ditanggapi. Tetapi kita punya tanggung jawab untuk bergabung demi memperjuangkan dunia yang kita cita-citakan – sebuah dunia di mana ekstremis tidak lagi mengancam rakyat kita, dan pasukan Amerika bisa pulang; sebuah dunia di mana rakyat Israel dan Palestina masing-masing memiliki negara mereka sendiri yang aman, dan energi nuklir dipergunakan untuk tujuan damai; sebuah dunia di mana pemerintahan melayani warganegaranya serta hak-hak dari semua umat Allah dihormati. Ini merupakan kepentingan bersama. Itulah dunia yang kita cita-citakan, tetapi hal itu hanya kita bisa capai bersama.
Saya tahu ada banyak - Muslim dan non-Muslim - yang mempertanyakan apakah kita bisa membina permulaan baru ini. Beberapa ingin menghasut api perpecahan, dan menghalangi kemajuan. Beberapa mengatakan hal ini tidak ada gunanya – bahwa kita sudah ditakdirkan untuk berseteru dan berbagai peradaban ditakdirkan beradu. Banyak lagi yang sekedar skeptis bahwa perubahan nyata bisa terselenggara. Begitu banyak ketakutan, begitu banyak ketidak percayaan. Tetapi kalau kita memilih untuk terperangkap dalam masa lalu maka kita tidak pernah akan melangkah maju. Dan saya secara khusus ingin mengatakan kepada generasi muda dari setiap kepercayaan, di setiap negara – anda, lebih dari orang lain, memiliki kemampuan untuk menata kembali dunia, menyusun kembali dunia.
Kita semua menghuni dunia ini untuk waktu yang singkat. Pertanyaannya adalah apakah kita melewatkan waktu itu terpusat pada hal-hal yang memecah belah kita, atau apakah kita mendedikasikan diri pada usaha – usaha berkesinambungan – untuk mencapai kesamaan, memusatkan perhatian pada masa depan bagi anak-anak kita dan menghargai harga diri semua insan manusia.
Hal-hal ini tidaklah mudah. Lebih mudah memulai perang ketimbang menghentikannya. Lebih mudah menuduh pihak lain ketimbang melakukan introspeksi diri; untuk melihat apa yang berbeda pada diri seseorang ketimbang menemukan kesamaan kita. Tetapi ada pula sebuah aturan yang merupakan inti setiap agama – bahwa kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh mereka. Kebenaran ini berlaku lintas negara dan lintas rakyat – sebuah keyakinan yang tidak baru, yang tidak hitam atau putih atau coklat; bukan kebenaran Kristen, atau Muslim atau Yahudi. Ini merupakan keyakinan yang berdetak dalam dari buaian keberadaban, dan masih tetap berdetak dalam jantung miliaran manusia. Ini merupakan rasa percaya pada orang lain, dan hal itulah yang membawa saya kesini hari ini.
Kita memiliki kekuatan untuk menciptakan dunia yang kita cita-citakan, tetapi hanya apabila kita punya keberanian untuk memasuki awal yang baru, sambil ingat pada apa yang tertulis.
ALKitab Suci Al Quran mengatakan kepada kita, “Wahai manusia! Sesungguhnya kami telah ciptakan kamu sekalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal…”
Talmud mengatakan kepada kita: “Seluruh Torah adalah untuk maksud menggalakkan perdamaian.”
Kitab Suci Injil mengatakan pada kita, “Diberkatilah pencipta perdamaian, karena mereka akan disebut putra-putra Allah.” (tepuk tangan)
Rakyat seluruh dunia bisa hidup bersama dalam damai. Kita tahu itu merupakan visi Allah. Kini, itu menjadi kewajiban kita di Dunia. Terima kasih. Dan semoga damai Allah bersama anda. Terima kasih banyak. Terima kasih (tepuk tangan)
TAMAT
2:05 siang (Lokal)
(end transcript)
Sumber: America.gov
Obama’s Remarks at Cairo University, Egypt (Indonesian)
President seeks new beginning between U.S., Muslims based on mutual respect
(begin transcript)
GEDUNG PUTIH
Kantor Sekretaris Pers
Kairo, Mesir
Untuk Dirilis Segera
Juni 2009
PIDATO PRESIDEN PERMULAAN YANG BARU
Cairo University
Kairo, Mesir
1:10 Siang (Lokal)
PRESIDEN OBAMA: Terima kasih. Selamat siang. Saya merasa terhormat untuk berada di kota Kairo yang tak lekang oleh waktu, dan dijamu oleh dua institusi yang luar biasa. Selama lebih seribu tahun, Al Azhar telah menjadi ujung tombak pembelajaran Islam, dan selama lebih seabad, Universitas Kairo telah menjadi sumber kemajuan Mesir. Bersama, anda mewakili keselarasan antara tradisi dan kemajuan. Saya berterima kasih atas keramahan anda, dan keramahan rakyat Mesir. Dan saya juga bangga untuk membawa bersama saya niat baik rakyat Amerika, dan salam perdamaian dari warga muslim di negara saya: “assalamu’alaikum”.
Kita bertemu pada saat ada ketegangan besar antara Amerika Serikat dan warga Muslim seluruh dunia – ketegangan yang berakar pada kekuatan-kekuatan sejarah yang melampaui setiap perdebatan kebijakan yang kini berlangsung. Hubungan antara Islam dan Barat selama ini mencakup berabad-abad koeksistensi dan kerja sama, tapi juga konflik dan perang-perang bernuansa agama. Akhir-akhir ini, ketegangan muncul akibat kolonialisme yang menyangkal hak dan peluang bagi banyak warga Muslim, serta sebuah Perang Dingin yang membuat banyak negara dengan mayoritas penduduk Muslim diperlakukan sebagai boneka tanpa mengacuhkan aspirasi mereka sendiri. Lebih jauh lagi, perubahan besar yang dibawa modernitas dan globalisasi membuat banyak Muslim menilai Barat bersikap memusuhi tradisi Islam.
Kalangan ekstrimis yang keras telah mengeksploitasi ketegangan-ketegangan yang ada dalam segmen kecil namun merupakan minoritas kuat di kalangan Muslim ini. Serangan pada tanggal 11 September 2001 dan upaya berkelanjutan dari kalangan ekstrimis ini untuk menyerang warga sipil telah membuat sebagian kalangan di negara saya untuk menilai Islam tidak saja memusuhi Amerika dan negara-negara Barat, tapi juga hak asasi manusia. Semua ini telah memupuk rasa takut dan lebih banyak rasa tidak percaya.
Selama hubungan kita ditentukan oleh perbedaan-perbedaan kita, kita akan memperkuat mereka yang menyebarkan kebencian bukan perdamaian, mereka yang mempromosikan konflik bukan kerja sama yang dapat membantu semua rakyat kita mencapai keadilan dan kemakmuran. Lingkaran kecurigaan dan permusuhan ini harus kita akhiri.
Saya datang ke Kairo untuk mencari sebuah awal baru antara Amerika Serikat dan Muslim diseluruh dunia, berdasarkan kepentingan bersama dan rasa saling menghormati – dan didasarkan kenyataan bahwa Amerika dan Islam tidaklah eksklusif satu sama lain, dan tidak perlu bersaing. Justru keduanya bertemu dan berbagi prinsip-prinsip yang sama – yaitu prinsip-prinsip keadilan dan kemajuan; toleransi dan martabat semua umat manusia.
Saya mengakui bahwa perubahan tidak dapat terjadi dalam semalam. Saya tahu sudah banyak pemberitaan mengenai pidato ini, tetapi tidak ada satu pidato tunggal yang mampu menghapus ketidakpercayaan yang terpupuk selama bertahun-tahun, dan saya pun tidak mampu dalam waktu yang saya miliki siang ini menjawab semua pertanyaan rumit yang membawa kita ke titik ini. Tapi saya percaya bahwa supaya kita bisa melangkah maju, kita harus secara terbuka mengatakan kepada satu sama lain hal-hal yang ada dalam hati kita, dan yang seringkali hanya diungkapkan di belakang pintu tertutup. Harus ada upaya yang terus menerus dilakukan untuk mendengarkan satu sama lain; untuk belajar dari satu sama lain; untuk saling menghormati, dan untuk mencari persamaan. Sebagaimana kitab suci Al Qur’an mengatakan, “Ingatlah kepada Allah dan bicaralah selalu tentang kebenaran.” (Tepuk tangan.) Ini yang saya akan coba lakukan hari ini – untuk berbicara tentang kebenaran sebaik kemampuan saya, dengan direndahkan hati oleh tugas di depan kita, dan dengan keyakinan bahwa kepentingan yang sama-sama kita miliki sebagai umat manusia jauh lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan yang memisahkan kita.
Nah, sebagian dari keyakinan ini berakar dari pengalaman saya pribadi. Saya penganut Kristiani, tapi ayah saya berasal dari keluarga asal Kenya yang mencakup sejumlah generasi penganut Muslim. Sewaktu kecil, saya tinggal beberapa tahun di Indonesia dan mendengar lantunan adzan di waktu subuh dan maghrib. Ketika pemuda, saya bekerja di komunitas-komunitas kota Chicago yang banyak anggotanya menemukan martabat dan kedamaian dalam keimanan Islam mereka.
Sebagai pelajar sejarah, saya juga mengetahui peradaban berhutang besar terhadap Islam. Adalah Islam – di tempat-tempat seperti Universitas Al-Azhar – yang mengusung lentera ilmu selama berabad-abad, dan membuka jalan bagi era Kebangkitan Kembali dan era Pencerahan di Eropa. Adalah inovasi dalam masyarakat Muslim – (tepuk tangan) -- yang mengembangkan urutan aljabar; kompas magnet dan alat navigasi; keahlian dalam menggunakan pena dan percetakan; dan pemahaman mengenai penularan penyakit serta pengobatannya. Budaya Islam telah memberikan kita gerbang-gerbang yang megah dan puncak-puncak menara yang menjunjung tinggi; puisi-puisi yang tak lekang oleh waktu dan musik yang dihargai; kaligrafi yang anggun dan tempat-tempat untuk melakukan kontemplasi secara damai. Dan sepanjang sejarah, Islam telah menunjukkan melalui kata-kata dan perbuatan bahwa toleransi beragama dan persamaan ras adalah hal-hal yang mungkin. – (tepuk tangan)
Saya juga tahu bahwa Islam selalu menjadi bagian dari riwayat Amerika. Negara pertama yang mengakui negara saya adalah Maroko. Saat menandatangani Perjanjian Tripoli pada tahun 1796, presiden kedua kami John Adams menulis, “Amerika Serikat tidaklah memiliki karakter bermusuhan dengan hukum, agama, maupun ketentraman umat Muslim.” Dan sejak berdirinya negara kami, umat Muslim Amerika telah memperkaya Amerika Serikat. Mereka telah berjuang dalam perang-perang kami, bekerja dalam pemerintahan, memperjuangkan hak-hak sipil, mengajar di perguruan-perguruan tinggi kami, unggul dalam arena-arena olah raga kami, memenangkan Hadiah Nobel, membangun gedung-gedung kami yang tertinggi, dan menyalakan obor Olimpiade. Dan ketika warga Muslim-Amerika pertama terpilih sebagai anggota Kongres belum lama ini, ia mengambil sumpah untuk membela Konstitusi kami dengan menggunakan Al Quran yang disimpan oleh salah satu Bapak Pendiri kami – Thomas Jefferson – di perpustakaan pribadinya. (tepuk tangan)
Jadi saya telah mengenal Islam di tiga benua sebelum datang ke kawasan tempat agama ini pertama kali diturunkan. Pengalaman tersebut memandu keyakinan saya bahwa kemitraan antara Amerika dan Islam harus didasarkan pada apakah Islam itu, bukan pada apakah yang bukan Islam. Dan saya menganggap ini adalah bagian dari tanggung jawab saya sebagai Presiden Amerika Serikat untuk memerangi stereotip negatif tentang Islam di mana pun munculnya. (tepuk tangan)
Tapi prinsip yang sama harus diterapkan pada persepsi tentang Amerika. (tepuk tangan) Seperti halnya umat Muslim tidak sesuai dengan stereotip yang mentah, Amerika juga bukan stereotip mentah tentang sebuah kerajaan yang hanya punya kepentingan sendiri. Amerika Serikat telah menjadi salah satu sumber kemajuan terbesar yang dikenali dunia. Kami lahir akibat revolusi melawan sebuah kerajaan. Kami didirikan berdasarkan sebuah ide bahwa semua orang diciptakan sama, dan kami telah menumpahkan darah dan berjuang selama berabad-abad untuk memberikan arti kepada kata-kata tersebut – di dalam batas negara kami, dan di sekeliling dunia. Kami terbentuk oleh setiap budaya, yang datang dari setiap sudut bumi, dan berdedikasi pada sebuah konsep sederhana: E pluribus unum: “Dari banyak menjadi satu”.
Banyak yang telah dikatakan mengenai fakta bahwa seorang Amerika keturunan Afrika dengan nama Barack Hussein Obama dapat terpilih sebagai presiden. (tepuk tangan) Tapi kisah pribadi saya bukanlah sesuatu yang unik. Mimpi akan kesempatan bagi semua belumlah terwujud bagi setiap orang di Amerika, tapi janji itu diberikan bagi semua yang datang ke pantai kami – termasuk hampir tujuh juta warga Muslim Amerika di negara kami saat ini yang memiliki pendapatan dan pendidikan lebih tinggi dari rata-rata. (tepuk tangan)
Lebih jauh lagi, kebebasan di Amerika tidaklah terpisahkan dari kebebasan memraktikkan agama. Itu sebabnya ada masjid di setiap negara bagian di negeri kami, dan ada lebih dari 1200 masjid di dalam batas negara kami. Itu sebabnya pemerintah Amerika telah maju ke pengadilan untuk membela hak wanita dan anak perempuan mengenakan hijab, dan untuk menghukum mereka yang mengingkarinya. (tepuk tangan)
Jadi janganlah ada keraguan: Islam adalah bagian dari Amerika. Dan saya percaya bahwa Amerika memegang kebenaran dalam dirinya bahwa terlepas dari ras, agama, dan posisi dalam hidup, kita semua memiliki aspirasi yang sama – untuk hidup dalam damai dan keamanan; untuk memperoleh pendidikan dan untuk bekerja dengan martabat; untuk mengasihi keluarga kita, masyarakat kita, dan Tuhan kita. Ini adalah hal-hal yang sama-sama kita yakini. Ini adalah harapan dari semua kemanusiaan.
Tentu saja, mengenali persamaan kemanusiaan kita hanyalah awal dari tugas kita. Justru ini adalah sebuah awal. Kata-kata saja tidak dapat memenuhi kebutuhan rakyat kita. Kebutuhan-kebutuhan itu baru terpenuhi jika kita bertindak berani di tahun-tahun mendatang; Dan kita harus bertindak dengan pemahaman bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah tantangan bersama, dan kegagalan kita mengatasinya akan merugikan kita semua.
Karena kita telah belajar dari pengalaman baru-baru ini bahwa ketika sistem keuangan melemah di satu negara, kemakmuran di mana pun ikut dirugikan. Ketika jenis flu baru menulari satu orang, semua terkena risiko. Ketika satu negara membangun senjata nuklir, risiko serangan nuklir bagi semua negara ikut naik. Ketika kelompok ekstrim keras beroperasi di satu rangkaian pegunungan, rakyat di seberang samudera pun ikut menghadapi bahaya. Dan ketika mereka yang tak bersalah di Bosnia dan Darfur dibantai, itu menjadi noda dalam nurani kita bersama. (tepuk tangan) Itulah artinya berbagi dunia di abad ke-21. Inilah tanggung jawab kita kepada satu sama lain sebagai umat manusia.
Dan ini adalah tanggung jawab yang sulit diemban. Karena sejarah manusia telah merekam berbagai bangsa dan suku yang mencoba menaklukkan satu sama lain demi kepentingan sendiri. Tapi di era baru ini, sikap seperti itu justru akan mengalahkan diri sendiri. Karena saling ketergantungan kita, setiap tatanan dunia yang mengangkat satu bangsa atau sekelompok orang lebih tinggi dari yang lain pada akhirnya akan gagal. Jadi apa pun pikiran kita mengenai masa lalu, kita tidak boleh terperangkap olehnya. Masalah-masalah kita harus ditangani dengan kemitraan; kemajuan harus dibagi bersama. (tepuk tangan)
Nah, itu tidak berarti kita tidak mengindahkan sumber-sumber ketegangan. Justru yang disarankan adalah sebaliknya: kita harus menghadapi ketegangan-ketegangan ini secara langsung. Dan dalam semangat ini, saya akan berbicara sejelas dan segamblang mungkin mengenai isu-isu spesifik yang saya percaya akhirnya harus kita hadapi bersama.
Isu pertama yang harus kita hadapi adalah ekstrimisme keras dalam semua wujudnya.
Di Ankara, saya telah menjelaskan bahwa Amerika tidak sedang – dan tidak akan pernah – berperang dengan Islam. (tepuk tangan) Kami akan, meski demikian, tak lelah-lelahnya melawan kelompok ekstrim keras yang mengancam serius keamanan kami. Karena kami menolak apa yang juga ditolak oleh semua orang beragama: yaitu pembunuhan laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang tidak bersalah. Dan adalah tugas saya yang pertama sebagai Presiden untuk melindungi rakyat Amerika.
Situasi di Afghanistan mendemonstrasikan sasaran-sasaran Amerika dan kebutuhan kita untuk bekerja sama. Lebih tujuh tahun lalu, Amerika Serikat mengejar Al Qaida dan Taliban dengan dukungan internasional yang luas. Kami tidak melakukannya karena ada pilihan, kami melakukannya karena perlu. Saya sadar bahwa sejumlah orang mempertanyakan atau membenarkan peristiwa serangan 11 September. Tapi mari kita perjelas: Al Qaida membunuh hampir 3000 orang pada hari itu. Para korban adalah kaum pria, wanita, dan anak-anak yang tidak bersalah dari Amerika dan banyak negara lain yang tidak berbuat apa-apa untuk melukai orang lain. Tapi Al Qaida memilih untuk dengan kejam membunuh mereka, mengklaim pujian atas serangan tersebut, dan bahkan sekarang menyatakan tekad mereka untuk membunuh lagi dalam skala sangat besar. Mereka memiliki kaki tangan di banyak negara dan sedang mencoba untuk memperluas jangkauan mereka. Ini bukan opini yang dapat diperdebatkan; ini adalah fakta yang harus dihadapi.
Janganlah salah paham: kami tidak menginginkan tentara kami di Afghanistan. Kami tidak berencana mendirikan basis militer di sana. Sangat menyakitkan bagi Amerika untuk kehilangan nyawa banyak warga pria dan wanita kami. Adalah mahal dan sulit secara politik untuk melanjutkan konflik ini. Kami dengan senang hati akan memulangkan setiap tentara kami jika kami bisa yakin bahwa tidak ada kaum ekstrimis keras di Afghanistan dan Pakistan yang bertekad membunuh sebanyak mungkin orang Amerika sebisa mereka. Tetapi hal itu tidak bukanlah kenyataan yang ada sekarang.
Itulah sebabnya kami bermitra dengan koalisi 46 negara. Dan meksi biayanya besar, niat Amerika tidak akan melemah. Tak satu pun dari kita yang seharusnya mentoleransi kaum ekstrimis seperti ini. Mereka telah membunuh di banyak negara. Mereka telah membunuh orang dari beragam agama – lebih dari yang lain, mereka telah membunuh umat Muslim. Tindakan-tindakan mereka sangat bertentangan dengan hak umat manusia, kemajuan bangsa-bangsa, dan dengan Islam. Kitab suci Al Quran mengajarkan bahwa siapa yang membunuh orang tak bersalah, maka ia seperti telah membunuh semua umat manusia; dan siapa yang menyelamatkan satu orang; maka ia telah menyelamatkan semua umat manusia. (tepuk tangan) Iman indah yang diyakini oleh lebih semiliar orang sungguh lebih besar daripada kebencian sempit sekelompok orang. Islam bukanlah bagian dari masalah dalam memerangi ekstrimisme keras – Islam haruslah menjadi bagian penting dari penggalakkan perdamaian.
Kami juga tahu bahwa kekuatan militer saja tidak akan memecahkan masalah di Afghanistan dan Pakistan. Itu sebabnya kami berencana untuk menanam investasi sebesar 1,5 miliar dolar setiap tahun selama lima tahun ke depan untuk bermitra dengan warga Pakistan membangun sekolah, rumah sakit, jalan-jalan, dan usaha, dan ratusan juta untuk membantu mereka yang telah kehilangan tempat tinggal. Dan itu sebabnya kami menyediakan lebih dari 2.8 miliar dolar untuk membantu rakyat Afghanistan membangun ekonomi mereka dan menyediakan jasa-jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Kini saya akan berbicara tentang masalah Irak. Tidak seperti Afghanistan, Irak adalah perang karena pilihan yang telah menimbulkan perbedaan-perbedaan kuat di negara saya dan di dunia. Meski saya percaya bahwa rakyat Irak pada akhirnya lebih baik tanpa tirani Saddam Hussein, saya juga percaya bahwa peristiwa-peristiwa di Irak telah mengingatkan Amerika tentang perlunya menggunakan diplomasi dan membangun konsensus untuk mengatasi masalah-masalah kita kapan pun memungkinkan. (tepuk tangan) Kita bahkan dapat mengingat kata-kata salah satu presiden terbesar kami, Thomas Jefferson, yang mengatakan: “Saya berharap kebijakan kita akan bertambah sejalan dengan kekuatan kita, dan mengajarkan kita bahwa semakin sedikit kita menggunakan kekuatan, justru semakin besar kekuatan itu.”
Hari ini Amerika memiliki dua tanggung jawab: yaitu untuk membantu Irak membangun masa depan yang lebih baik, dan untuk menyerahkan Irak ke tangan rakyat Irak. (tepuk tangan) Saya telah menjelaskan kepada warga Irak bahwa kami tidak berencana mendirikan basis di sana, dan tidak mengklaim baik teritori maupun sumber daya mereka. Kedaulatan Irak ada di tangan mereka sendiri. Itu sebabnya saya memerintahkan pencabutan brigade-brigade tempur kami sampai bulan Agustus mendatang. Itu sebabnya kami akan menghormati kesepakatan kami dengan pemerintah Irak yang terpilih secara demokratis untuk menarik pasukan tempur dari kota-kota Irak pada Juli mendatang, dan untuk memulangkan semua tentara kami dari Irak pada tahun 2012. Kami akan membantu Irak melatih Tentara Keamanan dan membangun ekonominya. Tapi kami akan mendukung Irak yang aman dan bersatu sebagai mitra, dan tidak pernah sebagai pelindung.
Dan akhirnya, seperti halnya Amerika tidak pernah bisa mentoleransi kekerasan oleh kaum ekstrimis, kami tidak pernah boleh mengompromikan prinsip-prinsip kami. Serangan 11 September adalah trauma besar bagi negara kami. Rasa takut dan marah yang muncul karenanya bisa dipahami, tapi dalam sejumlah kasus, itu telah membuat kami bertindak berlawanan dengan pemikiran-pemikiran kami. Kami sedang mengambil langkah-langkah konkret untuk mengubah arah. Saya telah sepenuhnya melarang praktik penyiksaan oleh Amerika Serikat, dan saya telah memerintahkan penutupan penjara di Teluk Guantanamo awal tahun depan.
Jadi Amerika akan membela diri, dengan menghormati kedaulatan bangsa-bangsa dan aturan hukum. Dan kami akan melakukannya dalam kemitraan dengan masyarakat-masyarakat Muslim yang juga terancam. Semakin cepat kaum ekstrimis diisolasi dan diusir dari dalam masyarakat-masyarakat Muslim, semakin cepat kita semua akan menjadi selamat.
Sumber ketegangan besar yang kedua yang perlu kita diskusikan adalah situasi antara warga Israel, Palestina, dan dunia Arab.
Ikatan yang kuat antara Amerika dan Israel telah banyak diketahui. Ikatan ini tidak dapat dipatahkan. Ini lahir berdasarkan ikatan budaya dan sejarah, serta pengakuan bahwa aspirasi atas sebuah tanah air Yahudi berakar dari sebuah sejarah tragis yang tidak bisa diingkari.
Di seantero dunia, kaum Yahudi telah ditindas selama berabad-abad, dan anti-Semitisme di Eropa memuncak dalam peristiwa Holocaust yang tidak pernah ada sebelumnya. Besok saya akan mengunjungi Buchenwald yang menjadi bagian dari jaringan kamp-kamp tempat kaum Yahudi diperbudak, disiksa, ditembak, dan digas hingga tewas oleh Third Reich. Enam juta orang Yahudi terbunuh – lebih banyak dari seluruh populasi Yahudi di Israel hari ini. Mengingkari fakta tersebut adalah tidak berdasar, bodoh, dan penuh kebencian. Mengancam Israel dengan penghancuran – atau mengulangi stereotip keji tentang umat Yahudi – sungguh sangat salah dan hanya akan membangkitkan kembali ingatan yang terperih di benak umat Yahudi sembari mencegah perdamaian yang patut dimiliki rakyat di kawasan ini.
Di sisi lain, tidak bisa diingkari bahwa rakyat Palestina – baik yang Muslim maupun yang Kristen – telah menderita dalam perjuangan memperoleh tanah air. Lebih dari enam puluh tahun, mereka telah merasakan sakitnya tidak memiliki tempat tinggal. Banyak yang menunggu di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat, Gaza, dan tanah-tanah tetangga untuk sebuah kehidupan yang damai dan aman yang belum pernah mereka jalani. Mereka menerima hinaan setiap hari – besar dan kecil – yang hadir bersama pendudukan. Jadi janganlah ada keraguan: situasi yang dihadapi rakyat Palestina tidaklah dapat ditoleransi. Amerika tidak akan bersikap tidak acuh terhadap aspirasi sah Palestina atas martabat, kesempatan, dan sebuah negara milik mereka sendiri. (tepuk tangan)
Selama beberapa dekade, yang ada hanyalah jalan buntu: Dua rakyat dengan aspirasi yang sah, masing-masing memiliki sejarah menyakitkan yang membuat kompromi sulit dilakukan. Adalah mudah untuk menuding – rakyat Palestina menuding hilangnya tempat tinggal akibat berdirinya negara Israel, dan rakyat Israel menuding permusuhan yang terus menerus dan serangan dari dalam batas negaranya sendiri dan dari luar sepanjang sejarah negara tersebut. Tapi jika kita melihat konflik ini hanya dari satu sisi mana pun, maka kita akan dibutakan dari kebenaran: satu-satunya resolusi adalah aspirasi kedua pihak diwujudkan melalui dua negara, di mana rakyat Israel dan Palestina masing-masing hidup dalam damai dan keamanan. (tepuk tangan)
Ini adalah kepentingan Israel, kepentingan Palestina, dan kepentingan Amerika. Itu sebabnya saya berniat untuk secara pribadi mengejar hasil ini, dengan segala kesabaran yang dituntut oleh tugas ini. (tepuk tangan) Kewajiban-kewajiban yang telah disepakati pihak-pihak menurut Peta Jalan telah jelas. Supaya perdamaian terwujud, waktunya bagi mereka – dan bagi kita semua – untuk melakukan tanggung jawab kita.
Warga Palestina harus meninggalkan kekerasan. Perlawanan lewat kekerasan dan pembunuhan adalah salah dan tidak akan berhasil. Selama berabad-abad, rakyat kulit hitam di Amerika menderita hentakan pecut sebagai budak dan penghinaan akibat pemisahan berdasarkan warna kulit. Tetapi bukan kekerasan yang memenangkan hak-hak persamaan sepenuhnya. Sebuah tuntutan damai namun penuh tekad bagi realisasi kondisi ideal yang merupakan inti dari pendirian Amerika. Kisah sama ini juga diceritakan oleh rakyat mulai dari Afrika Selatan sampai Asia Selatan; dari Eropa Timur sampai Indonesia. Sebuah kisah yang mengandung kebenaran yang sederhana: bahwa kekerasan merupakan sebuah jalan buntu. Bukanlah sebuah tanda keberanian atau kekuasaan kalau menembak roket ke anak-anak yang sedang tidur, atau meledakkan perempuan tua di dalam bis. Itu bukanlah cara untuk mengklaim moralitas; namun itu merupakan cara untuk menghilangkannya.
Kini waktunya untuk warga Palestina memusatkan perhatian kepada apa yang bisa mereka bangun. Penguasa Palestina harus mengembangkan kemampuan untuk memerintah, dengan institusi yang melayani kebutuhan rakyatnya. Hamas memiliki dukungan di sebagian kalangan rakyat Palestina, tetapi mereka juga punya tanggung jawab. Guna memainkan peran yang memenuhi aspirasi rakyat Palestina, dan untuk mempersatukan rakyat Palestina, Hamas harus mengakhiri kekerasan, menghormati persetujuan di masa lalu dan mengakui hak eksistensi Israel.
Secara bersamaan, rakyat Israel harus mengakui bahwa sebagaimana hak Israel untuk eksis tidak bisa dibantah, demikian pula halnya dengan hak Palestina. Amerika Serikat tidak menerima keabsahan dari mereka yang berniat melenyapkan Israel ke dalam laut, tetapi kami juga tidak menerima keabsahan dari penerusan pembangunan pemukiman (tepuk tangan) Yahudi. Pekerjaan konstruksi ini melanggar persetujuan sebelumnya dan melemahkan usaha mencapai perdamaian. Sudah tiba waktunya pembangunan pemukiman ini dihentikan. (tepuk tangan)
Israel harus memenuhi kewajibannya untuk memastikan rakyat Palestina bisa hidup dan bekerja serta membangun masyarakat mereka. Selain menghancurkan banyak keluarga Palestina, terus berlangsungnya krisis kemanusiaan di Gaza juga tidak memperkuat keamanan Israel; begitu pula halnya dengan terus berlangsungnya kelangkaan peluang di Tepi Barat. Kemajuan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Palestina harus menjadi bagian dari peta jalan menuju perdamaian, dan Israel harus mengambil langkah-langkah konkrit untuk memberdayakan kemajuan semacam itu.
Akhirnya, Negara-Negara Arab harus menyadari bahwa Inisiatif Perdamaian Arab merupakan awal yang penting, tetapi bukan akhir dari tanggung jawab mereka. Konflik Arab – Israel tidak bisa lagi dipakai untuk mengalihkan perhatian rakyat negara-negara Arab dari masalah-masalah lainnya. Sebaliknya, konflik itu harus menjadi penggerak untuk membantu rakyat Palestina mengembangkan institusi yang akan melanggengkan negara mereka; mengakui hak Israel; serta memilih kemajuan ketimbang fokus pada masa lalu yang begitu melemahkan.
Amerika akan menyesuaikan kebijakannya dengan mereka yang memperjuangkan perdamaian dan mengatakan secara terbuka apa yang kami katakan secara pribadi kepada warga Israel, Palestina, dan Negara-Negara Arab. (tepuk tangan) Kita tidak bisa memaksakan perdamaian. Tetapi secara pribadi, banyak orang Muslim menyadari bahwa Israel tidak akan lenyap; juga banyak orang Israel menyadari perlunya kehadiran sebuah negara Palestina. Waktunya sudah tiba bagi kita untuk bertindak berdasarkan apa yang oleh setiap orang diketahui merupakan hal yang benar.
Terlalu banyak air mata sudah diteteskan. Terlalu banyak darah sudah ditumpahkan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk berjuang menciptakan sebuah masa dimana para ibu Israel dan Palestina bisa menyaksikan anak-anak mereka tumbuh tanpa ketakutan; masa dimana Tanah Suci dari ketiga agama besar merupakan tempat perdamaian yang diinginkan Allah; masa dimana Jerusalem merupakan tempat tinggal aman dan langgeng bagi orang Yahudi dan Kristen dan Muslim, dan merupakan sebuah tempat untuk semua keturunan Abraham hidup bersama secara damai sebagaimana dikisahkan dalam ISRA, ketika Musa, Yesus dan Muhammad (damai bersama mereka) bergabung dalam ibadah doa. (tepuk tangan)
Sumber ketegangan ketiga adalah kepentingan kita bersama sehubungan hak-hak dan tanggung jawab negara-negara atas senjata nuklir. Isu ini menjadi sumber ketegangan baru-baru ini antara Amerika dan Republik Islam Iran. Selama bertahun-tahun, Iran mendefinisikan dirinya sebagian lewat oposisinya terhadap negara saya, dan memang ada sejarah yang kacau di antara kami. Di tengah-tengah Perang Dingin, Amerika memainkan peran dalam penggulingan pemerintah Iran yang terpilih secara demokratik. Sejak Revolusi Islam, Iran telah memainkan peran dalam tindak penyanderaan dan kekerasan terhadap pasukan dan warga sipil Amerika. Sejarah ini diketahui secara luas. Daripada terperangkap dalam masa lalu, saya telah menjelaskan kepada para pemimpin dan rakyat Iran bahwa negara saya siap untuk melangkah maju. Pertanyaannya kini, bukanlah apa yang ditentang Iran, tetapi masa depan apa yang ingin dibangunnya.
Sulit untuk mengatasi puluhan tahun ketidakpercayaan, tetapi kami akan maju dengan keberanian, kebenaran dan tekad. Banyak isu yang harus dibahas oleh kedua negara kita, dan kami siap melangkah maju tanpa prasyarat namun didasarkan pada sikap saling menghormati. Tetapi jelas bagi semua pihak yang berkepentingan bahwa dalam soal senjata nuklir kita telah mencapai titik yang menentukan. Ini bukan sekedar terkait kepentingan Amerika, ini berhubungan dengan pencegahan perlombaan senjata nuklir yang bisa menyebabkan wilayah ini terjerumus ke dalam jalur sangat berbahaya dan menghancurkan tatanan non-proliferasi global.
Saya memahami mereka yang memprotes bahwa beberapa negara memiliki senjata sementara yang lainnya tidak. Tak satupun negara bisa menentukan negara-negara mana yang boleh memiliki senjata nuklir. Itulah sebabnya saya secara kuat mempertegas komitmen Amerika untuk mengusahakan sebuah dunia di mana tak satu pun negara memiliki senjata nuklir. (tepuk tangan) Dan setiap negara – termasuk Iran – harus punya akses ke energi nuklir untuk tujuan damai apabila ia patuh pada tanggung jawabnya dibawah Persetujuan Non-Proliferasi Nuklir. Komitmen itu merupakan inti dari Persetujuan itu, dan harus diberikan kepada semua pihak yang mematuhinya.
Isu keempat yang akan saya tanggapi adalah demokrasi. (tepuk tangan)
Saya percaya pada sebuah sistem pemerintahan yang memberi hak bersuara kepada rakyatnya, dan yang menghormati penegakan hukum serta hak untuk semua manusia. Saya tahu bahwa ada kontroversi tentang penggalakkan demokrasi dalam tahun-tahun terakhir ini, dan sebagian dari kontroversi ini terkait dengan perang di Irak. Saya perjelas: sistem pemerintahan apa pun tidak bisa dipaksakan kepada sebuah negara oleh negara lainnya.
Tetapi hal itu tidak mengurangi komitmen saya kepada negara-negara yang mencerminkan keinginan rakyatnya. Setiap negara menghidupkan prinsip-prinsipnya dengan caranya sendiri, yang berasal dari tradisi rakyatnya. Amerika tidak berpretensi tahu apa yang terbaik untuk semua orang, sebagaimana juga kami tidak berpretensi bahwa kami bisa menentukan hasil dari sebuah pemilihan damai. Tetapi saya memiliki keyakinan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bahwa semua orang merindukan hal-hal tertentu: Kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan ikut menentukan bagaimana bentuk pemerintahan; mempercayai penegakan hukum dan penyelenggaraan keadilan yang sama untuk setiap orang; pemerintahan yang transparan dan tidak mencuri dari rakyatnya; kebebasan untuk hidup sesuai pilihan masing-masing. Itu bukan sekedar ide-ide Amerika, itu adalah hak asasi manusia dan oleh karena itu kami akan mendukungnya di mana saja.
Tak ada garis lurus untuk menciptakan janji itu. Tetapi yang jelas adalah: pemerintahan-pemerintahan yang melindungi hak-hak ini pada akhirnya akan lebih stabil, sukses dan aman. Tak ada garis lurus untuk menciptakan janji itu. Tetapi yang jelas adalah: Memberangus ide-ide tidak pernah berhasil melenyapkannya. Amerika menghormati hak-hak dari semua suara damai dan patuh hukum agar didengar di seluruh dunia meskipun kita tidak sepakat dengan mereka. Dan kami menyambut gembira semua pemerintahan terpilih dan damai – asalkan mereka memerintah dengan menghormati rakyatnya. Dimanapun kekuasaan itu berada, pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat merupakan standar tunggal untuk semua fihak yang memegang kekuasaan, Butir ini penting karena ada yang memperjuangkan demokrasi hanya pada saat mereka tidak berkuasa; setelah berkuasa, mereka secara keji memberangus hak-hak orang lain. (tepuk tangan) Di manapun kekuasaan itu berada, pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat merupakan standar tunggal untuk semua pihak yang memegang kekuasaan. anda harus mempertahankan kekuasaan lewat konsensus, bukan pemaksaan; anda harus menghormati hak-hak minoritas, dan berpartisipasi dalam semangat toleransi dan kompromi, anda harus mendahulukan kepentingan rakyat anda dan usaha sah dari proses politik di atas kepentingan partai. Tanpa ramuan ini pemilihan saja tidak akan menciptakan demokrasi yang murni.
ANGGOTA HADIRIN: Barack Obama, kami cinta anda!
PRESIDEN OBAMA: Terima kasih. (tepuk tangan)
Isu kelima yang harus kita tanggapi bersama adalah kebebasan beragama. Islam memiliki sebuah tradisi toleransi yang patut dibanggakan. Kita menyaksikan hal ini dalam sejarah Andalusia dan Kordoba. Saya menyaksikan hal itu langsung ketika masih kanak-kanak di Indonesia, di mana warga Kristen yang saleh bebas beribadah di sebuah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Itulah semangat yang kita butuhkan kini. Orang di setiap negara harus bebas memilih dan menjalankan keyakinan mereka berdasarkan keyakinan pikiran, hati dan jiwa. Toleransi ini penting agar agama bisa berkembang, tetapi juga ditantang dengan berbagai cara.
Di kalangan Muslim tertentu ada kecenderungan yang merisaukan, yakni mengukur kedalaman keyakinan diri sendiri lewat penolakan keyakinan orang lain. Kebhinekaan agama yang memperkaya harus ditegakkan – apakah itu kelompok Maronit di Lebanon atau Koptik di Mesir. (tepuk tangan) Dan garis pemisah juga harus dihilangkan di antara warga Muslim, sebagaimana perpecahan antara Sunni dan Syiah telah mengakibatkan kekerasan yang tragis, khususnya di Irak.
Kebebasan beragama penting bagi kemampuan rakyat hidup bersama. Kita harus senantiasa menelaah cara-cara yang kita pakai untuk melindunginya. Misalnya, di Amerika Serikat, peraturan sumbangan amal telah mempersulit warga Muslim untuk memenuhi kewajiban agama mereka. Itulah sebabnya saya bertekad untuk bekerja sama dengan warga Muslim Amerika guna memastikan mereka bisa memenuhi zakat.
Juga penting agar negara-negara Barat mencegah larangan kepada warganegara Muslim untuk mempraktikkan agama sesuai kehendak mereka – misalnya, dengan mendikte pakaian apa yang boleh dikenakan seorang perempuan Muslim. Sederhananya, kita tidak bisa menyembunyikan ketidaksenangan terhadap agama apapun lewat alasan liberalisme.
Keyakinan seharusnya mempersatukan kita. Itulah sebabnya kami mengikhtiarkan proyek-proyek di Amerika yang mempertemukan warga Kristen, Muslim dan Yahudi. Itulah sebabnya kami menyambut gembira usaha dialog Antar Agama Raja Abdullah dan kepemimpinan Turki dalam Aliansi Keberadaban. Di seluruh dunia kita bisa memanfaatkan dialog menjadi pelayanan Antar Keyakinan, sehingga jembatan di antara berbagai rakyat mengarah pada tindakan – apakah itu berupa perang melawan malaria di Afrika atau menyediakan bantuan bencana alam.
Isu keenam yang ingin saya tanggapi adalah hak-hak perempuan.
Saya tahu ada perdebatan tentang isu ini. Saya menolak pandangan beberapa pihak di Barat bahwa perempuan yang memilih untuk menutupi rambutnya seakan-akan tidak memiliki persamaan hak, tetapi saya juga berpendapat bahwa seorang perempuan yang tidak bisa menikmati pendidikan tidak diberi kesamaan hak. Dan bukan kebetulan bahwa negara-negara di mana kaum perempuannya terdidik secara baik juga makmur.
Saya perjelas: isu-isu mengenai persamaan hak perempuan bukan semata-mata merupakan isu untuk Islam. Di Turki, Pakistan, Bangladesh dan Indonesia, kita saksikan di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, mereka memilih seorang perempuan untuk memimpin. Sementara itu, perjuangan bagi persamaan hak perempuan masih terus merupakan aspek dalam kehidupan di Amerika, dan di negara-negara di seluruh dunia. Itulah sebabnya Amerika akan bermitra dengan setiap negara yang mayoritas penduduknya Muslim guna mendukung perluasan pemberantasan buta huruf untuk perempuan, dan membantu perempuan muda memperjuangkan pekerjaan lewat pinjaman untuk usaha kecil yang membantu rakyat merealisasikan cita-cita mereka.
Saya yakin putri-putri kita bisa menyumbang kepada masyarakat setara seperti putra-putra kita, (tepuk tangan) dan kemakmuran kita bersama bisa dimajukan dengan memberi kesempatan kepada semua orang – laki-laki dan perempuan – mencapai potensi mereka sepenuhnya. Saya berpendapat perempuan tidak harus membuat pilihan sama seperti laki-laki agar mencapai kesamaan, dan saya menghormati perempuan yang memilih peran tradisional dalam menjalankan kehidupan mereka. Tetapi hal itu haruslah merupakan pilihan mereka sendiri.
Akhirnya, saya ingin membahas pembangunan ekonomi dan kesempatan.
Saya tahu untuk banyak kalangan, wajah globalisasi bertentangan. Internet dan televisi bisa mengantarkan pengetahuan dan informasi, tetapi juga seksualitas yang bersifat ofensif dan kekerasan tak berperi kemanusiaan. Perdagangan bisa menciptakan kekayaan dan peluang baru, tetapi juga gangguan dan perubahan di masyarakat. Di semua negara – termasuk negara saya – perubahan ini bisa menyebabkan ketakutan. Ketakutan karena akibat modernitas kita kehilangan kendali atas pilihan ekonomi kita, politik kita dan yang terpenting, identitas kita – hal-hal yang paling kita hargai dari masyarakat kita, keluarga kita, tradisi kita dan keyakinan kita.
Tetapi saya juga tahu kemajuan manusia tidak bisa ditampik. Tidak perlu ada kontradiksi antara pembangunan dan tradisi. Negara seperti Jepang dan Korea Selatan membina ekonomi mereka sambil tetap mempertahankan budaya mereka. Hal yang sama juga berlaku pada kemajuan mengagumkan dalam Islam mulai dari Kuala Lumpur sampai ke Dubai. Di masa kuno dan di masa kita, masyarakat Muslim membuktikan bahwa mereka mampu berada di garis depan inovasi dan pendidikan.
Ini penting karena tak ada strategi pembangunan yang semata-mata didasarkan pada apa yang dihasilkan tanah, dan strategi pembangunan juga tidak bisa dipertahankan kalau generasi mudanya tidak memiliki pekerjaan. Banyak Negara Teluk menikmati kekayaan sebagai akibat penghasilan minyaknya, dan beberapa sudah mulai memusatkan perhatian pada pembangunan yang lebih luas. Tetapi kita semua harus menyadari bahwa pendidikan dan inovasi akan menjadi faktor penentu dari abad ke 21. (tepuk tangan) dan di banyak masyarakat Muslim masih kekurangan investasi dalam bidang-bidang ini..Saya tekankan hal itu di negara saya. Dan sementara Amerika di masa lalu memusatkan perhatian pada minyak dan gas alam di bagian dunia ini, kami kini menghendaki hubungan yang lebih luas.
Dalam pendidikan, kami akan memperluas program pertukaran dan memperbanyak bea siswa, seperti yang mengantar ayah saya ke Amerika, sementara juga mendorong lebih banyak warga Amerika untuk belajar di tengah masyarakat Muslim. Dan kami akan menempatkan siswa-siswa Muslim yang menjanjikan di tempat-tempat magang di Amerika; melakukan investasi dalam pembelajaran online untuk guru-guru dan anak-anak di seluruh dunia; dan menciptakan jaringan online baru, sehingga seorang remaja di Kansas mampu berkomunikasi langsung dengan remaja di Kairo.
Dalam rangka pembangunan ekonomi, kami akan menciptakan sebuah korps relawan bisnis baru untuk bermitra dengan counterpartnya di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Dan saya akan menyelenggarakan KTT Kewiraswastaan tahun ini untuk mengidentifikasi bagaimana kita bisa mempererat hubungan antara pemimpin bisnis, yayasan dan wiraswasta sosial di Amerika dan masyarakat Muslim di seluruh dunia.
Dalam bidang sains dan teknologi, kami akan meluncurkan sebuah dana baru untuk mendukung pembangunan teknologi di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, dan membantu mentransfer ide-ide ke pasar-pasar sehingga tercipta lapangan pekerjaan. Kami akan membuka pusat keunggulan sains di Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara serta mengangkat Utusan Sains baru untuk bekerja sama dalam program-program yang mengembangkan sumber energi baru, menciptakan lapangan pekerjaan hijau, digitalisasi catatan, air bersih dan menumbuhkan tanaman panen baru. Dan hari ini saya mengumumkan sebuah usaha global baru bersama Organisasi Konferensi Islam guna memberantas polio. Dan kita juga akan memperluas kemitraan dengan masyarakat Muslim guna menggalakkan kesehatan anak dan ibu.
Semua ini harus dilakukan lewat kemitraan. Rakyat Amerika siap bergabung dengan warganegara dan pemerintahan; organisasi kemasyarakatan, pemimpin agama dan bisnis di masyarakat Muslim diseluruh dunia guna membantu rakyat kita memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.
Isu-isu yang telah saya uraikan tidak mudah ditanggapi. Tetapi kita punya tanggung jawab untuk bergabung demi memperjuangkan dunia yang kita cita-citakan – sebuah dunia di mana ekstremis tidak lagi mengancam rakyat kita, dan pasukan Amerika bisa pulang; sebuah dunia di mana rakyat Israel dan Palestina masing-masing memiliki negara mereka sendiri yang aman, dan energi nuklir dipergunakan untuk tujuan damai; sebuah dunia di mana pemerintahan melayani warganegaranya serta hak-hak dari semua umat Allah dihormati. Ini merupakan kepentingan bersama. Itulah dunia yang kita cita-citakan, tetapi hal itu hanya kita bisa capai bersama.
Saya tahu ada banyak - Muslim dan non-Muslim - yang mempertanyakan apakah kita bisa membina permulaan baru ini. Beberapa ingin menghasut api perpecahan, dan menghalangi kemajuan. Beberapa mengatakan hal ini tidak ada gunanya – bahwa kita sudah ditakdirkan untuk berseteru dan berbagai peradaban ditakdirkan beradu. Banyak lagi yang sekedar skeptis bahwa perubahan nyata bisa terselenggara. Begitu banyak ketakutan, begitu banyak ketidak percayaan. Tetapi kalau kita memilih untuk terperangkap dalam masa lalu maka kita tidak pernah akan melangkah maju. Dan saya secara khusus ingin mengatakan kepada generasi muda dari setiap kepercayaan, di setiap negara – anda, lebih dari orang lain, memiliki kemampuan untuk menata kembali dunia, menyusun kembali dunia.
Kita semua menghuni dunia ini untuk waktu yang singkat. Pertanyaannya adalah apakah kita melewatkan waktu itu terpusat pada hal-hal yang memecah belah kita, atau apakah kita mendedikasikan diri pada usaha – usaha berkesinambungan – untuk mencapai kesamaan, memusatkan perhatian pada masa depan bagi anak-anak kita dan menghargai harga diri semua insan manusia.
Hal-hal ini tidaklah mudah. Lebih mudah memulai perang ketimbang menghentikannya. Lebih mudah menuduh pihak lain ketimbang melakukan introspeksi diri; untuk melihat apa yang berbeda pada diri seseorang ketimbang menemukan kesamaan kita. Tetapi ada pula sebuah aturan yang merupakan inti setiap agama – bahwa kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh mereka. Kebenaran ini berlaku lintas negara dan lintas rakyat – sebuah keyakinan yang tidak baru, yang tidak hitam atau putih atau coklat; bukan kebenaran Kristen, atau Muslim atau Yahudi. Ini merupakan keyakinan yang berdetak dalam dari buaian keberadaban, dan masih tetap berdetak dalam jantung miliaran manusia. Ini merupakan rasa percaya pada orang lain, dan hal itulah yang membawa saya kesini hari ini.
Kita memiliki kekuatan untuk menciptakan dunia yang kita cita-citakan, tetapi hanya apabila kita punya keberanian untuk memasuki awal yang baru, sambil ingat pada apa yang tertulis.
ALKitab Suci Al Quran mengatakan kepada kita, “Wahai manusia! Sesungguhnya kami telah ciptakan kamu sekalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal…”
Talmud mengatakan kepada kita: “Seluruh Torah adalah untuk maksud menggalakkan perdamaian.”
Kitab Suci Injil mengatakan pada kita, “Diberkatilah pencipta perdamaian, karena mereka akan disebut putra-putra Allah.” (tepuk tangan)
Rakyat seluruh dunia bisa hidup bersama dalam damai. Kita tahu itu merupakan visi Allah. Kini, itu menjadi kewajiban kita di Dunia. Terima kasih. Dan semoga damai Allah bersama anda. Terima kasih banyak. Terima kasih (tepuk tangan)
TAMAT
2:05 siang (Lokal)
(end transcript)
Sumber: America.gov
04 June, 2009
Dukung siapa dalam Pilpres 2009?
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Ada yang bertanya kalau saya menjadi WNI dan bisa ikut Pilpres, siapa yang akan saya pilih?
Kalau anda bingung antara dua perkara dalam Islam, Allah sudah memberikan solusinya: shalat istiqharah. Lakukan 2 rakaat dan minta petunjuk kepada Allah saja. Habis itu, baru pilih.
Kalau saya bisa pilih, saya jelas tidak mau dukung Ibu Mega karena dia sudah gagal jadi presiden dalam pilpres sebelum ini berarti rakyat kurang mendukungnya. Dia sudah pernah jadi presiden 1 kali, dan tidak ada kemajuan bangsa yang signifikan, jadi tidak perlu dikasih kesempatan untuk memimpin lagi.
Jadi kita terpaksa pilih antara JK dan SBY. Menurut saya, lebih baik ganti saja Presiden dulu. Walaupun saya kurang suka JK, dan kurang suka Golkar, saya juga kurang suka SBY sekarang. Dia kurang tegas, kurang berpihak pada rakyat, terlalu pro-barat, dan terlalu pelan dalam mengambil keputusan. Dia juga kurang mendukung aspirasi ummat Islam secara umum. Dia melindungi Aburizal Bakrie dan tidak peduli pada korban lapindo (di antara banyak korban dari kasus-kasus yang lain). Dia bergerak terlalu lambat dalam semua perkara dan ada banyak kasus yang tidak tuntas secara baik selama dia menjadi pemimpin.
Jadi, saya ingin melihat presiden diganti. Itu akan memberikan pelajaran kepada rakyat dan semua politikus sekaligus bahwa kalau sudah pernah diangkat menjadi presiden tidak berarti pasti bisa diangkat lagi. Dan kalau seorang presiden tidak bertindak secara baik, rakyat akan gantikan dia dengan yang lain. Tidak cukup duduk saja di kursi presiden dan mempertahankan status quo. Keadaan rakyat tidak memburuk, tetapi tidak membaik juga. Saya kira kita sebaiknya gantikan presiden saja, biar semua politikus berfikir. Dan insya Allah sesudahnya, mereka akan lebih peduli pada rakyat pada periode mendatang.
Selain itu, saya juga kecewa dengan SBY yang angkat Boediono sebagai cawapres. Itu jelas hanya untuk satu alasan saja: biar partai Islam tidak bisa berkuasa pada 2014. Kalau SBY telah mengangkat HNW atau Hatta Rajasa sebagai cawapres sekarang, maka pada tahun 2014 orang itulah yang berada dalam posisi paling kuat untuk menjadi presiden berikut.
Pada saat itu, kalau HNW (misalnya) telah kerja selama 5 tahun sebagai wapres, dan sudah teruji dan membuktikan diri sanggup memimpin bangsa, maka PKS akan meraih suara besar di pemilihan legislatif dan HNW sebagai capres bisa menang dengan mudah di Pilpres 2014. Tetapi Partai Demokrat tidak akan punya kekuatan yang lebih dari sekarang (dan juga mungkin bisa berkurang karena SBY akan turun dari jabatan). PD juga tidak akan punya capres sendiri karena hanya SBY yang punya nama besar di dalam PD. Tetapi sekarang, dengan Boediono sebagai wapres selama 5 tahun, maka nanti Demokrat dan PKS/PAN akan berada pada posisi yang sama dalam Pilpres 2014, yaitu sama-sama tidak punya wapres yang cukup kuat untuk dicalonkan sebagai presiden. (Kecuali PD mendorong Boediono untuk menjadi capres pada tahun 2014, dan saya rasa itu mungkin saja, tetapi agak kecil kemungkinan bisa berhasil.)
Jadi, menolak HNW atau Hatta Rajasa sebagai cawapres adalah tindakan SBY dan Partai Demokrat untuk memblokir kemajuan partai Islam pada tahun 2014. Oleh karena itu, saya merasa kecewa dengan SBY dan PD yang merasa begitu “bersaing” sama partai Islam, sedangkan ummat Islam adalah mayoritas di sini. Partai Demokrat bisa saja mengatur dari sekarang untuk menerima seorang tokoh dari partai Islam sebagai cawapres (misalnya HNW) untuk 2009-2014, dan kemudian memberikan kekuasan dan dukungan secara ikhlas kepada tokoh itu untuk menjadi capres pada 2014 dengan syarat bahwa cawapresnya harus diambil dari Partai Demokrat pada saat itu. Kalau ada tawaran seperti itu kemarin, saya kira partai Islam akan setuju karena saling menguntungkan partai Islam dan juga PD. Tetapi karena Partai Demokrat hanya ingin menang sendiri dalam setiap pemilu, maka partai Islam harus dihitung sebagai “saingan” atau “musuh” dan diblokir kemajuannya dari sekarang.
Selain itu, saya juga kecewa dengan sikap semua partai Islam yang merapatkan barisan di belakang SBY, walaupun SBY menolak partisipasi salah satu tokoh mereka dalam memimpin bangsa sebagai wapres. Para elit partai Islam punya alasan sendiri kenapa mereka tetap setia pada SBY, dan saya kira itu disebabkan mereka merasa SBY bakalan menang. Semua partai mereka “diremehkan” oleh SBY (yang menolak semua calon wapres dari mereka) dan mereka tetap setia sama SBY. Daripada menolak sikap buruk ini dari SBY dan PD, semua partai Islam menundukkan kepalanya dan menjadi pendukung setia SBY. Berarti posisi mereka adalah sebagai orang yang mengabdikan diri kepada SBY, dan SBY sebagai majikan mereka bisa “berbuat jahat” kepadanya dan abaikan aspirasinya tanpa peduli karena mereka tidak mungkin melawan.
Saya akan merasa lebih bangga kemarin kalau semua partai Islam menolak tindakan SBY (saat menolak calon wapres dari partai Islam) dan bergabung untuk membuat satu blok baru. PKS, PAN, PKB, dan PPP bisa bergabung dan memajukan capres sendiri. Sangat mungkin mereka akan kalah, tetapi masyarakat akan melihat perjuangan mereka atas nama ummat Islam, yang insya Allah untuk kepentingan ummat Islam (dan bukan untuk kepentingan elit partai saja).
Walaupun sangat mungkin mereka akan kalah, saya kira ummat Islam akan kembali merasa kagum dengan para pemimpin partai Islam yang berani untuk berjuang. Ternyata, mereka hanya bersedia diam dan nurut dengan kemauan SBY dan PD. Untuk lima tahun ke depan, posisi semua partai Islam itu akan lemah sekali di dalam koalisi SBY (kalau menang), karena masa pemerintahan belum mulai, dan SBY sudah membuktikan bahwa dia bisa menjinkkan semua partai Islam dan bujuk mereka untuk nurut.
Selain itu, saya juga rasa sangat bermanfaat kalau semua partai Islam (yang sudah rapat di belakang SBY) bisa merasakan kekalahan yang signifikan. Harapan saya, setelah kekalahan itu, mereka akan benar-benar melakukan introspeksi diri dan berfikir tentang kenapa ummat Islam tidak mundukung mereka kali ini. Saya berharap para elit partai akan berfikir kembali tentang masa depan bangsa dan masa depan ummat Islam secara khusus. Saya berharap mereka akan “bertaubat” kepada Allah dan mohon maaf kepada Allah dan kepada ummat Islam karena telah gagal menjaga amanah dari ummat Islam untuk mewujudkan aspirasi ummat di dalam pemerintahan. Mungkin juga ada baiknya bila sebagian dari orang elit di partai Islam mengundurkan diri dari jabatan. Sangat jarang terjadi ada anggota elit partai Islam yang mau menyatakan bertanggung jawab dan siap mengundurkan diri, padahal di negara demokrasi lain, hal seperti itu sering terjadi. Baru kemarin ada seorang menteri di Inggris yang mengundurkan diri dari jabatan. Mungkin para pemimpin partai Islam bisa belajar tentang konsep amanah dan tanggung jawab dari politikus kafir yang sepertinya lebih paham daripada para pemimpin partai Islam yang beriman.
Kesimpulannya, saya akan pilih JK-Wiranto kalau saya punya hak pilih. Saya tidak begitu senang dengan JK secara pribadi, dan juga tidak senang dengan Golkar (sudah sering saya mengritik Golkar dan juga JK di blog saya), tetapi saya tidak menginginkan para pemimpin bangsa merasa bahwa kepemimpinan itu adalah hak mereka. Kepemimpinan itu adalah amanah yang kita (rakyat Indonesia, dan ummat Islam sebagai mayoritas) berikan kepada mereka, bukan hak mereka karena sudah pernah memimpin bangsa atau karena uang mereka lebih banyak dari kita.
Saya anjurkan untuk tidak pernah menjadi golput. Kalau ummat Islam memilih golput, berisiko sekali, karena kita tidak tahu siapa yang bisa maju nanti. Kemarin ada teman yang jelaskan bahwa sekarang DPRD di kota Tangerang sudah menjadi 40% non-Muslim – banyak orang Muslim terpecah antara banyak partai (dengan banyak calon yang kurang baik), dan banyak juga yang golput saja. Hasilnya, ummat Islam yang mayoritas dapat “wakil” yang non-Muslim. Supaya ummat Islam bisa bersatu dan mendukung calon yang baik tentu saja harus diawali dengan calonnya dari partai Islam itu sendiri, karena kalau tidak ada, sudah jelas bahwa banyak orang mau golput karena kecewa.
Saya berharap semua politikus dan pengurus partai Islam bisa berfikir secara dalam tetang apa yang mereka lakukan di bidang politik. Mereka mengatakan ingin berjuang atas nama ummat, tetapi sesudah itu, mereka justru tidak mencari “orang yang terbaik” untuk menjadi pemimpin dan hanya sebatas tunduk pada orang yang “paling populer dan sanggup menang”.
Seringkali Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan “musuh” (atau lawanan politik) yang lebih kuat dan bakalan menang dalam pertarungan. Sikap Nabi SAW adalah untuk berjuang terus dengan selalu memilih jalan yang terbaik dan sesuai dengan aspirasi ummat Islam. Menang atau kalah; hanya itulah pilihannya. Tidak ada kompromi. Hanya ada kebenaran Islam, haknya ummat Islam dan aspirasi ummat Islam yang wajib diperjuangkan. Tidak ada contoh di mana Nabi SAW datang kepada kafir Quraisy dan minta sekian kursi “jabatan” untuk para sahabat dengan balasan akan menerima semua berhala yang ada di dalam Ka’bah.
Seharusnya pemimpin partai Islam itu memberikan harapan kepada kita dengan menawarkan dan mendukung pemimpin “yang terbaik” dan bukan menawarkan yang paling kaya, paling kuat, atau paling populer. Menang atau kalah, kita bisa merasa bangga telah mendukung mereka kalau mereka memberikan kita seorang calon yang membuat kita merasa bangga, dan dia menawarkan harapan untuk menciptakan bangsa yang lebih baik. Daripada begitu, para pemimpin partai Islam telah memilih jalan yang pragmatis, bukan jalan yang idealis.
Saya kecewa dengan semua partai Islam, dan kemajuan bangsa yang pas-pasan saja. Semua teman saya kecewa. Semua teman dari teman saya kecewa. Sopir taksi kecewa. Ibu rumah tangga kecewa. Anggota pengajian kecewa. Santri dalam pesantren kecewa. (Dan itu hanya sebatas orang yang bertemu dengan saya belakangan ini.) Oleh karena itu, saya berharap semua partai Islam (dan SBY) akan kalah, bukan karena berniat jahat tetapi justru karena sayang pada mereka. Mereka perlu diberikan sebuah pelajaran yang pahit dari ummat Islam: mewakili kita dengan benar dan sungguh-sungguh, atau mengundurkan diri dan membantu orang lain berjuang atas nama ummat Islam!
Insya Allah di dalam periode 2009-2014, para pemimpin partai Islam akan mendapat pelajaran (dari kekalahan) dan akan siap kembali berjuang untuk kita pada pilpres 2014, dan bukan sebatas mendukung orang yang paling kuat atau populer yang bisa membagikan kursi nanti. Itu suatu perjuangan yang sulit, tetapi justru karena sulit ada nikmatnya berjuang untuk membela kebenaran, keadilan, dan aspirasi ummat Islam. Kalau mereka hanya mau mundur dari perjuangan yang sulit dan bersujud di depan SBY untuk mendapatkan kursi menteri, tidak akan ada nikmat perjuangan.
Semoga para pemimpin partai Islam akan segera kembali berjuang untuk mewujudkan aspirasi ummat Islam setelah mereka kalah dalam Pilpres 2009.
Silahkan pilih JK-Wiranto, tetapi jangan lupa shalat istiqharah dulu. Allah saja yang Maha Tahu dan Maha Benar. Saya sebatas penulis renungan saja.
Semoga bermanfaat,
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Ada yang bertanya kalau saya menjadi WNI dan bisa ikut Pilpres, siapa yang akan saya pilih?
Kalau anda bingung antara dua perkara dalam Islam, Allah sudah memberikan solusinya: shalat istiqharah. Lakukan 2 rakaat dan minta petunjuk kepada Allah saja. Habis itu, baru pilih.
Kalau saya bisa pilih, saya jelas tidak mau dukung Ibu Mega karena dia sudah gagal jadi presiden dalam pilpres sebelum ini berarti rakyat kurang mendukungnya. Dia sudah pernah jadi presiden 1 kali, dan tidak ada kemajuan bangsa yang signifikan, jadi tidak perlu dikasih kesempatan untuk memimpin lagi.
Jadi kita terpaksa pilih antara JK dan SBY. Menurut saya, lebih baik ganti saja Presiden dulu. Walaupun saya kurang suka JK, dan kurang suka Golkar, saya juga kurang suka SBY sekarang. Dia kurang tegas, kurang berpihak pada rakyat, terlalu pro-barat, dan terlalu pelan dalam mengambil keputusan. Dia juga kurang mendukung aspirasi ummat Islam secara umum. Dia melindungi Aburizal Bakrie dan tidak peduli pada korban lapindo (di antara banyak korban dari kasus-kasus yang lain). Dia bergerak terlalu lambat dalam semua perkara dan ada banyak kasus yang tidak tuntas secara baik selama dia menjadi pemimpin.
Jadi, saya ingin melihat presiden diganti. Itu akan memberikan pelajaran kepada rakyat dan semua politikus sekaligus bahwa kalau sudah pernah diangkat menjadi presiden tidak berarti pasti bisa diangkat lagi. Dan kalau seorang presiden tidak bertindak secara baik, rakyat akan gantikan dia dengan yang lain. Tidak cukup duduk saja di kursi presiden dan mempertahankan status quo. Keadaan rakyat tidak memburuk, tetapi tidak membaik juga. Saya kira kita sebaiknya gantikan presiden saja, biar semua politikus berfikir. Dan insya Allah sesudahnya, mereka akan lebih peduli pada rakyat pada periode mendatang.
Selain itu, saya juga kecewa dengan SBY yang angkat Boediono sebagai cawapres. Itu jelas hanya untuk satu alasan saja: biar partai Islam tidak bisa berkuasa pada 2014. Kalau SBY telah mengangkat HNW atau Hatta Rajasa sebagai cawapres sekarang, maka pada tahun 2014 orang itulah yang berada dalam posisi paling kuat untuk menjadi presiden berikut.
Pada saat itu, kalau HNW (misalnya) telah kerja selama 5 tahun sebagai wapres, dan sudah teruji dan membuktikan diri sanggup memimpin bangsa, maka PKS akan meraih suara besar di pemilihan legislatif dan HNW sebagai capres bisa menang dengan mudah di Pilpres 2014. Tetapi Partai Demokrat tidak akan punya kekuatan yang lebih dari sekarang (dan juga mungkin bisa berkurang karena SBY akan turun dari jabatan). PD juga tidak akan punya capres sendiri karena hanya SBY yang punya nama besar di dalam PD. Tetapi sekarang, dengan Boediono sebagai wapres selama 5 tahun, maka nanti Demokrat dan PKS/PAN akan berada pada posisi yang sama dalam Pilpres 2014, yaitu sama-sama tidak punya wapres yang cukup kuat untuk dicalonkan sebagai presiden. (Kecuali PD mendorong Boediono untuk menjadi capres pada tahun 2014, dan saya rasa itu mungkin saja, tetapi agak kecil kemungkinan bisa berhasil.)
Jadi, menolak HNW atau Hatta Rajasa sebagai cawapres adalah tindakan SBY dan Partai Demokrat untuk memblokir kemajuan partai Islam pada tahun 2014. Oleh karena itu, saya merasa kecewa dengan SBY dan PD yang merasa begitu “bersaing” sama partai Islam, sedangkan ummat Islam adalah mayoritas di sini. Partai Demokrat bisa saja mengatur dari sekarang untuk menerima seorang tokoh dari partai Islam sebagai cawapres (misalnya HNW) untuk 2009-2014, dan kemudian memberikan kekuasan dan dukungan secara ikhlas kepada tokoh itu untuk menjadi capres pada 2014 dengan syarat bahwa cawapresnya harus diambil dari Partai Demokrat pada saat itu. Kalau ada tawaran seperti itu kemarin, saya kira partai Islam akan setuju karena saling menguntungkan partai Islam dan juga PD. Tetapi karena Partai Demokrat hanya ingin menang sendiri dalam setiap pemilu, maka partai Islam harus dihitung sebagai “saingan” atau “musuh” dan diblokir kemajuannya dari sekarang.
Selain itu, saya juga kecewa dengan sikap semua partai Islam yang merapatkan barisan di belakang SBY, walaupun SBY menolak partisipasi salah satu tokoh mereka dalam memimpin bangsa sebagai wapres. Para elit partai Islam punya alasan sendiri kenapa mereka tetap setia pada SBY, dan saya kira itu disebabkan mereka merasa SBY bakalan menang. Semua partai mereka “diremehkan” oleh SBY (yang menolak semua calon wapres dari mereka) dan mereka tetap setia sama SBY. Daripada menolak sikap buruk ini dari SBY dan PD, semua partai Islam menundukkan kepalanya dan menjadi pendukung setia SBY. Berarti posisi mereka adalah sebagai orang yang mengabdikan diri kepada SBY, dan SBY sebagai majikan mereka bisa “berbuat jahat” kepadanya dan abaikan aspirasinya tanpa peduli karena mereka tidak mungkin melawan.
Saya akan merasa lebih bangga kemarin kalau semua partai Islam menolak tindakan SBY (saat menolak calon wapres dari partai Islam) dan bergabung untuk membuat satu blok baru. PKS, PAN, PKB, dan PPP bisa bergabung dan memajukan capres sendiri. Sangat mungkin mereka akan kalah, tetapi masyarakat akan melihat perjuangan mereka atas nama ummat Islam, yang insya Allah untuk kepentingan ummat Islam (dan bukan untuk kepentingan elit partai saja).
Walaupun sangat mungkin mereka akan kalah, saya kira ummat Islam akan kembali merasa kagum dengan para pemimpin partai Islam yang berani untuk berjuang. Ternyata, mereka hanya bersedia diam dan nurut dengan kemauan SBY dan PD. Untuk lima tahun ke depan, posisi semua partai Islam itu akan lemah sekali di dalam koalisi SBY (kalau menang), karena masa pemerintahan belum mulai, dan SBY sudah membuktikan bahwa dia bisa menjinkkan semua partai Islam dan bujuk mereka untuk nurut.
Selain itu, saya juga rasa sangat bermanfaat kalau semua partai Islam (yang sudah rapat di belakang SBY) bisa merasakan kekalahan yang signifikan. Harapan saya, setelah kekalahan itu, mereka akan benar-benar melakukan introspeksi diri dan berfikir tentang kenapa ummat Islam tidak mundukung mereka kali ini. Saya berharap para elit partai akan berfikir kembali tentang masa depan bangsa dan masa depan ummat Islam secara khusus. Saya berharap mereka akan “bertaubat” kepada Allah dan mohon maaf kepada Allah dan kepada ummat Islam karena telah gagal menjaga amanah dari ummat Islam untuk mewujudkan aspirasi ummat di dalam pemerintahan. Mungkin juga ada baiknya bila sebagian dari orang elit di partai Islam mengundurkan diri dari jabatan. Sangat jarang terjadi ada anggota elit partai Islam yang mau menyatakan bertanggung jawab dan siap mengundurkan diri, padahal di negara demokrasi lain, hal seperti itu sering terjadi. Baru kemarin ada seorang menteri di Inggris yang mengundurkan diri dari jabatan. Mungkin para pemimpin partai Islam bisa belajar tentang konsep amanah dan tanggung jawab dari politikus kafir yang sepertinya lebih paham daripada para pemimpin partai Islam yang beriman.
Kesimpulannya, saya akan pilih JK-Wiranto kalau saya punya hak pilih. Saya tidak begitu senang dengan JK secara pribadi, dan juga tidak senang dengan Golkar (sudah sering saya mengritik Golkar dan juga JK di blog saya), tetapi saya tidak menginginkan para pemimpin bangsa merasa bahwa kepemimpinan itu adalah hak mereka. Kepemimpinan itu adalah amanah yang kita (rakyat Indonesia, dan ummat Islam sebagai mayoritas) berikan kepada mereka, bukan hak mereka karena sudah pernah memimpin bangsa atau karena uang mereka lebih banyak dari kita.
Saya anjurkan untuk tidak pernah menjadi golput. Kalau ummat Islam memilih golput, berisiko sekali, karena kita tidak tahu siapa yang bisa maju nanti. Kemarin ada teman yang jelaskan bahwa sekarang DPRD di kota Tangerang sudah menjadi 40% non-Muslim – banyak orang Muslim terpecah antara banyak partai (dengan banyak calon yang kurang baik), dan banyak juga yang golput saja. Hasilnya, ummat Islam yang mayoritas dapat “wakil” yang non-Muslim. Supaya ummat Islam bisa bersatu dan mendukung calon yang baik tentu saja harus diawali dengan calonnya dari partai Islam itu sendiri, karena kalau tidak ada, sudah jelas bahwa banyak orang mau golput karena kecewa.
Saya berharap semua politikus dan pengurus partai Islam bisa berfikir secara dalam tetang apa yang mereka lakukan di bidang politik. Mereka mengatakan ingin berjuang atas nama ummat, tetapi sesudah itu, mereka justru tidak mencari “orang yang terbaik” untuk menjadi pemimpin dan hanya sebatas tunduk pada orang yang “paling populer dan sanggup menang”.
Seringkali Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan “musuh” (atau lawanan politik) yang lebih kuat dan bakalan menang dalam pertarungan. Sikap Nabi SAW adalah untuk berjuang terus dengan selalu memilih jalan yang terbaik dan sesuai dengan aspirasi ummat Islam. Menang atau kalah; hanya itulah pilihannya. Tidak ada kompromi. Hanya ada kebenaran Islam, haknya ummat Islam dan aspirasi ummat Islam yang wajib diperjuangkan. Tidak ada contoh di mana Nabi SAW datang kepada kafir Quraisy dan minta sekian kursi “jabatan” untuk para sahabat dengan balasan akan menerima semua berhala yang ada di dalam Ka’bah.
Seharusnya pemimpin partai Islam itu memberikan harapan kepada kita dengan menawarkan dan mendukung pemimpin “yang terbaik” dan bukan menawarkan yang paling kaya, paling kuat, atau paling populer. Menang atau kalah, kita bisa merasa bangga telah mendukung mereka kalau mereka memberikan kita seorang calon yang membuat kita merasa bangga, dan dia menawarkan harapan untuk menciptakan bangsa yang lebih baik. Daripada begitu, para pemimpin partai Islam telah memilih jalan yang pragmatis, bukan jalan yang idealis.
Saya kecewa dengan semua partai Islam, dan kemajuan bangsa yang pas-pasan saja. Semua teman saya kecewa. Semua teman dari teman saya kecewa. Sopir taksi kecewa. Ibu rumah tangga kecewa. Anggota pengajian kecewa. Santri dalam pesantren kecewa. (Dan itu hanya sebatas orang yang bertemu dengan saya belakangan ini.) Oleh karena itu, saya berharap semua partai Islam (dan SBY) akan kalah, bukan karena berniat jahat tetapi justru karena sayang pada mereka. Mereka perlu diberikan sebuah pelajaran yang pahit dari ummat Islam: mewakili kita dengan benar dan sungguh-sungguh, atau mengundurkan diri dan membantu orang lain berjuang atas nama ummat Islam!
Insya Allah di dalam periode 2009-2014, para pemimpin partai Islam akan mendapat pelajaran (dari kekalahan) dan akan siap kembali berjuang untuk kita pada pilpres 2014, dan bukan sebatas mendukung orang yang paling kuat atau populer yang bisa membagikan kursi nanti. Itu suatu perjuangan yang sulit, tetapi justru karena sulit ada nikmatnya berjuang untuk membela kebenaran, keadilan, dan aspirasi ummat Islam. Kalau mereka hanya mau mundur dari perjuangan yang sulit dan bersujud di depan SBY untuk mendapatkan kursi menteri, tidak akan ada nikmat perjuangan.
Semoga para pemimpin partai Islam akan segera kembali berjuang untuk mewujudkan aspirasi ummat Islam setelah mereka kalah dalam Pilpres 2009.
Silahkan pilih JK-Wiranto, tetapi jangan lupa shalat istiqharah dulu. Allah saja yang Maha Tahu dan Maha Benar. Saya sebatas penulis renungan saja.
Semoga bermanfaat,
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto
02 June, 2009
“Torturing Democracy” - Film tentang Penyiksaan di tangan Amerika
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Film dokumentari ini sudah beredar dari akhir tahun 2008. Sejak itu, tidak ada satupun stasiun televisi besar di Amerika yang mau tayangkan; semuanya menolak. Film “Torturing Democracy” ini dibagi tiga, sehingga setiap bagian berputar selama 45-60 minit. Kalau koneksi internet pelan, tunggu loading dulu sebentar, baru nonton. Semua pembicaraan dalam bahasa Inggris, tetapi suara pembicara cukup pelan sehingga insya Allah mudah untuk dipahami oleh orang yang bisa berbahasa Inggris.
Torturing Democracy
Ada Part 1, 2, dan 3 di sini
Film ini mulai dari serangan 11 September, 2001, dan secara bertahap mengikuti semua tindakan yang dilakukan oleh George Bush dan Dick Cheney (Wapres), serta Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld dan semua pengacara mereka, untuk mengizinkan sistem interogasi yang lebih ekstrim dari yang biasa. Dijelaskan pula bahwa semua gaya interogasi baru itu diambil dari sistem latihan militer AS bernama SERE (Survival, Evasion, Resistance and Escape). Dalam program SERE itu, anggota militer AS (sebagai latihan), ditangkap dan dibawa ke sebuah penjara yang dianggap simulasi terhadap keadaan yang harus mereka hadapi kalau ditangkap oleh negara musuh yang brutal, seperti Uni Soviet dan KGB. Pada saat ditangkap (dalam latihan itu), mereka akan disiksa dengan berbagai cara untuk mematahkan jiwa mereka. Setelah “dipatahkan” dan tidak sanggup bertahan lagi terhadap siksaan, mereka pasti akan mengiyakan pernyataan apa saja yang diberikan kepada mereka. Artinya, mereka akan mengaku sebagai penjahat perang, mata-mata, teroris dan apa saja yang lain yang diinginkan oleh penyiksa mereka. Hasilnya, pernyataan mereka (yang direkayasa lewat penyiksaan) bisa digunakan oleh negara jahat tersebut untuk tujuan propaganda. Hal ini pernah dialami langsung oleh beberapa prajurit AS dalam Perang Korea dan Perang Vietnam. Oleh karena itu, AS membuat sistem latihan ini supaya prajurit mereka yang paling mungkin akan ditangkap dan disiksa oleh negara musuh, bisa mendapat gambaran tentang apa yang akan dihadapi setelah jadi tahanan perang.
Anehnya, buku panduan tentara AS yang menjelaskan sistem penyiksaan ini, yang mungkin saja dilakukan oleh negara brutal seperti Uni Soviet, malah menjadi buku panduan untuk menginterogasi para tahanan Muslim setelah September 11. Yang sebelumnya dikatakan penyiksaan untuk mematahkan jiwa tahanan malah berubah menjadi sistim interogasi yang sah untuk mendapatkan informasi yang sah dan faktual. Sangat lucu bahwa apa yang dicatat dalam buku panduan militer umum AS (the Uniform Code of Military Justice) sebagai “penyiksaan” dan karena itu dilarang bagi semua prajurit AS untuk melakukannya pada para tahanan perang, malah bisa berubah dalam sekejap dan menjadi “sistem interogasi yang ditingkatkan” (enhanced interrogation) untuk mencari informasi yang faktual.
Film ini mengikuti bagaimana proses ini terjadi dalam beberapa tahun, selalu dimulai dari Gedung Putih dan para pengacara di belakang Bush dan Cheney, dan juga menjelaskan bagaimana pengacara Bush mempermainkan hukum negara dan hukum internasional untuk mencitpakan definisi hukum bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah “penyiksaan” karena si tahanan tidak wafat dan tidak ada anggota tubuh yang dipotong. Mereka tidak mau tahu tentang penyiksaan mental yang dialami, padahal dalam hukum militer mereka, hukum negara dan bahkan hukum internasional, penyiksaan mental dan penyiksan fisik selalu dilarang sekaligus dalam pasal yang sama.
Amerika itu negara apa? Sangat disayangkan bahwa Kongres dan Presiden Obama masih menolak hak investigasi terhadap kejahatan perang ini. Dalam hukum internasional, apa yang dilakukan oleh Bush dan para kroninya merupakan kejahatan perang dan semua negara yang bergabung dalam Konvensi Jenewa secara hukum boleh menangkap dan menuntut Bush kapan saja. Ternyata, tidak ada yang berani.
Perlu ditekankan pula bahwa apa yang ditayangkan dalam film ini baru sebagian dari apa yang sebenarnya terjadi karena banyak email dan dokumen dari masa pemerintahan Bush telah di-delete, walaupun melanggar hukum negara. Dan masih ada foto-foto dan video dari Abu Ghuraib yang tidak mau dilepaskan oleh pemerintah AS, karena Obama takut akan membuat dunia marah terhadap Amerika, dan setelah itu, prajurit dan warga AS di manca negara akan menjadi sasaran kekerasan.
Pada akhir film, secara singkat dijelaskan tentang beberapa tahanan yang mendapat sorotan dalam film ini: semuanya telah dilepaskan dari Guantanamo oleh Amerika, setelah mereka ditahan dan disiksa selama 2, 3, 5, bahkan 7 tahun. Tidak ada tuntutan hukum sedikitpun terhadap mereka. Mereka dilepaskan begitu saja.
Begitulah negara demokrasi? Negara hukum? Pemimpin dunia? Lucu!
Bagi orang yang tertarik pada keadilan, hukum negara dan hukum internasional, dan ingin tahu bagaimana sebuah “demokrasi” bisa bertindak dengan cara yang tidak adil, tidak transparen dan persis sama dengan “negara musuh yang brutal”, silahkan menyimak film ini. Semoga bermanfaat.
Saya dapatkan info tentang film ini dari situs Truthout.org.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Film dokumentari ini sudah beredar dari akhir tahun 2008. Sejak itu, tidak ada satupun stasiun televisi besar di Amerika yang mau tayangkan; semuanya menolak. Film “Torturing Democracy” ini dibagi tiga, sehingga setiap bagian berputar selama 45-60 minit. Kalau koneksi internet pelan, tunggu loading dulu sebentar, baru nonton. Semua pembicaraan dalam bahasa Inggris, tetapi suara pembicara cukup pelan sehingga insya Allah mudah untuk dipahami oleh orang yang bisa berbahasa Inggris.
Torturing Democracy
Ada Part 1, 2, dan 3 di sini
Film ini mulai dari serangan 11 September, 2001, dan secara bertahap mengikuti semua tindakan yang dilakukan oleh George Bush dan Dick Cheney (Wapres), serta Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld dan semua pengacara mereka, untuk mengizinkan sistem interogasi yang lebih ekstrim dari yang biasa. Dijelaskan pula bahwa semua gaya interogasi baru itu diambil dari sistem latihan militer AS bernama SERE (Survival, Evasion, Resistance and Escape). Dalam program SERE itu, anggota militer AS (sebagai latihan), ditangkap dan dibawa ke sebuah penjara yang dianggap simulasi terhadap keadaan yang harus mereka hadapi kalau ditangkap oleh negara musuh yang brutal, seperti Uni Soviet dan KGB. Pada saat ditangkap (dalam latihan itu), mereka akan disiksa dengan berbagai cara untuk mematahkan jiwa mereka. Setelah “dipatahkan” dan tidak sanggup bertahan lagi terhadap siksaan, mereka pasti akan mengiyakan pernyataan apa saja yang diberikan kepada mereka. Artinya, mereka akan mengaku sebagai penjahat perang, mata-mata, teroris dan apa saja yang lain yang diinginkan oleh penyiksa mereka. Hasilnya, pernyataan mereka (yang direkayasa lewat penyiksaan) bisa digunakan oleh negara jahat tersebut untuk tujuan propaganda. Hal ini pernah dialami langsung oleh beberapa prajurit AS dalam Perang Korea dan Perang Vietnam. Oleh karena itu, AS membuat sistem latihan ini supaya prajurit mereka yang paling mungkin akan ditangkap dan disiksa oleh negara musuh, bisa mendapat gambaran tentang apa yang akan dihadapi setelah jadi tahanan perang.
Anehnya, buku panduan tentara AS yang menjelaskan sistem penyiksaan ini, yang mungkin saja dilakukan oleh negara brutal seperti Uni Soviet, malah menjadi buku panduan untuk menginterogasi para tahanan Muslim setelah September 11. Yang sebelumnya dikatakan penyiksaan untuk mematahkan jiwa tahanan malah berubah menjadi sistim interogasi yang sah untuk mendapatkan informasi yang sah dan faktual. Sangat lucu bahwa apa yang dicatat dalam buku panduan militer umum AS (the Uniform Code of Military Justice) sebagai “penyiksaan” dan karena itu dilarang bagi semua prajurit AS untuk melakukannya pada para tahanan perang, malah bisa berubah dalam sekejap dan menjadi “sistem interogasi yang ditingkatkan” (enhanced interrogation) untuk mencari informasi yang faktual.
Film ini mengikuti bagaimana proses ini terjadi dalam beberapa tahun, selalu dimulai dari Gedung Putih dan para pengacara di belakang Bush dan Cheney, dan juga menjelaskan bagaimana pengacara Bush mempermainkan hukum negara dan hukum internasional untuk mencitpakan definisi hukum bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah “penyiksaan” karena si tahanan tidak wafat dan tidak ada anggota tubuh yang dipotong. Mereka tidak mau tahu tentang penyiksaan mental yang dialami, padahal dalam hukum militer mereka, hukum negara dan bahkan hukum internasional, penyiksaan mental dan penyiksan fisik selalu dilarang sekaligus dalam pasal yang sama.
Amerika itu negara apa? Sangat disayangkan bahwa Kongres dan Presiden Obama masih menolak hak investigasi terhadap kejahatan perang ini. Dalam hukum internasional, apa yang dilakukan oleh Bush dan para kroninya merupakan kejahatan perang dan semua negara yang bergabung dalam Konvensi Jenewa secara hukum boleh menangkap dan menuntut Bush kapan saja. Ternyata, tidak ada yang berani.
Perlu ditekankan pula bahwa apa yang ditayangkan dalam film ini baru sebagian dari apa yang sebenarnya terjadi karena banyak email dan dokumen dari masa pemerintahan Bush telah di-delete, walaupun melanggar hukum negara. Dan masih ada foto-foto dan video dari Abu Ghuraib yang tidak mau dilepaskan oleh pemerintah AS, karena Obama takut akan membuat dunia marah terhadap Amerika, dan setelah itu, prajurit dan warga AS di manca negara akan menjadi sasaran kekerasan.
Pada akhir film, secara singkat dijelaskan tentang beberapa tahanan yang mendapat sorotan dalam film ini: semuanya telah dilepaskan dari Guantanamo oleh Amerika, setelah mereka ditahan dan disiksa selama 2, 3, 5, bahkan 7 tahun. Tidak ada tuntutan hukum sedikitpun terhadap mereka. Mereka dilepaskan begitu saja.
Begitulah negara demokrasi? Negara hukum? Pemimpin dunia? Lucu!
Bagi orang yang tertarik pada keadilan, hukum negara dan hukum internasional, dan ingin tahu bagaimana sebuah “demokrasi” bisa bertindak dengan cara yang tidak adil, tidak transparen dan persis sama dengan “negara musuh yang brutal”, silahkan menyimak film ini. Semoga bermanfaat.
Saya dapatkan info tentang film ini dari situs Truthout.org.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Mengeluh Lewat Milis, Ibu Rumah Tangga Ditahan
Sidang digelar pekan depan.
TANGERANG - Prita Mulyasari, ibu dengan dua anak, ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Internasional Omni Hospital, Alam Sutra, Serpong, Tangerang Selatan.
"Dititipkan di sini sejak 13 Mei lalu oleh Kejaksaan Negeri Tangerang," kata Arti Wirastuti, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang, di kantornya kemarin.
Prita, warga Vila Melati Mas Residence, Serpong, mendekam di Paviliun Menara, ruang tahanan khusus titipan yang menunggu persidangan. Arti menolak permintaan Tempo untuk bertemu Prita.
Ia dijerat dengan Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang isinya, "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."
Sanksi atas pelanggaran pasal itu berupa hukuman penjara maksimal enam tahun dan atau denda maksimal Rp 1 miliar.
Anggota tim jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Tangerang, Haryadi, mengatakan baru pada 25 Mei lalu dia menerima berkas kasus nomor 55-1/2009 itu dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Kasus ini bermula dari surat elektronik Prita yang berisi keluhannya ketika dirawat di unit gawat darurat Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Surat yang semula hanya ditujukan ke sebuah mailing list (milis) itu ternyata beredar ke pelbagai milis dan forum di Internet, dan diketahui oleh manajemen Rumah Sakit Omni.
PT Sarana Mediatama Internasional, pengelola rumah sakit itu, lalu merespons dengan mengirim jawaban atas keluhan Prita ke beberapa milis dan memasang iklan di harian nasional. Belakangan, PT Sarana juga menggugat Prita, baik secara perdata maupun pidana, dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Pengadilan Negeri Tangerang memutuskan perkara gugatan perdata nomor 300/PDG/6/2008/PN-TNG itu sekitar dua pekan yang lalu. Ketua Pengadilan Herri Swantoro menolak menjelaskan putusannya. "Karena pada 25 Mei 2009 kedua belah pihak menyatakan banding," ujarnya kemarin.
Herri memastikan persidangan pidana kasus ini akan digelar pekan depan dan dipimpin oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri Tangerang. "Semua sudah disiapkan."
Pengacara PT Sarana, Hadi, belum memberikan penjelasan. "Nanti hubungi saya lagi," katanya kemarin.
Ia tak menjawab ketika Tempo menghubunginya kembali dan mengirim pesan singkat ke telepon selulernya.
Keluarga Prita pun bungkam. "Saya tak berani ngomong, ini amanat Prita," kata Arief, kakak kandung Prita, dua hari yang lalu. JONIANSYAH | HAMLUDDIN | JOBPIE S
Sumber: Korantempo.com
########
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Katanya ini negara hukum. Saya lupa berapa kali pernah dengar presiden atau pejabat lain menyatakan demikian. Ternyata, yang membuat hukum, yaitu DPR, telah menyediakan hukum yang terdesign sedemikian rupa sehingga orang yang ingin berprotes tidak punya hak lagi untuk berprotes. Siapa saja bisa menuntut siapa saja dengan hukuman “pencemaran nama baik”. (Dan saya juga pernah diancam seperti itu oleh sebuah sekolah swasta yang tidak setuju kalau semua keburukan mereka tercantum dalam surat orang tua yang saya muatkan di blog).
Pihak yang menggugat tidak perlu memikirkan orang yang mungkin saja menjadi korban. Kalau mereka (penggugat) lebih kuat secara keuangan dan punya banyak pengacara, cukup mereka menuntut saja, dan pasti bisa menang. Hakim juga tidak mau berpihak pada “korban”. Jadi ini menjadi peringatan bagi kita, bukan supaya hati-hati menulis pendapat di internet, tetapi untuk kembali berjuang untuk teruskan reformasi di Indonesia.
Keadaan kita sekarang makin lama makin terasa lebih mirip dengan zaman Orde Baru. Walaupun Soeharto telah wafat dan tidak berkuasa lagi, yang menjadi penggantinya dibesarkan di dalam sistem pendidikan dan sisitem pemerintahan yang didirikan oleh Soeharto. Jadi, mereka tidak tahu apa-apa selain apa yang diajarkan kepada mereka selama puluhan tahun dalam masa Orde Baru.
Hasilnya, kita bisa lihat sekarang bahwa yang menjadi “korban” malah bisa dipenjarakan. Siapa yang akan teriak? Siapa yang akan protes? Mahasiswa telah hilang dan tidak bersedia berjuang lagi. Rakyat diam. Orang tua diam. Dan semua partai politik, bahkan yang punya nama “keadilan” di dalam nama partainya, tidak lagi peduli pada keadilan bagi rakyat kecil, tetapi terkesan peduli pada kekuasaan semata.
Alangkah baiknya bila ada pejabat negara, pemimpin partai politik, professor di universitas, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang berani untuk berdiri sekarang dan berprotes atas ketidakadilan yang makin sering terjadi di bangsa ini. Ini negara hukum. Dan kalau semua orang sepakat bahwa hukum itu buruk, maka hukum tersebut BISA diubah oleh wakil rakyat kita. Tetapi mereka hanya mungkin melakukan itu kalau kita berprotes. Selama kita semua diam, “wakil rakyat” juga akan diam, dan korban akan dipenjarakan terus.
Jangan diam saja. Berprotes. Pastikan bahwa suara anda terdengar oleh orang yang memiliki kekuasaan. Dan untuk sementara, hati-hati bila berpendapat di internet. Pemerintah yang ada sekarang tidak peduli pada hak anda untuk komplain atas pelayanan yang buruk. Pilihannya hanya satu: cari anggota pemerintah yang lain!
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
TANGERANG - Prita Mulyasari, ibu dengan dua anak, ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Internasional Omni Hospital, Alam Sutra, Serpong, Tangerang Selatan.
"Dititipkan di sini sejak 13 Mei lalu oleh Kejaksaan Negeri Tangerang," kata Arti Wirastuti, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang, di kantornya kemarin.
Prita, warga Vila Melati Mas Residence, Serpong, mendekam di Paviliun Menara, ruang tahanan khusus titipan yang menunggu persidangan. Arti menolak permintaan Tempo untuk bertemu Prita.
Ia dijerat dengan Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang isinya, "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."
Sanksi atas pelanggaran pasal itu berupa hukuman penjara maksimal enam tahun dan atau denda maksimal Rp 1 miliar.
Anggota tim jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Tangerang, Haryadi, mengatakan baru pada 25 Mei lalu dia menerima berkas kasus nomor 55-1/2009 itu dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Kasus ini bermula dari surat elektronik Prita yang berisi keluhannya ketika dirawat di unit gawat darurat Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Surat yang semula hanya ditujukan ke sebuah mailing list (milis) itu ternyata beredar ke pelbagai milis dan forum di Internet, dan diketahui oleh manajemen Rumah Sakit Omni.
PT Sarana Mediatama Internasional, pengelola rumah sakit itu, lalu merespons dengan mengirim jawaban atas keluhan Prita ke beberapa milis dan memasang iklan di harian nasional. Belakangan, PT Sarana juga menggugat Prita, baik secara perdata maupun pidana, dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Pengadilan Negeri Tangerang memutuskan perkara gugatan perdata nomor 300/PDG/6/2008/PN-TNG itu sekitar dua pekan yang lalu. Ketua Pengadilan Herri Swantoro menolak menjelaskan putusannya. "Karena pada 25 Mei 2009 kedua belah pihak menyatakan banding," ujarnya kemarin.
Herri memastikan persidangan pidana kasus ini akan digelar pekan depan dan dipimpin oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri Tangerang. "Semua sudah disiapkan."
Pengacara PT Sarana, Hadi, belum memberikan penjelasan. "Nanti hubungi saya lagi," katanya kemarin.
Ia tak menjawab ketika Tempo menghubunginya kembali dan mengirim pesan singkat ke telepon selulernya.
Keluarga Prita pun bungkam. "Saya tak berani ngomong, ini amanat Prita," kata Arief, kakak kandung Prita, dua hari yang lalu. JONIANSYAH | HAMLUDDIN | JOBPIE S
Sumber: Korantempo.com
########
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Katanya ini negara hukum. Saya lupa berapa kali pernah dengar presiden atau pejabat lain menyatakan demikian. Ternyata, yang membuat hukum, yaitu DPR, telah menyediakan hukum yang terdesign sedemikian rupa sehingga orang yang ingin berprotes tidak punya hak lagi untuk berprotes. Siapa saja bisa menuntut siapa saja dengan hukuman “pencemaran nama baik”. (Dan saya juga pernah diancam seperti itu oleh sebuah sekolah swasta yang tidak setuju kalau semua keburukan mereka tercantum dalam surat orang tua yang saya muatkan di blog).
Pihak yang menggugat tidak perlu memikirkan orang yang mungkin saja menjadi korban. Kalau mereka (penggugat) lebih kuat secara keuangan dan punya banyak pengacara, cukup mereka menuntut saja, dan pasti bisa menang. Hakim juga tidak mau berpihak pada “korban”. Jadi ini menjadi peringatan bagi kita, bukan supaya hati-hati menulis pendapat di internet, tetapi untuk kembali berjuang untuk teruskan reformasi di Indonesia.
Keadaan kita sekarang makin lama makin terasa lebih mirip dengan zaman Orde Baru. Walaupun Soeharto telah wafat dan tidak berkuasa lagi, yang menjadi penggantinya dibesarkan di dalam sistem pendidikan dan sisitem pemerintahan yang didirikan oleh Soeharto. Jadi, mereka tidak tahu apa-apa selain apa yang diajarkan kepada mereka selama puluhan tahun dalam masa Orde Baru.
Hasilnya, kita bisa lihat sekarang bahwa yang menjadi “korban” malah bisa dipenjarakan. Siapa yang akan teriak? Siapa yang akan protes? Mahasiswa telah hilang dan tidak bersedia berjuang lagi. Rakyat diam. Orang tua diam. Dan semua partai politik, bahkan yang punya nama “keadilan” di dalam nama partainya, tidak lagi peduli pada keadilan bagi rakyat kecil, tetapi terkesan peduli pada kekuasaan semata.
Alangkah baiknya bila ada pejabat negara, pemimpin partai politik, professor di universitas, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang berani untuk berdiri sekarang dan berprotes atas ketidakadilan yang makin sering terjadi di bangsa ini. Ini negara hukum. Dan kalau semua orang sepakat bahwa hukum itu buruk, maka hukum tersebut BISA diubah oleh wakil rakyat kita. Tetapi mereka hanya mungkin melakukan itu kalau kita berprotes. Selama kita semua diam, “wakil rakyat” juga akan diam, dan korban akan dipenjarakan terus.
Jangan diam saja. Berprotes. Pastikan bahwa suara anda terdengar oleh orang yang memiliki kekuasaan. Dan untuk sementara, hati-hati bila berpendapat di internet. Pemerintah yang ada sekarang tidak peduli pada hak anda untuk komplain atas pelayanan yang buruk. Pilihannya hanya satu: cari anggota pemerintah yang lain!
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
29 May, 2009
Muslim clerics, Facebook, and the Post’s hidden agenda
Teman-teman, 3 hari yang lalu saya menulis surat ini dan kirim ke Jakarta Post. Saya berniat protes atas berita miring dari Associated Press yang diangkat dan masuk Jakarta Post selama beberapa hari. Berita heboh tentang Facebook muncul setelah sebuah forum kecil di Kediri membahas baik-buruknya situs jaringan sosial seperti Facebook, dan bahas apa lebih baik diharamkan atau tidak kalau digunakan secara berlebihan dan tidak benar. Ternyata berita ini di Republika dan Kompas cukup jauh berbeda dengan Associated Press dan Jakarta Post yang mengatakan 700 kyai/ustadz (lalu besoknya menjadi 1.700 kyai) berkumpul untuk membahas beberapa perkara, dan kemudian membuat fatwa bahwa Facebook haram.
Tapi di Kompas, dijelaskan bahwa ini hanya sebuah forum kecil antar pesantren yang dihadiri oleh 700 SANTRI dan nama 3 kyai disebut sebagai perumus makalah yang dibahas.
Saya kirim surat ini dalam bahasa Inggris ke Jakarta Post untuk memprotes sikap mereka yang selalu menghujat dan meremehkan Islam dengan sengaja, seakan-akan Jakarta Post lebih tahu Islam yang baik seperti apa (= Islam Liberal), dan mereka punya program tersembunyi untuk menjelekkan nama baik Islam dan menggantikannya dengan Islam Liberal.
Saya dapat balasan dari Jakarta Post yang mengatakan bahwa isi dari surat saya “akan dibahas secara internal saja”, atau dalam kata lain, mereka tidak mau menerbitkannya. Sayang sekali. Setiap hari, Readers Forum dipadati dengan surat, email dan bahkan sms dari pembaca yang membahas berbagai isu. Forum untuk tukar pikiran ini sangat bagus dan jauh lebih baik dari forum “surat pembaca” di dalam koran lokal yang lain. Sayangnya, tidak semua surat berhasil masuk. Silahkan baca.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
########
Letter for publication in Readers Forum
Muslim clerics, Facebook, and the Post’s hidden agenda
Over the past few days, I have been saddened at the continuous distortion of the news in the Jakarta Post. It started on the front page last Thursday with an item from the Associated Press (AP) which stated that 700 clerics were considering an edict [fatwa] to ban Facebook, as it might be used for illicit sex or flirting (Post, 21 May).
On Saturday, the Post said that “many were shocked” to learn that “1,700 Muslim clerics of Nahdlatul Ulama (NU)” had actually banned Facebook (Post, 23 May) and then this issue made the front page yet again on Sunday (Post, 24 May). On Monday, the issue finally left the front page, moving all the way back to page two (Post, 25 May).
So what’s the problem? The problem is essentially that this is not “news” but rather carefully constructed sensationalism that I believe was created to serve an unstated agenda. The Indonesian newspapers Kompas and Republika, that also carried this story from the AP, revealed that the gathering in Kediri, East Java, actually consisted of 700 “students” from Islamic boarding schools for girls. They had gathered as part of a regular activity to discuss Islamic issues.
Kompas lists the names of only “three” Islamic clerics in attendance (and says a few others were present, without giving their names). It also says that these 3 real-life Muslim clerics (not 700, and not 1,700) created the list of questions for everyone to discuss in the forum. So, the real news (if you can call it news) was that 3 Muslim clerics created several questions for some boarding school students to discuss (as a regular academic exercise), and one question was about the possible inappropriate use of sites such as Facebook. That’s all.
However, when the AP and the Jakarta Post had finished distorting this non-event, the impression given is that either 700 or 1,700 “clerics” (not school students) wanted Facebook banned immediately. However, the “real news” carried by Indonesian newspapers, and also shown on Indonesian television, was merely a gathering of school students who were discussing topical issues in the privacy of their boarding school forum.
Is that what the Associated Press and the Jakarta Post consider a major news event deserving front-page coverage? How does such an insignificant forum of students end up becoming so heavily distorted and placed at the front of the Jakarta Post several days in a row? What is the real agenda here?
From observing the direction of Jakarta Post articles over several years, I have noticed a strong desire to sideline mainstream Islamic thought and promote irregular Islamic teachings that are not representative of the Indonesian Muslim population, or the overwhelming majority of ordinary clerics here. Rather than serving as a gateway for foreigners to learn about Muslim culture in Indonesia, the Jakarta Post prefers to decide unilaterally what Islam “should be like”, and then promote that idea of alternative Islam (specifically “liberal Islam”) at every opportunity. Thus, anything which doesn’t fit in with that agenda needs to be twisted, distorted, sensationalized, smeared and then scorned as if somehow mainstream Islamic thought (that is followed by almost 1 billion people) is some sort of naughty child that needs a good spanking from the Post in order to be corrected.
It is unfortunate and saddening that the Post continues to do this. I would be prouder of the Post if the editors maintained a neutral and more balanced approach to Islamic issues, and used the Post’s considerable influence to educate and enlighten others, and open doors so that non-Muslims could learn more about Islam as it is currently practiced by ordinary Muslims. If the Post continues to pursue an unstated agenda to demean mainstream Islamic teachings then the Post will continue to disappoint ordinary mainstream Muslims who expect a higher standard journalism.
Gene Netto
Jakarta, Indonesia
25 May, 2009
Tapi di Kompas, dijelaskan bahwa ini hanya sebuah forum kecil antar pesantren yang dihadiri oleh 700 SANTRI dan nama 3 kyai disebut sebagai perumus makalah yang dibahas.
Saya kirim surat ini dalam bahasa Inggris ke Jakarta Post untuk memprotes sikap mereka yang selalu menghujat dan meremehkan Islam dengan sengaja, seakan-akan Jakarta Post lebih tahu Islam yang baik seperti apa (= Islam Liberal), dan mereka punya program tersembunyi untuk menjelekkan nama baik Islam dan menggantikannya dengan Islam Liberal.
Saya dapat balasan dari Jakarta Post yang mengatakan bahwa isi dari surat saya “akan dibahas secara internal saja”, atau dalam kata lain, mereka tidak mau menerbitkannya. Sayang sekali. Setiap hari, Readers Forum dipadati dengan surat, email dan bahkan sms dari pembaca yang membahas berbagai isu. Forum untuk tukar pikiran ini sangat bagus dan jauh lebih baik dari forum “surat pembaca” di dalam koran lokal yang lain. Sayangnya, tidak semua surat berhasil masuk. Silahkan baca.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
########
Letter for publication in Readers Forum
Muslim clerics, Facebook, and the Post’s hidden agenda
Over the past few days, I have been saddened at the continuous distortion of the news in the Jakarta Post. It started on the front page last Thursday with an item from the Associated Press (AP) which stated that 700 clerics were considering an edict [fatwa] to ban Facebook, as it might be used for illicit sex or flirting (Post, 21 May).
On Saturday, the Post said that “many were shocked” to learn that “1,700 Muslim clerics of Nahdlatul Ulama (NU)” had actually banned Facebook (Post, 23 May) and then this issue made the front page yet again on Sunday (Post, 24 May). On Monday, the issue finally left the front page, moving all the way back to page two (Post, 25 May).
So what’s the problem? The problem is essentially that this is not “news” but rather carefully constructed sensationalism that I believe was created to serve an unstated agenda. The Indonesian newspapers Kompas and Republika, that also carried this story from the AP, revealed that the gathering in Kediri, East Java, actually consisted of 700 “students” from Islamic boarding schools for girls. They had gathered as part of a regular activity to discuss Islamic issues.
Kompas lists the names of only “three” Islamic clerics in attendance (and says a few others were present, without giving their names). It also says that these 3 real-life Muslim clerics (not 700, and not 1,700) created the list of questions for everyone to discuss in the forum. So, the real news (if you can call it news) was that 3 Muslim clerics created several questions for some boarding school students to discuss (as a regular academic exercise), and one question was about the possible inappropriate use of sites such as Facebook. That’s all.
However, when the AP and the Jakarta Post had finished distorting this non-event, the impression given is that either 700 or 1,700 “clerics” (not school students) wanted Facebook banned immediately. However, the “real news” carried by Indonesian newspapers, and also shown on Indonesian television, was merely a gathering of school students who were discussing topical issues in the privacy of their boarding school forum.
Is that what the Associated Press and the Jakarta Post consider a major news event deserving front-page coverage? How does such an insignificant forum of students end up becoming so heavily distorted and placed at the front of the Jakarta Post several days in a row? What is the real agenda here?
From observing the direction of Jakarta Post articles over several years, I have noticed a strong desire to sideline mainstream Islamic thought and promote irregular Islamic teachings that are not representative of the Indonesian Muslim population, or the overwhelming majority of ordinary clerics here. Rather than serving as a gateway for foreigners to learn about Muslim culture in Indonesia, the Jakarta Post prefers to decide unilaterally what Islam “should be like”, and then promote that idea of alternative Islam (specifically “liberal Islam”) at every opportunity. Thus, anything which doesn’t fit in with that agenda needs to be twisted, distorted, sensationalized, smeared and then scorned as if somehow mainstream Islamic thought (that is followed by almost 1 billion people) is some sort of naughty child that needs a good spanking from the Post in order to be corrected.
It is unfortunate and saddening that the Post continues to do this. I would be prouder of the Post if the editors maintained a neutral and more balanced approach to Islamic issues, and used the Post’s considerable influence to educate and enlighten others, and open doors so that non-Muslims could learn more about Islam as it is currently practiced by ordinary Muslims. If the Post continues to pursue an unstated agenda to demean mainstream Islamic teachings then the Post will continue to disappoint ordinary mainstream Muslims who expect a higher standard journalism.
Gene Netto
Jakarta, Indonesia
25 May, 2009
28 May, 2009
Dugaan Korupsi Busway ke KPK
By Republika Newsroom
Rabu, 27 Mei 2009 pukul 18:53:00
JAKARTA – Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melaporkan dugaan korupsi dalam pengelolaan Busway koridor 4,5, 6, dan 7 ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
ICW menemukan indikasi penyimpangan pada proses pengadaan empat koridor Busway tersebut. “Indikasi kerugian negaranya mencapai Rp 61 miliar,” kata peneliti hukum ICW, Febri Diansyah, di gedung KPK, Jakarta, Rabu (27/5).
Dugaan penyimpangan pertama, rinci Febri, terjadi para proses penunjukan langsung konsorsium pengelola Busway koridor 4 sampai 7 kepada PT Jakarta Mega Trans (JMT) dan PT Jakarta Trans Metropolitan (JTM). ICW yakin, penunjukan langsung kedua konsorsium tersebut akibat adanya Peraturan Gubernur (Sutiyoso) DKI Jakarta No 123 tahun 2006.
Pergub tersebut, kata Febri, diterbitkan untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan bus kota yang terkena dampak penataan karena bersinggungan dengan koridor 4,5,6 dan 7.
Koordinator Divisi Investigasi ICW, Agus Sunaryanto, menambahkan, penunjukan langsung konsorsium PT JMT dan PT JTM menyalahi Keppres No 80 tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
ICW juga menggarisbawahi penunjukan langsung kedua konsorsium tersebut dilaksanakan terlebih dahulu sebelum tarif resmi pemerintah diberlakukan. “Ada kecenderungan proses penunjukan langsung ke depannya akan tetap dilakukan,” tegas Agus.
Selain mekanisme penunjukan langsung, tambah Agus, penentuan tarif konsorsium yang ditentukan tanpa melalui proses tender juga menyalahi aturan. Pada tahun 2008, kata Agus, PT JMT dan PT JTM pernah mengancam akan menghentikan operasional seluruh armada karena tidak sepakat dengan penyesuaian taruf hasil tender.
Terbukti, Badan Layanan Umum (BLU) belakangan melakukan sistem tender tarif yang ternyata hasilnya lebih murah dibanding tarif negosiasi. “Kalau tarif tender bukan negosiasi seperti sekarang, mungkin tarif Busway untuk masyarakat hanya Rp 2.000,” tambah Agus.
Adapun, anggota pengurus YLKI, Sudaryatmo, meminta operasionalisasi Busway harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. YLKI, kata Sudaryatmo, tetap mengapresiasi pengoperasian Busway sebagai upaya pemerintah membenahi pelayanan transportasi masyarakat. “Dengan adanya subsidi dari pemerintah harusnya tarif Busway bisa lebih murah dari sekarang,” kata Sudaryatmo. - dri/ahi
Sumber: Republika.co.id
Rabu, 27 Mei 2009 pukul 18:53:00
JAKARTA – Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melaporkan dugaan korupsi dalam pengelolaan Busway koridor 4,5, 6, dan 7 ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
ICW menemukan indikasi penyimpangan pada proses pengadaan empat koridor Busway tersebut. “Indikasi kerugian negaranya mencapai Rp 61 miliar,” kata peneliti hukum ICW, Febri Diansyah, di gedung KPK, Jakarta, Rabu (27/5).
Dugaan penyimpangan pertama, rinci Febri, terjadi para proses penunjukan langsung konsorsium pengelola Busway koridor 4 sampai 7 kepada PT Jakarta Mega Trans (JMT) dan PT Jakarta Trans Metropolitan (JTM). ICW yakin, penunjukan langsung kedua konsorsium tersebut akibat adanya Peraturan Gubernur (Sutiyoso) DKI Jakarta No 123 tahun 2006.
Pergub tersebut, kata Febri, diterbitkan untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan bus kota yang terkena dampak penataan karena bersinggungan dengan koridor 4,5,6 dan 7.
Koordinator Divisi Investigasi ICW, Agus Sunaryanto, menambahkan, penunjukan langsung konsorsium PT JMT dan PT JTM menyalahi Keppres No 80 tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
ICW juga menggarisbawahi penunjukan langsung kedua konsorsium tersebut dilaksanakan terlebih dahulu sebelum tarif resmi pemerintah diberlakukan. “Ada kecenderungan proses penunjukan langsung ke depannya akan tetap dilakukan,” tegas Agus.
Selain mekanisme penunjukan langsung, tambah Agus, penentuan tarif konsorsium yang ditentukan tanpa melalui proses tender juga menyalahi aturan. Pada tahun 2008, kata Agus, PT JMT dan PT JTM pernah mengancam akan menghentikan operasional seluruh armada karena tidak sepakat dengan penyesuaian taruf hasil tender.
Terbukti, Badan Layanan Umum (BLU) belakangan melakukan sistem tender tarif yang ternyata hasilnya lebih murah dibanding tarif negosiasi. “Kalau tarif tender bukan negosiasi seperti sekarang, mungkin tarif Busway untuk masyarakat hanya Rp 2.000,” tambah Agus.
Adapun, anggota pengurus YLKI, Sudaryatmo, meminta operasionalisasi Busway harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. YLKI, kata Sudaryatmo, tetap mengapresiasi pengoperasian Busway sebagai upaya pemerintah membenahi pelayanan transportasi masyarakat. “Dengan adanya subsidi dari pemerintah harusnya tarif Busway bisa lebih murah dari sekarang,” kata Sudaryatmo. - dri/ahi
Sumber: Republika.co.id
Dukung Hamas, 2 Pemimpin Badan Amal AS Divonis Penjara 65 Tahun
Kamis, 28/05/2009 10:43 WIB
Rita Uli Hutapea - detikNews
Texas - Dua pemimpin yayasan amal di AS dihukum 65 tahun penjara karena mendukung militan Hamas Palestina. Yayasan yang mereka pimpin, Holy Land Foundation yang berbasis di Texas, pernah menjadi badan amal muslim terbesar di AS.
Dewan juri menyatakan kedua pemimpin badan amal tersebut bersalah atas 108 dakwaan menyediakan dukungan materi ke para teroris, pencucian uang dan penggelapan pajak.
"Hukuman ini hendaknya menjadi peringatan keras bagi siapa saja yang dengan sadar menyediakan bantuan finansial kepada para teroris dengan dalih bantuan kemanusiaan," kata David Kris, wakil jaksa agung AS untuk keamanan nasional seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (28/5/2009).
Kedua orang yang divonis 65 tahun penjara itu adalah kepala eksekutif Shukri Abu Baker, yang saudara laki-lakinya, Jamal Issa merupakan kepala operasi Hamas di Yaman.
Ketua dan wakil pendiri Ghassan Elashi juga menerima vonis hukuman 65 tahun penjara. Dia merupakan kerabat pemimpin politik Hamas Mousa Abu Marzook. Elashi mengklaim dirinya tidak bersalah atas semua dakwaan. Menurutnya, kasus ini merupakan "persidangan politik yang tidak adil."
Selain kedua orang itu, dua pemimpin Holy Land lainnya juga dijatuhi hukuman penjara 15 tahun dan seorang lagi divonis 20 tahun penjara. Mereka semua didakwa telah menyalurkan dana lebih dari US$ 12 juta untuk Hamas. Ini merupakan kasus pendanaan teroris terbesar sepanjang sejarah AS.
Holy Land merupakan satu dari beberapa organisasi muslim semasa pemerintahan Presiden George W Bush yang ditutup menyusul serangan teroris 11 September 2001. Organisasi-organisasi itu dituduh menggalang dana untuk para ekstremis di luar negeri. (ita/iy)
Sumber: Detiknews.com
Rita Uli Hutapea - detikNews
Texas - Dua pemimpin yayasan amal di AS dihukum 65 tahun penjara karena mendukung militan Hamas Palestina. Yayasan yang mereka pimpin, Holy Land Foundation yang berbasis di Texas, pernah menjadi badan amal muslim terbesar di AS.
Dewan juri menyatakan kedua pemimpin badan amal tersebut bersalah atas 108 dakwaan menyediakan dukungan materi ke para teroris, pencucian uang dan penggelapan pajak.
"Hukuman ini hendaknya menjadi peringatan keras bagi siapa saja yang dengan sadar menyediakan bantuan finansial kepada para teroris dengan dalih bantuan kemanusiaan," kata David Kris, wakil jaksa agung AS untuk keamanan nasional seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (28/5/2009).
Kedua orang yang divonis 65 tahun penjara itu adalah kepala eksekutif Shukri Abu Baker, yang saudara laki-lakinya, Jamal Issa merupakan kepala operasi Hamas di Yaman.
Ketua dan wakil pendiri Ghassan Elashi juga menerima vonis hukuman 65 tahun penjara. Dia merupakan kerabat pemimpin politik Hamas Mousa Abu Marzook. Elashi mengklaim dirinya tidak bersalah atas semua dakwaan. Menurutnya, kasus ini merupakan "persidangan politik yang tidak adil."
Selain kedua orang itu, dua pemimpin Holy Land lainnya juga dijatuhi hukuman penjara 15 tahun dan seorang lagi divonis 20 tahun penjara. Mereka semua didakwa telah menyalurkan dana lebih dari US$ 12 juta untuk Hamas. Ini merupakan kasus pendanaan teroris terbesar sepanjang sejarah AS.
Holy Land merupakan satu dari beberapa organisasi muslim semasa pemerintahan Presiden George W Bush yang ditutup menyusul serangan teroris 11 September 2001. Organisasi-organisasi itu dituduh menggalang dana untuk para ekstremis di luar negeri. (ita/iy)
Sumber: Detiknews.com
27 May, 2009
Rumah baru di gaza dibuat dari batu bangunan lumpur
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Sejak perang Israel di Gaza pada bulan Januari 2009, perbatasan sering ditutup, dan banyak keperluan dilarang masuk ke Gaza oleh pemerintah dan tentara Israel. Di antara barang2 yang tidak boleh masuk ke Gaza adalah batu bangunan, kayu baru, semen dan lain-lain. Semuanya dibutuhkan untuk membangun rumah baru. Di dalam perang, ribuan rumah orang sipil dihancurkan oleh tentara Israel, dan oleh karena itu, penduduk di Gaza mencari cara baru untuk membangun rumah. Solusinya: bangun rumah dari batu bangunan yang dibuat dari lumpur.
Lumpur didapatkan dari terowongan bawah tanah yang dibuat suapya ada akses untuk barang yang mau dibawa masuk ke Gaza (karena perbatasan selalu tutup). Tanah dan lumpur dari terowongan dicampur dengan pasir dan rumput kering, lalu dibuat batu bangunan yang dikeringkan saja dan digunakan untuk membuat tembok.
Di BBC ada gambar-gambar dari orang yang sudah berhasil membangun rumah dengan batu bangunan lumpur itu. Sungguh luar biasa. Alhamdulillah. Kasihan mereka harus bertahan begitu terus, tanpa bantuan dari dunia. Sejak perang selesai, sepertinya ummat Islam jadi lupa pada mereka.
In pictures: Gaza's new mud homes
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Sejak perang Israel di Gaza pada bulan Januari 2009, perbatasan sering ditutup, dan banyak keperluan dilarang masuk ke Gaza oleh pemerintah dan tentara Israel. Di antara barang2 yang tidak boleh masuk ke Gaza adalah batu bangunan, kayu baru, semen dan lain-lain. Semuanya dibutuhkan untuk membangun rumah baru. Di dalam perang, ribuan rumah orang sipil dihancurkan oleh tentara Israel, dan oleh karena itu, penduduk di Gaza mencari cara baru untuk membangun rumah. Solusinya: bangun rumah dari batu bangunan yang dibuat dari lumpur.
Lumpur didapatkan dari terowongan bawah tanah yang dibuat suapya ada akses untuk barang yang mau dibawa masuk ke Gaza (karena perbatasan selalu tutup). Tanah dan lumpur dari terowongan dicampur dengan pasir dan rumput kering, lalu dibuat batu bangunan yang dikeringkan saja dan digunakan untuk membuat tembok.
Di BBC ada gambar-gambar dari orang yang sudah berhasil membangun rumah dengan batu bangunan lumpur itu. Sungguh luar biasa. Alhamdulillah. Kasihan mereka harus bertahan begitu terus, tanpa bantuan dari dunia. Sejak perang selesai, sepertinya ummat Islam jadi lupa pada mereka.
In pictures: Gaza's new mud homes
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
PKS sudah tidak lagi peduli pada Keadilan dan rakyat?
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Dalam satu bulan terakhir ini, saya tidak mendengar 1 komentar baik tentang PKS. Satu pesantren, satu jemaah pengajian, sopir taksi, karyawan biasa, tukang, teman dekat, teman jauh… semuanya mengatakan hal yang negatif tentang PKS. Sejak Rakernas di Bali setahun yang lalu, ketika PKS memutuskan untuk menjadi partai “terbuka” dan tidak lagi mau dikenal sebagai partai Islam dan partai dakwah, orang Muslim dan kelompok Muslim mulai tinggalkan PKS satu per satu. Dalam pemilu legislatif 2009, kelihatan sekali bahwa suara PKS tidak naik sesuai dengan perkiraan mereka (ini di luar masalah kecurangan politik dan DPT yang tidak sah).
Saya bertanya terus kepada orang lain tentang persepsi mereka terhadap partai politik sekarang, khusunya partai Islam, lebih khusus lagi tentang PKS. Saya bertanya karena ingin mengetahui sikap masyarakat secara umum. Semua orang yang ditanyakan memberi pandangan yang negatif, dan tidak mau mendukung PKS lagi. Banyak yang mengatakan PKS kelihatan sudah terjun ke politik pragmatis, di mana yang terpenting hanya keinginan elit partai. Elit partai maunya apa, kader dan simpatisan harus nurut tanpa protes, tanpa hak untuk tidak setuju. Hasilnya, semua orang yang bicara kepada saya mengatakan sudah tidak peduli pada PKS dan tidak mau mendukungnya lagi.
Lalu ada berita terbaru: PKS menolak hak angket soal DPT yang bermasalah. Kenapa? Kesannya, elit PKS begitu sungguh2 mengejar kekuasaan yang mereka harapkan dari tangan SBY dan PD, mereka menjadi tidak peduli pada hak masyarakat untuk menjadi pemilih (sekalipun PKS sendiri sangat dirugikan kemarin dengan jutaan simpatisannya tidak terdaftar). 50 juta orang yang menjadi korban ketidakadilan (karena tidak terdaftar di DPT) dibuang begitu saja oleh elit PKS yang tidak peduli pada nasibnya. Tetapi pada saat partai KEADILAN punya kesempatan untuk berprotes atas ketidakadilan yang telah terjadi (DPT yang salah), dan berjuang untuk melakukan investigasi atas nama rakyat untuk mengetahui KENAPA ketidakadilan itu bisa terjadi (dengan sengaja, atau tidak sengaja?), elit PKS di DPR malah menunjukkan sikap “tidak peduli pada keadilan”, tidak peduli pada 50 juta orang yang menjadi korban, dan sangat peduli pada status quo dan kekuasaan yang diharapkan dari tangan SBY.
Sungguh menyedihkan. Kalau para elit PKS merasa ada alasan yang sah kenapa mereka menolak investigasi, dan mereka inginkan agar kader dan simpatisan percaya saja kepada mereka, mohon maaf, buat apa kita mau percaya? Mereka tidak transparen dengan apa yang mereka lakukan. Mereka ingin sekali didukung oleh orang yang setia, tetapi kelihatan sekali bahwa mereka tidak mau menjelaskan semua tindakan mereka. (Setiap kali terjadi perkara baru, elit partai mengeluarkan pernyataan yang bertentangan, jadi kita tidak bisa tahu niat mereka yang mana yang benar).
Kemarin saya mengatakan kepada teman, yang bermasalah bukan kader PKS dan bukan pula simpatisan. Mereka dari dulu mengharapkan ada sebuah partai Islam yang baik, bersih, profesional dan peduli pada rakyat dan ummat Islam secara khusus. Dulu, harapan mereka semua adalah PKS telah mewujudkan partai tersebut. Sekarang banyak orang biasa sudah merasa kecewa. Kalau memikirkan partai dan pendukungnya sebagai piramida, yang bermasalah bukan 95% yang merupakan fondasi yang kuat, tetapi yang telah menjadi bermasalah adalah 5% yang merupakan puncak (elit partai yang selalu terkesan haus kekuasaan selama 1-2 bulan terakhir ini).
Kemarin saya mengatakan kepada suatu jemaah, kalau ada yang mendirikan partai baru bernama “PKS-Perjuangan”, sebagai partai Islam dan partai dakwah saja, dan membuang elit partai dari PKS yang dianggap bermasalah secara luas, mungkin partai baru itu akan mendapatkan dukungan yang sangat besar dan dalam waktu cepat. Masalahnya adalah bagaimana memastikan bahwa para elit partai baru itu akan tetap pada pendirian untuk menjadi partai Islam dan partai dakwah, dan akan selalu berada pada sisi masyarakat dan ummat Islam, dan bukan semata-mata mengejar kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri? Itulah yang menjadi dilema terbesar.
Sebagai seorang Muslim, saya merasa kecewa sekali bahwa ummat Islam selalu gagal mendirikan partai Islam yang baik dan berkualitas. Dulu, banyak orang menganggap bahwa PKS-lah yang telah menjadi partai tersebut, yang bisa mewujudkan aspirasi ummat Islam secara baik. Ternyata tidak. Saya sangat kecewa bahwa elit PKS bisa salah bertindak terus, sehingga dalam waktu hanya beberapa bulan saja, semua kenalan saya berubah dari membicarakan “kebaikan PKS” dan malah membiacarakan semua “keburukan PKS” (khususnya elit partai yang haus kekuasaan dan siap berubah setiap hari asal mendapatkan apa yang diinginkan).
Saya merasa sangat kecewa bahwa partai ini dalam waktu hanya 1-2 bulan bisa menjadi begitu buruk di mata orang Islam biasa sehingga saya bisa mengeluarkan komentar “perlunya partai baru yang membuang elit partai yang lama”. Seharusnya elit partai PKS berhasil menjaga amanah terhadap simpatisan dan ummat Islam untuk menjaga citra baik PKS sehingga saya tidak sanggup membuat komentar “bikin partai baru”. Justru karena saya merasa sanggup berkomentar begitu, dan semua yang mendengarnya langsung setuju, merupakan tanda kegagalan yang besar dari para elit partai.
Saya tidak tahu langkah yang tepat sekarang itu apa. Saya ingin usulkan agar PKS mundur dari koalisi dengan SBY dan menghabiskan 5 tahun ke depan untuk kembali ke asalnya sebagai partai Islam dan partai dakwah saja. Dan tentu saja hal ini harus dilakukan dengan menyingkirkan dan memberi sangsi kepada elit partai yang telah merusak nama baik PKS dalam waktu yang sangat singkat. Tetapi seandainya saran itu diterima dan dilaksankan, saya tidak yakin PKS bisa kembali ke posisi semula. Soalnya, dari semua percakapan saya dengan orang Muslim lain selama satu bulan ini, tidak ada satu orangpun yang memberikan komentar baik tentang PKS. (Mungkin hanya ada kader yang fanatis yang masih mau mendukung, seperti halnya orang lain fanatis mendukung Mega atau Gus Dur.)
Saya tidak tahu apa yang akan terjadi sekarang. Tetapi saya bisa yakin pada suatu hal: 100% dari orang yang bicara kepada saya (yang bukan kader), sudah tidak peduli lagi pada PKS dan tidak mau mendukungnya lagi. Walaupun begitu, elit partai PKS masih bekerja saja dengan santai, seakan-akan tidak ada masalah…
Apakah mungkin Partai Keadilan Sejahtera bisa kembali peduli pada “keadilan” dan bisa kembali peduli pada ummat Islam dan aspirasinya? Saya tidak yakin. Kekuasaan adalah suatu zat yang sangat adiktif.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Soal Angket, PKS 'Manut' SBY
INILAH.COM, Jakarta - Posisi PKB sebagai parpol paling 'manut' pada SBY kini digeser PKS. Dalam soal hak angket Daftar Pemilih Tetap di DPR, partai dakwah itu bersikap diam, sementara PKB - yang selama ini dikenal paling setia pada SBY - kini ikut menyetujuinya. Benarkah PKB 'mbalelo' terhadap koalisi Blok Cikeas?
"Dengan menolak usulan hak angket terhadap pelanggaran hak konstitusional warga negara untuk memilih, PKS telah menunjukkan konsistensi sebagai mitra koalisi Demokrat mendukung SBY-Boediono menggantikan PKB," ujar pengamat politik dari UI Arbi Sanit kepada INILAH.COM di Jakarta, Rabu (27/5).
Paripurna Hak Angket DPT Alot
Pantauan detikcom, dari 10 fraksi yang ada, FPG, FPDIP, FPPP secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap hak angket ini. Sementara PD, PKS dan PDS menolak keras. FKB mengusulkan hak interpelasi sementara FPAN abstain. FPBR dan dan FBPD masih belum menyampaikan pendapatnya.
"Hak angket ini harus dimaknah sebagai bentuk penyelamatan demokrasi di Indonesia. Hak angket ini nantinya menjadi prasasti penting agar pemerintah dan KPU benar-benar menyadari yang mereka lakukan terhadap hak warga negara yang seharusnya dilindungi. Untuk itu PDIP menyetujui usul hak angket pelangaran hak konstitusional warga negara disahkan," kata juru bicara PDIP Hasto Kristianto.
DPR Sepakat Usung Hak Angket Pemilu
Adapun yang tidak setuju pengajuan hak angket adalah Fraksi Partai Demokrat 43 orang, PKB satu orang, PKS 22 orang, PDS dua orang, dan abstain satu suara. Sebelum dilakukan voting, sidang sempat diskors untuk dilakukan lobi-lobi.
Koalisi Demokrat Terancam Gembos
Jakarta - Disahkannya hak angket daftar pemilih tetap (DPT) di DPR menimbulkan kekhawatiran koalisi Partai Demokrat akan digembosi.
Tiga partai peserta koalisi yang dipimpin Partai Demokrat yakni PPP, PKB dan PAN di luar dugaan justru balik mendukung hak angket yang dimotori Golkar dan PDIP. Hanya PKS yang tetap setia bersama PD menolaknya.
Dalam satu bulan terakhir ini, saya tidak mendengar 1 komentar baik tentang PKS. Satu pesantren, satu jemaah pengajian, sopir taksi, karyawan biasa, tukang, teman dekat, teman jauh… semuanya mengatakan hal yang negatif tentang PKS. Sejak Rakernas di Bali setahun yang lalu, ketika PKS memutuskan untuk menjadi partai “terbuka” dan tidak lagi mau dikenal sebagai partai Islam dan partai dakwah, orang Muslim dan kelompok Muslim mulai tinggalkan PKS satu per satu. Dalam pemilu legislatif 2009, kelihatan sekali bahwa suara PKS tidak naik sesuai dengan perkiraan mereka (ini di luar masalah kecurangan politik dan DPT yang tidak sah).
Saya bertanya terus kepada orang lain tentang persepsi mereka terhadap partai politik sekarang, khusunya partai Islam, lebih khusus lagi tentang PKS. Saya bertanya karena ingin mengetahui sikap masyarakat secara umum. Semua orang yang ditanyakan memberi pandangan yang negatif, dan tidak mau mendukung PKS lagi. Banyak yang mengatakan PKS kelihatan sudah terjun ke politik pragmatis, di mana yang terpenting hanya keinginan elit partai. Elit partai maunya apa, kader dan simpatisan harus nurut tanpa protes, tanpa hak untuk tidak setuju. Hasilnya, semua orang yang bicara kepada saya mengatakan sudah tidak peduli pada PKS dan tidak mau mendukungnya lagi.
Lalu ada berita terbaru: PKS menolak hak angket soal DPT yang bermasalah. Kenapa? Kesannya, elit PKS begitu sungguh2 mengejar kekuasaan yang mereka harapkan dari tangan SBY dan PD, mereka menjadi tidak peduli pada hak masyarakat untuk menjadi pemilih (sekalipun PKS sendiri sangat dirugikan kemarin dengan jutaan simpatisannya tidak terdaftar). 50 juta orang yang menjadi korban ketidakadilan (karena tidak terdaftar di DPT) dibuang begitu saja oleh elit PKS yang tidak peduli pada nasibnya. Tetapi pada saat partai KEADILAN punya kesempatan untuk berprotes atas ketidakadilan yang telah terjadi (DPT yang salah), dan berjuang untuk melakukan investigasi atas nama rakyat untuk mengetahui KENAPA ketidakadilan itu bisa terjadi (dengan sengaja, atau tidak sengaja?), elit PKS di DPR malah menunjukkan sikap “tidak peduli pada keadilan”, tidak peduli pada 50 juta orang yang menjadi korban, dan sangat peduli pada status quo dan kekuasaan yang diharapkan dari tangan SBY.
Sungguh menyedihkan. Kalau para elit PKS merasa ada alasan yang sah kenapa mereka menolak investigasi, dan mereka inginkan agar kader dan simpatisan percaya saja kepada mereka, mohon maaf, buat apa kita mau percaya? Mereka tidak transparen dengan apa yang mereka lakukan. Mereka ingin sekali didukung oleh orang yang setia, tetapi kelihatan sekali bahwa mereka tidak mau menjelaskan semua tindakan mereka. (Setiap kali terjadi perkara baru, elit partai mengeluarkan pernyataan yang bertentangan, jadi kita tidak bisa tahu niat mereka yang mana yang benar).
Kemarin saya mengatakan kepada teman, yang bermasalah bukan kader PKS dan bukan pula simpatisan. Mereka dari dulu mengharapkan ada sebuah partai Islam yang baik, bersih, profesional dan peduli pada rakyat dan ummat Islam secara khusus. Dulu, harapan mereka semua adalah PKS telah mewujudkan partai tersebut. Sekarang banyak orang biasa sudah merasa kecewa. Kalau memikirkan partai dan pendukungnya sebagai piramida, yang bermasalah bukan 95% yang merupakan fondasi yang kuat, tetapi yang telah menjadi bermasalah adalah 5% yang merupakan puncak (elit partai yang selalu terkesan haus kekuasaan selama 1-2 bulan terakhir ini).
Kemarin saya mengatakan kepada suatu jemaah, kalau ada yang mendirikan partai baru bernama “PKS-Perjuangan”, sebagai partai Islam dan partai dakwah saja, dan membuang elit partai dari PKS yang dianggap bermasalah secara luas, mungkin partai baru itu akan mendapatkan dukungan yang sangat besar dan dalam waktu cepat. Masalahnya adalah bagaimana memastikan bahwa para elit partai baru itu akan tetap pada pendirian untuk menjadi partai Islam dan partai dakwah, dan akan selalu berada pada sisi masyarakat dan ummat Islam, dan bukan semata-mata mengejar kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri? Itulah yang menjadi dilema terbesar.
Sebagai seorang Muslim, saya merasa kecewa sekali bahwa ummat Islam selalu gagal mendirikan partai Islam yang baik dan berkualitas. Dulu, banyak orang menganggap bahwa PKS-lah yang telah menjadi partai tersebut, yang bisa mewujudkan aspirasi ummat Islam secara baik. Ternyata tidak. Saya sangat kecewa bahwa elit PKS bisa salah bertindak terus, sehingga dalam waktu hanya beberapa bulan saja, semua kenalan saya berubah dari membicarakan “kebaikan PKS” dan malah membiacarakan semua “keburukan PKS” (khususnya elit partai yang haus kekuasaan dan siap berubah setiap hari asal mendapatkan apa yang diinginkan).
Saya merasa sangat kecewa bahwa partai ini dalam waktu hanya 1-2 bulan bisa menjadi begitu buruk di mata orang Islam biasa sehingga saya bisa mengeluarkan komentar “perlunya partai baru yang membuang elit partai yang lama”. Seharusnya elit partai PKS berhasil menjaga amanah terhadap simpatisan dan ummat Islam untuk menjaga citra baik PKS sehingga saya tidak sanggup membuat komentar “bikin partai baru”. Justru karena saya merasa sanggup berkomentar begitu, dan semua yang mendengarnya langsung setuju, merupakan tanda kegagalan yang besar dari para elit partai.
Saya tidak tahu langkah yang tepat sekarang itu apa. Saya ingin usulkan agar PKS mundur dari koalisi dengan SBY dan menghabiskan 5 tahun ke depan untuk kembali ke asalnya sebagai partai Islam dan partai dakwah saja. Dan tentu saja hal ini harus dilakukan dengan menyingkirkan dan memberi sangsi kepada elit partai yang telah merusak nama baik PKS dalam waktu yang sangat singkat. Tetapi seandainya saran itu diterima dan dilaksankan, saya tidak yakin PKS bisa kembali ke posisi semula. Soalnya, dari semua percakapan saya dengan orang Muslim lain selama satu bulan ini, tidak ada satu orangpun yang memberikan komentar baik tentang PKS. (Mungkin hanya ada kader yang fanatis yang masih mau mendukung, seperti halnya orang lain fanatis mendukung Mega atau Gus Dur.)
Saya tidak tahu apa yang akan terjadi sekarang. Tetapi saya bisa yakin pada suatu hal: 100% dari orang yang bicara kepada saya (yang bukan kader), sudah tidak peduli lagi pada PKS dan tidak mau mendukungnya lagi. Walaupun begitu, elit partai PKS masih bekerja saja dengan santai, seakan-akan tidak ada masalah…
Apakah mungkin Partai Keadilan Sejahtera bisa kembali peduli pada “keadilan” dan bisa kembali peduli pada ummat Islam dan aspirasinya? Saya tidak yakin. Kekuasaan adalah suatu zat yang sangat adiktif.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Soal Angket, PKS 'Manut' SBY
INILAH.COM, Jakarta - Posisi PKB sebagai parpol paling 'manut' pada SBY kini digeser PKS. Dalam soal hak angket Daftar Pemilih Tetap di DPR, partai dakwah itu bersikap diam, sementara PKB - yang selama ini dikenal paling setia pada SBY - kini ikut menyetujuinya. Benarkah PKB 'mbalelo' terhadap koalisi Blok Cikeas?
"Dengan menolak usulan hak angket terhadap pelanggaran hak konstitusional warga negara untuk memilih, PKS telah menunjukkan konsistensi sebagai mitra koalisi Demokrat mendukung SBY-Boediono menggantikan PKB," ujar pengamat politik dari UI Arbi Sanit kepada INILAH.COM di Jakarta, Rabu (27/5).
Paripurna Hak Angket DPT Alot
Pantauan detikcom, dari 10 fraksi yang ada, FPG, FPDIP, FPPP secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap hak angket ini. Sementara PD, PKS dan PDS menolak keras. FKB mengusulkan hak interpelasi sementara FPAN abstain. FPBR dan dan FBPD masih belum menyampaikan pendapatnya.
"Hak angket ini harus dimaknah sebagai bentuk penyelamatan demokrasi di Indonesia. Hak angket ini nantinya menjadi prasasti penting agar pemerintah dan KPU benar-benar menyadari yang mereka lakukan terhadap hak warga negara yang seharusnya dilindungi. Untuk itu PDIP menyetujui usul hak angket pelangaran hak konstitusional warga negara disahkan," kata juru bicara PDIP Hasto Kristianto.
DPR Sepakat Usung Hak Angket Pemilu
Adapun yang tidak setuju pengajuan hak angket adalah Fraksi Partai Demokrat 43 orang, PKB satu orang, PKS 22 orang, PDS dua orang, dan abstain satu suara. Sebelum dilakukan voting, sidang sempat diskors untuk dilakukan lobi-lobi.
Koalisi Demokrat Terancam Gembos
Jakarta - Disahkannya hak angket daftar pemilih tetap (DPT) di DPR menimbulkan kekhawatiran koalisi Partai Demokrat akan digembosi.
Tiga partai peserta koalisi yang dipimpin Partai Demokrat yakni PPP, PKB dan PAN di luar dugaan justru balik mendukung hak angket yang dimotori Golkar dan PDIP. Hanya PKS yang tetap setia bersama PD menolaknya.
26 May, 2009
Ceramah di Bekasi hari Minggu 31 Mei 2009
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Saya diundang ceramah di Bekasi pada hari minggu ini. Tempat di dalam kompleks dan untuk pengajian/ceramah Duha ini biasannya hanya penghuni kompleks yang datang. Tapi kata pengurus, kalau ummat Islam dari luar yang mau bergabung, silahkan. Jadi, kalau ada yang tinggal di daerah Bekasi dan mau hadir, silahkan datang. Kata pengurus, lokasi ini sudah cukup terkenal bagi semua orang di Bekasi.
Insya Allah temanya: Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Masjid Baiturrahman
Jam 8.30-10.30 hari Minggu 31 Mei, 2009
Kompleks Perumahan Sakura Regency/Bumi Asih Indah,
Jatiasih - Bekasi
(Jika lewat tol, ada tol gate 'Jatiasih'.)
Saya diundang ceramah di Bekasi pada hari minggu ini. Tempat di dalam kompleks dan untuk pengajian/ceramah Duha ini biasannya hanya penghuni kompleks yang datang. Tapi kata pengurus, kalau ummat Islam dari luar yang mau bergabung, silahkan. Jadi, kalau ada yang tinggal di daerah Bekasi dan mau hadir, silahkan datang. Kata pengurus, lokasi ini sudah cukup terkenal bagi semua orang di Bekasi.
Insya Allah temanya: Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Masjid Baiturrahman
Jam 8.30-10.30 hari Minggu 31 Mei, 2009
Kompleks Perumahan Sakura Regency/Bumi Asih Indah,
Jatiasih - Bekasi
(Jika lewat tol, ada tol gate 'Jatiasih'.)
25 May, 2009
Parpol Besar Diduga Manipulasi Laporan Dana Kampanye
Senin, 25/05/2009 20:53 WIB
Shohib Masykur - detikPemilu
Jakarta - Beberapa parpol besar ditengarai memanipulasi laporan dana kampanye. Hal ini terlihat dari adanya selisih antara dana yang dilaporkan ke KPU dengan belanja aktual parpol di media massa.
"Dari data yang dikumpulkan dan dilaporkan masyarakat ke ICW, ditemukan indikasi manipulasi laporan dana kampanye," kata peneliti ICW Ibrahim Fahmi Badoh dalam jumpa pers di Warung Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Senin (25/5/2009).
Berdasarkan data yang dikumpulkan ICW, terjadi selisih cukup besar antara laporan dana kampanye parpol dengan belanja riil. 6 Parpol besar terindikasi tidak menyerahkan laporan yang sebenarnya, yakni Partai Golkar, PKS, PDIP, PPP, PAN, dan Hanura.
Belanja aktual Golkar adalah Rp 277,2 miliar, sedangkan laporannya hanya 142,9 miliar (selisih Rp 134,3 miliar). Adapun belanja aktual PDIP adalah Rp 102,8 miliar, namun di laporan hanya ditulis Rp 7,2 miliar (selisih 95,6 miliar).
Belanja aktual PAN mencapai Rp 71 miliar, sedangkan laporannya hanya 17,8 miliar (selisih Rp 53,2 miliar). Adapun belanja PKS mencapai Rp 74,6 miliar, tetapi laporannya hanya Rp 36,2 miliar (selisih Rp 38,3 miliar).
Belanja aktual PPP sebesar Rp 40,3 miliar, namun di laporan hanya ditampilkan Rp Rp 3,6 miliar (selisih Rp 36,6 miliar). Adapun Hanura membelanjakan Rp 44,7 miliar, namun di laporan hanya dicantumkan Rp 19,1 miliar (selisih 25,5 miliar).
"Selisih ini makin memperkuat perlunya laporan audit dana kampanye dibuka ke publik," imbuh Fahmi.
Sedangkan Partai Demokrat dan Gerindra dianggap tidak memanipulasi laporan, karena dana iklan masih berada di bawah jumlah laporan. Belanja aktual Partai Demokrat Rp 214,4 miliar dilaporkan Rp 234,6 miliar. Partai Gerindra belanja aktualnya Rp 151,2 miliar, dilaporkan Rp 308,7 miliar. ( sho / rdf )
Sumber: Pemilu.detiknews.com
Shohib Masykur - detikPemilu
Jakarta - Beberapa parpol besar ditengarai memanipulasi laporan dana kampanye. Hal ini terlihat dari adanya selisih antara dana yang dilaporkan ke KPU dengan belanja aktual parpol di media massa.
"Dari data yang dikumpulkan dan dilaporkan masyarakat ke ICW, ditemukan indikasi manipulasi laporan dana kampanye," kata peneliti ICW Ibrahim Fahmi Badoh dalam jumpa pers di Warung Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Senin (25/5/2009).
Berdasarkan data yang dikumpulkan ICW, terjadi selisih cukup besar antara laporan dana kampanye parpol dengan belanja riil. 6 Parpol besar terindikasi tidak menyerahkan laporan yang sebenarnya, yakni Partai Golkar, PKS, PDIP, PPP, PAN, dan Hanura.
Belanja aktual Golkar adalah Rp 277,2 miliar, sedangkan laporannya hanya 142,9 miliar (selisih Rp 134,3 miliar). Adapun belanja aktual PDIP adalah Rp 102,8 miliar, namun di laporan hanya ditulis Rp 7,2 miliar (selisih 95,6 miliar).
Belanja aktual PAN mencapai Rp 71 miliar, sedangkan laporannya hanya 17,8 miliar (selisih Rp 53,2 miliar). Adapun belanja PKS mencapai Rp 74,6 miliar, tetapi laporannya hanya Rp 36,2 miliar (selisih Rp 38,3 miliar).
Belanja aktual PPP sebesar Rp 40,3 miliar, namun di laporan hanya ditampilkan Rp Rp 3,6 miliar (selisih Rp 36,6 miliar). Adapun Hanura membelanjakan Rp 44,7 miliar, namun di laporan hanya dicantumkan Rp 19,1 miliar (selisih 25,5 miliar).
"Selisih ini makin memperkuat perlunya laporan audit dana kampanye dibuka ke publik," imbuh Fahmi.
Sedangkan Partai Demokrat dan Gerindra dianggap tidak memanipulasi laporan, karena dana iklan masih berada di bawah jumlah laporan. Belanja aktual Partai Demokrat Rp 214,4 miliar dilaporkan Rp 234,6 miliar. Partai Gerindra belanja aktualnya Rp 151,2 miliar, dilaporkan Rp 308,7 miliar. ( sho / rdf )
Sumber: Pemilu.detiknews.com
Info Kost bagi Perempuan di Tebet Barat
Kost khusus perempuan
Kamar berAC: 800rb per bulan ( ada 2 kamar)
Kamar tanpa AC: 600rb per bulan (ada 2 kamar)
Alamat:
Jl. Tebet Barat Dalam IA, No. 23
Tebet Barat Dalam
(Di belakang McDonalds Tebet).
Untuk info lebih lanjut, hubungi :
Pak Lukman di 021 829 5155
Kamar berAC: 800rb per bulan ( ada 2 kamar)
Kamar tanpa AC: 600rb per bulan (ada 2 kamar)
Alamat:
Jl. Tebet Barat Dalam IA, No. 23
Tebet Barat Dalam
(Di belakang McDonalds Tebet).
Untuk info lebih lanjut, hubungi :
Pak Lukman di 021 829 5155
24 May, 2009
Britain’s Got Talent : Amazing Dancer
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Kalau suka acara Britain’s Got Talent, coba lihat ini. Anak ini berumur 11 tahun. Lihat koordinasi tubuhnya. Dan dia belajar ini sendiri, tanpa ada yang mengajarkannya.
Aiden Davis - Britain's Got Talent - Show 6
Tunggu saja sampai selesai, dan dengarkan komentar dari Simon Cowell. Sungguh luar biasa anak kecil bisa menunjukkan bakat seperti ini. Mungkin bisa jadi pemenang nanti.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Kalau suka acara Britain’s Got Talent, coba lihat ini. Anak ini berumur 11 tahun. Lihat koordinasi tubuhnya. Dan dia belajar ini sendiri, tanpa ada yang mengajarkannya.
Aiden Davis - Britain's Got Talent - Show 6
Tunggu saja sampai selesai, dan dengarkan komentar dari Simon Cowell. Sungguh luar biasa anak kecil bisa menunjukkan bakat seperti ini. Mungkin bisa jadi pemenang nanti.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
22 May, 2009
Buku saya belum selesai
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Masalah seperti ini (Bab 1 dari buku saya menjadi copyright orang lain?) tidak perlu dipersoalkan. Sudah terjadi dengan majalah beberapa kali (3-4 kali). Saya diwawancarai oleh wartawan majalah, dan setelah artikel itu terbit, ternyata hampir semuanya (dan juga pernah semuanya) adalah Bab1 dari buku saya. Ini baru pertama kali masuk buku.
Saya tidak mau buang waktu dengan protes terhadap perkara kecil seperti ini. Masih banyak tugas saya yang lebih utama. Awalnya saya pasang bab 1 di blog, sekitar 1,5 tahun yang lalu, adalah untuk melihat kalau ada yang tertarik pada isinya (karena saya belum punya nama sebagai penulis). Alasan kedua, karena saya malas ceritakan kembali bagaimana saya menjadi Muslim kepada semua orang baru, yang selalu menanyakan hal yang sama kepada saya. Sekarang, setiap email yg masuk dengan pertanyaan itu, saya kasih link ke Bab 1 di blog aja. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.
Ada yang bertanya kenapa saya tidak kerja full time untuk menulis buku dari dulu, biar cepat selesai. Kalau bisa begitu, dan tidak harus kerja di perusahaan lain untuk mendapat visa kerja dan gaji, mungkin enak. Tetapi untuk orang asing yang mau tinggal di sini, harus ada sponsor yang berikan visa kerja. Jadi orang bule tidak bisa sebebas itu.
Dan dari tahun kemarin ada banyak halangan juga. Komputer saya rusak. Listrik di rumah jadi bermasalah. Saya sakit 3 minggu di bulan Desember. Orang lain minta bantuan editing buku/teks mereka dengan cepat. Saya keluar kota, bantu orang lain dengan masalahnya, dan juga balas ratusan sampai ribuan email dari orang yang minta tolong setiap minggu. Jadi tidak segampang “kerja lebih cepat saja!”
Dan karena masih belum terbit, saya merasakan hikmahnya juga, karena dalam proses mempelajari teks yang sudah saya anggap “final”, saya malah dapat ide baru atau melihat suatu kekurangan di dalam teksnya yang bisa diperbaiki sekarang. Mungkin perlu ditambah 3-4 paragraf baru supaya makna dari teks sesudahnya lebih jelas. Ada juga bagian di mana saya dapat ide untuk menambahkan suatu contoh yang belum ada sebelumnya, yang terasa lebih tepat dan tajam untuk mendukung argumentasi saya. Jadi, insya Allah ada juga hikmah di balik buku yang sudah sering ditunda ini.
Dan karena saya bicarakan 2 agama terbesar di dunia, dengan jumlah pengikut sekitar 2,5 milyar orang, saya tidak mau terbitkan buku yang mengandung banyak kesalahan karena kalau terbit seperti itu, pasti dihujani dengan kritikan dan komplain dari orang lain (dan saya akan terpaksa mengaku bahwa mereka benar). Berarti untuk menghindari kejadian seperti itu, saya harus memilih kata-kata yang mau digunakan dengan sangat hati-hati karena takut salah. Percuma kalau baru terbit dan harus ditarik dari peredaran karena mengandung suatu kesalahan besar di dalam teksnya. Jadi semua perlu dicek secara teliti, biar nanti tinggal cetak ulang saja tanpa harus direvisi terus.
(Pernah terjadi, waktu saya periksa teks yang sudah selesai, saya ketemu suatu kesalahan yang tidak terlihat sebelumnya oleh saya, penerjemah, dan bahkan editor: di tengah suatu penjelasan yang cukup rumit, ada satu frase yang mengatakan “… dan Yesus jelas-jelas merupakan Tuhan…” – kata TIDAK menjadi hilang dalam proses editing, secara tidak sengaja. Mestinya: “… dan Yesus jelas-jelas TIDAK merupakan Tuhan…” Itu suatu kesalahan kecil, tetapi bisa membuat kami malu sekali kalau sudah terbit seperti itu.
Oleh karena itu, saya juga sangat aktif menjaga proses terjemahan (bersama dengan Penerjemah dan Editor saya), karena sering terjadi perubahan makna dari bahasa Inggris. Untuk penulis yang lain, ini pasti tidak menjadi masalah karena kebanyakan orang tidak bisa menjaga teks dalam 2 bahasa sekaligus. Kebanyakan orang hanya menulis dan serahkan ke penerbit, tanpa bisa kontrol terjemahan. Tetapi karena saya berharap buku ini bermanfaat untuk banyak orang, saya tidak mau ada teks dalam bahasa Indonesia yang membingungkan karena kesalahan penerjemahan, atau karena si penerjemah salah paham arti dari teks aslinya.
Semua itu membuat prosesnya panjang. Apalagi saya tidak bebas untuk mengerjakan teksnya setiap hari kalau ada banyak perkara lain yang juga perlu ditangani.
Dari buku pertama ini, sekitar 8 bab (dari 11) sudah 100% final. Dan saya masih mengedit 3 bab terakhir, dengan juga menambahkan sedikit teks baru. Hanya sedikit lagi yg dibutuhkan. Tetapi setiap kali ada halangan untuk beberapa hari sampai beberapa minggu, saya jadi lupa semua yang dikerjakan sebelumnya, dan harus dipelajari lagi supaya tidak salah. Sekarang saja, saya sudah tidak buka file buku untuk sekitar 2 minggu karena sibuk dengan yang lain. Baru mau mulai lagi hari ini karena sudah tidak ada tugas lagi. (Tapi masih ada puluhan email yang belum dibalas. Dan sebagian dari email itu harus dibalas cepat karena sangat penting bagi yang bersangkutan yang punya masalah.)
Insya Allah bisa cepat selesai buku pertama ini, dan setelah dapat income dari buku pertama, saya bisa lebih bebas untuk berfokus pada buku2 berikut yang sudah direncanakan juga. Mohon doa dari semuanya ya. Terima kasih atas semua dukungannya selama ini.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Masalah seperti ini (Bab 1 dari buku saya menjadi copyright orang lain?) tidak perlu dipersoalkan. Sudah terjadi dengan majalah beberapa kali (3-4 kali). Saya diwawancarai oleh wartawan majalah, dan setelah artikel itu terbit, ternyata hampir semuanya (dan juga pernah semuanya) adalah Bab1 dari buku saya. Ini baru pertama kali masuk buku.
Saya tidak mau buang waktu dengan protes terhadap perkara kecil seperti ini. Masih banyak tugas saya yang lebih utama. Awalnya saya pasang bab 1 di blog, sekitar 1,5 tahun yang lalu, adalah untuk melihat kalau ada yang tertarik pada isinya (karena saya belum punya nama sebagai penulis). Alasan kedua, karena saya malas ceritakan kembali bagaimana saya menjadi Muslim kepada semua orang baru, yang selalu menanyakan hal yang sama kepada saya. Sekarang, setiap email yg masuk dengan pertanyaan itu, saya kasih link ke Bab 1 di blog aja. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.
Ada yang bertanya kenapa saya tidak kerja full time untuk menulis buku dari dulu, biar cepat selesai. Kalau bisa begitu, dan tidak harus kerja di perusahaan lain untuk mendapat visa kerja dan gaji, mungkin enak. Tetapi untuk orang asing yang mau tinggal di sini, harus ada sponsor yang berikan visa kerja. Jadi orang bule tidak bisa sebebas itu.
Dan dari tahun kemarin ada banyak halangan juga. Komputer saya rusak. Listrik di rumah jadi bermasalah. Saya sakit 3 minggu di bulan Desember. Orang lain minta bantuan editing buku/teks mereka dengan cepat. Saya keluar kota, bantu orang lain dengan masalahnya, dan juga balas ratusan sampai ribuan email dari orang yang minta tolong setiap minggu. Jadi tidak segampang “kerja lebih cepat saja!”
Dan karena masih belum terbit, saya merasakan hikmahnya juga, karena dalam proses mempelajari teks yang sudah saya anggap “final”, saya malah dapat ide baru atau melihat suatu kekurangan di dalam teksnya yang bisa diperbaiki sekarang. Mungkin perlu ditambah 3-4 paragraf baru supaya makna dari teks sesudahnya lebih jelas. Ada juga bagian di mana saya dapat ide untuk menambahkan suatu contoh yang belum ada sebelumnya, yang terasa lebih tepat dan tajam untuk mendukung argumentasi saya. Jadi, insya Allah ada juga hikmah di balik buku yang sudah sering ditunda ini.
Dan karena saya bicarakan 2 agama terbesar di dunia, dengan jumlah pengikut sekitar 2,5 milyar orang, saya tidak mau terbitkan buku yang mengandung banyak kesalahan karena kalau terbit seperti itu, pasti dihujani dengan kritikan dan komplain dari orang lain (dan saya akan terpaksa mengaku bahwa mereka benar). Berarti untuk menghindari kejadian seperti itu, saya harus memilih kata-kata yang mau digunakan dengan sangat hati-hati karena takut salah. Percuma kalau baru terbit dan harus ditarik dari peredaran karena mengandung suatu kesalahan besar di dalam teksnya. Jadi semua perlu dicek secara teliti, biar nanti tinggal cetak ulang saja tanpa harus direvisi terus.
(Pernah terjadi, waktu saya periksa teks yang sudah selesai, saya ketemu suatu kesalahan yang tidak terlihat sebelumnya oleh saya, penerjemah, dan bahkan editor: di tengah suatu penjelasan yang cukup rumit, ada satu frase yang mengatakan “… dan Yesus jelas-jelas merupakan Tuhan…” – kata TIDAK menjadi hilang dalam proses editing, secara tidak sengaja. Mestinya: “… dan Yesus jelas-jelas TIDAK merupakan Tuhan…” Itu suatu kesalahan kecil, tetapi bisa membuat kami malu sekali kalau sudah terbit seperti itu.
Oleh karena itu, saya juga sangat aktif menjaga proses terjemahan (bersama dengan Penerjemah dan Editor saya), karena sering terjadi perubahan makna dari bahasa Inggris. Untuk penulis yang lain, ini pasti tidak menjadi masalah karena kebanyakan orang tidak bisa menjaga teks dalam 2 bahasa sekaligus. Kebanyakan orang hanya menulis dan serahkan ke penerbit, tanpa bisa kontrol terjemahan. Tetapi karena saya berharap buku ini bermanfaat untuk banyak orang, saya tidak mau ada teks dalam bahasa Indonesia yang membingungkan karena kesalahan penerjemahan, atau karena si penerjemah salah paham arti dari teks aslinya.
Semua itu membuat prosesnya panjang. Apalagi saya tidak bebas untuk mengerjakan teksnya setiap hari kalau ada banyak perkara lain yang juga perlu ditangani.
Dari buku pertama ini, sekitar 8 bab (dari 11) sudah 100% final. Dan saya masih mengedit 3 bab terakhir, dengan juga menambahkan sedikit teks baru. Hanya sedikit lagi yg dibutuhkan. Tetapi setiap kali ada halangan untuk beberapa hari sampai beberapa minggu, saya jadi lupa semua yang dikerjakan sebelumnya, dan harus dipelajari lagi supaya tidak salah. Sekarang saja, saya sudah tidak buka file buku untuk sekitar 2 minggu karena sibuk dengan yang lain. Baru mau mulai lagi hari ini karena sudah tidak ada tugas lagi. (Tapi masih ada puluhan email yang belum dibalas. Dan sebagian dari email itu harus dibalas cepat karena sangat penting bagi yang bersangkutan yang punya masalah.)
Insya Allah bisa cepat selesai buku pertama ini, dan setelah dapat income dari buku pertama, saya bisa lebih bebas untuk berfokus pada buku2 berikut yang sudah direncanakan juga. Mohon doa dari semuanya ya. Terima kasih atas semua dukungannya selama ini.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
21 May, 2009
Deklarasi Mega-Prabowo di 'Gunung Sampah' Bantar Gebang
Dikabarkan bahwa deklarasi Mega-Prabowo akan dilakukan di tengah gunung sampah di Bantar Gebang, Bekasi. Tentu saja banyak orang yang kaget. Berikut ini adalah wawancara antara mantan Presiden Ibu Megawati Soekarnoputri dengan wartawan kami Joko Bodoh dari beritarekayasa.com
Joko: Ibu Mega, tolong menjelaskan kenapa anda mau melakukan deklarasi di gunung sampah, padahal tokoh lain seperti SBY melakukannya di tempat yang lebih mewah.
Mega: Terima kasih. Kami ingin deklarasi di tempat sampah karena kami ingin dekat kepada rakyat kecil. Dan seperti kita semua tahu, rakyat kecil di Indonesia identik dengan tempat sampah.
Joko: Jadi, menurut Ibu Mega, rakyat kecil itu tinggal di tempat sampah?
Mega: Iya, lihat gubuk-gubuk kecil mereka di mana-mana seperti di Tebet, di Kemang, di Pejaten, yang harga rumahnya tidak sampai satu milyar rupiah. Sedih sekali hati kami kalau melihat rakyat kecil itu yang hanya punya gubuk senilai ratusan juta rupiah dan lingkungannya mirip tempat sampah. Kalau rumah saya dan rumah Pak Prabowo senilai puluhan milyar rupiah. Itu baru rumah yang benar. Yang tidak sampai segitu, ya, kami anggap sampah.
Joko: Kenapa deklarasi harus dilakukan di tempat sampah? Kenapa tidak di aula seperti orang normal.
Mega: Terus terang, kami ingin meningkatkan citra sampah Indonesia yang selama ini diabaikan oleh pemerintah. Mereka bikin program seperti “Visit Indonesia Year 2009” yang hanya mengajak turis asing ke Bali dan tempat wisata lain. Tempat sampah bagaimana? Masa tidak mau ekspose tempat sampah kita yang sangat berkualitas pada dunia juga?
Joko: Jadi apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan citra tempat sampah Indonesia di mata dunia, menurut Ibu Mega?
Mega: Iya, bisa seperti kita – deklarasi di tempat sampah. Tetapi jangan berhenti di situ. Nanti kalau saya jadi Presiden lagi, rapat Kabinet juga bisa diadakan di tempat sampah. Dan pertemuan dengan duta besar dari negara sahabat bisa di tempat sampah. Buat apa selalu bikin konperensi internasional di Bali? Tempat sampah diabaikan terus. Jangan dong. Bikin konperensi internasional di tempat sampah juga!
Joko: Jadi Ibu ingin lebih banyak turis asing datang ke Indonesia untuk menikmati tempat sampah kita?
Mega: Iya, tentu saja. Tempat sampah kita tidak kalah dengan tempat sampah di negara lain. Tempat sampah kita harus diakui kualitasnya. Perlu dibuat program baru supaya orang asing bisa datang ke Indoneisa dan menikmati tempat sampah kita. Misalnya, “Visit Garbage Dumps of Indonesia Year 2010” (Kunjungilah Tempat2 Sampah Indonesia Tahun 2010). Dengan demikian, turis asing tidak hanya datang ke Bali dan bisa menikmati tempat sampah kita juga.
Joko: Apa yang bisa dinikmati oleh turis asing di tempat sampah Indonesia seperti Bantar Gebang?
Mega: Ada banyak yang menarik. Nanti kalau saya jadi presiden, saya akan bangun hotel2 baru di semua tempat sampah Indonesia. Dari situ, turis bisa berpetualang di tempat sampah. Ada tour khusus seperti “Masuk tempat sampah dan kembali ke hotel tanpa kena inefksi atau penyakit”. Ada tour “Tempat sampah peninggalan zaman dahulu” yang mengajak turis melihat semua sampah yang dibuang oleh nenek moyang kita sekitar 10-12 tahun yang lalu. Ada juga tour untuk yang mencari benda2 peninggalan yang masih layak dijual. Dan juga ada tour untuk menjejaki gunung sampah dan juga bisa bikin ekspedisi khusus ke puncak. Nanti di puncak gunung sampah, turis bisa tanam bendera negaranya dan foto2 bersama guide. Asyik ‘kan?
Joko: Ada yang lain yang istimewa di tempat sampah Indonesia, yang ingin Ibu angkat untuk menjadi fokus mata dunia?
Mega: Banyak sekali. Misalnya, ada banyak makanan khas, seperti tikus goreng mentega, sate tikus dengan saus yang tidak jelas, bakso tikus, tikus rebus air ciliwung, kerupuk kecoa, dan salad yang dibuat dari kulit pisang, kulit jeruk, dan kulit kelapa. Masih ada banyak lagi.
Joko: Kedengarannya enak sekali. Turis asing sudah pasti tidak mau lagi ke Bali setelah mereka tahu tentang istimewanya tempat sampah Indonesia yang selama ini diabaikan dan tidak pernah dijual ke dunia oleh pemerintah kita. Justru kunjungan Ibu Mega ke tempat sampah untuk deklarasi akan menjadikan tempat sampah Indonesia dapat sorotan tajam dari manca negara.
Mega: Iya, memang begitu tujuan kami. Kami inginkan dunia menyadari bahwa mayoritas dari rakyat indonesia memang tinggal di tempat sampah. Tetapi kami senang kalau dunia mengetahuinya dan bisa melihat sendiri bahwa tempat sampah kami berkualitas tinggi dan layak untuk dikunjungi.
Joko: Baiklah. Sebagai pertanyaan terakhir, apa nanti Ibu Mega datang ke tempat sampah naik kedaraan umum seperti bajaj atau bemo biar merasa lebih dekat kepada rakyat kecil?
Mega: Naik Range Rover.
Joko: Oh, jadi tidak pakai kendaraan “rakyat kecil”?
Mega: Enak aja lhu!
Joko: Baiklah. Terima kasih Ibu Mega. Semoga semua rencana anda menghasilkan banyak sampah baru bagi Indonesia.
Mega: Terima kasih. Semoga begitu.
Sumber: Beritarekayasa.com
(Tentu saja semua berita ini 100% fiktif dan rekayasa. Heheh).
Joko: Ibu Mega, tolong menjelaskan kenapa anda mau melakukan deklarasi di gunung sampah, padahal tokoh lain seperti SBY melakukannya di tempat yang lebih mewah.
Mega: Terima kasih. Kami ingin deklarasi di tempat sampah karena kami ingin dekat kepada rakyat kecil. Dan seperti kita semua tahu, rakyat kecil di Indonesia identik dengan tempat sampah.
Joko: Jadi, menurut Ibu Mega, rakyat kecil itu tinggal di tempat sampah?
Mega: Iya, lihat gubuk-gubuk kecil mereka di mana-mana seperti di Tebet, di Kemang, di Pejaten, yang harga rumahnya tidak sampai satu milyar rupiah. Sedih sekali hati kami kalau melihat rakyat kecil itu yang hanya punya gubuk senilai ratusan juta rupiah dan lingkungannya mirip tempat sampah. Kalau rumah saya dan rumah Pak Prabowo senilai puluhan milyar rupiah. Itu baru rumah yang benar. Yang tidak sampai segitu, ya, kami anggap sampah.
Joko: Kenapa deklarasi harus dilakukan di tempat sampah? Kenapa tidak di aula seperti orang normal.
Mega: Terus terang, kami ingin meningkatkan citra sampah Indonesia yang selama ini diabaikan oleh pemerintah. Mereka bikin program seperti “Visit Indonesia Year 2009” yang hanya mengajak turis asing ke Bali dan tempat wisata lain. Tempat sampah bagaimana? Masa tidak mau ekspose tempat sampah kita yang sangat berkualitas pada dunia juga?
Joko: Jadi apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan citra tempat sampah Indonesia di mata dunia, menurut Ibu Mega?
Mega: Iya, bisa seperti kita – deklarasi di tempat sampah. Tetapi jangan berhenti di situ. Nanti kalau saya jadi Presiden lagi, rapat Kabinet juga bisa diadakan di tempat sampah. Dan pertemuan dengan duta besar dari negara sahabat bisa di tempat sampah. Buat apa selalu bikin konperensi internasional di Bali? Tempat sampah diabaikan terus. Jangan dong. Bikin konperensi internasional di tempat sampah juga!
Joko: Jadi Ibu ingin lebih banyak turis asing datang ke Indonesia untuk menikmati tempat sampah kita?
Mega: Iya, tentu saja. Tempat sampah kita tidak kalah dengan tempat sampah di negara lain. Tempat sampah kita harus diakui kualitasnya. Perlu dibuat program baru supaya orang asing bisa datang ke Indoneisa dan menikmati tempat sampah kita. Misalnya, “Visit Garbage Dumps of Indonesia Year 2010” (Kunjungilah Tempat2 Sampah Indonesia Tahun 2010). Dengan demikian, turis asing tidak hanya datang ke Bali dan bisa menikmati tempat sampah kita juga.
Joko: Apa yang bisa dinikmati oleh turis asing di tempat sampah Indonesia seperti Bantar Gebang?
Mega: Ada banyak yang menarik. Nanti kalau saya jadi presiden, saya akan bangun hotel2 baru di semua tempat sampah Indonesia. Dari situ, turis bisa berpetualang di tempat sampah. Ada tour khusus seperti “Masuk tempat sampah dan kembali ke hotel tanpa kena inefksi atau penyakit”. Ada tour “Tempat sampah peninggalan zaman dahulu” yang mengajak turis melihat semua sampah yang dibuang oleh nenek moyang kita sekitar 10-12 tahun yang lalu. Ada juga tour untuk yang mencari benda2 peninggalan yang masih layak dijual. Dan juga ada tour untuk menjejaki gunung sampah dan juga bisa bikin ekspedisi khusus ke puncak. Nanti di puncak gunung sampah, turis bisa tanam bendera negaranya dan foto2 bersama guide. Asyik ‘kan?
Joko: Ada yang lain yang istimewa di tempat sampah Indonesia, yang ingin Ibu angkat untuk menjadi fokus mata dunia?
Mega: Banyak sekali. Misalnya, ada banyak makanan khas, seperti tikus goreng mentega, sate tikus dengan saus yang tidak jelas, bakso tikus, tikus rebus air ciliwung, kerupuk kecoa, dan salad yang dibuat dari kulit pisang, kulit jeruk, dan kulit kelapa. Masih ada banyak lagi.
Joko: Kedengarannya enak sekali. Turis asing sudah pasti tidak mau lagi ke Bali setelah mereka tahu tentang istimewanya tempat sampah Indonesia yang selama ini diabaikan dan tidak pernah dijual ke dunia oleh pemerintah kita. Justru kunjungan Ibu Mega ke tempat sampah untuk deklarasi akan menjadikan tempat sampah Indonesia dapat sorotan tajam dari manca negara.
Mega: Iya, memang begitu tujuan kami. Kami inginkan dunia menyadari bahwa mayoritas dari rakyat indonesia memang tinggal di tempat sampah. Tetapi kami senang kalau dunia mengetahuinya dan bisa melihat sendiri bahwa tempat sampah kami berkualitas tinggi dan layak untuk dikunjungi.
Joko: Baiklah. Sebagai pertanyaan terakhir, apa nanti Ibu Mega datang ke tempat sampah naik kedaraan umum seperti bajaj atau bemo biar merasa lebih dekat kepada rakyat kecil?
Mega: Naik Range Rover.
Joko: Oh, jadi tidak pakai kendaraan “rakyat kecil”?
Mega: Enak aja lhu!
Joko: Baiklah. Terima kasih Ibu Mega. Semoga semua rencana anda menghasilkan banyak sampah baru bagi Indonesia.
Mega: Terima kasih. Semoga begitu.
Sumber: Beritarekayasa.com
(Tentu saja semua berita ini 100% fiktif dan rekayasa. Heheh).
Subscribe to:
Posts (Atom)