Di milis pendidikan, ada seorang bapak yang mengatakan bahwa anaknya yang berumur 5 tahun suka bertanya “kenapa” terus. Bapak menjadi capek membalas pertanyaan itu, dan juga suka menghentikan anaknya saat dia berimaginasi karena bapak takut anaknya akan menjadi pembohong. Di bawah ini adalah jawaban yang saya berikan untuk menjawab kedua masalah itu. Mungkin yang lain juga ingin membaca. Semoga bermanfaat. – Gene
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Bapak tidak perlu kuatir kalau anak sering bertanya. Kalau mau kuatir, malah yang sebaliknya yang tidak baik: anak kalam terus dan tidak pernah bertanya. (Berarti mungkin ada gejala autis atau gangguan yang lain.). Kalau anak bertanya banyak, itu sangat normal dan perlu didukung biar anak menjadi kreatif. Kalau bapak balik tanya, anak tentu saja tidak sanggup menjawab terus jadi dia “membela diri” dengan mengatakan bapak cerewet.
Terjemahannya “bapak cerewet” = “Ayah, aku tidak bisa jawab karena tidak punya ilmu, dan kalau ditanyakan terus tapi tidak bisa menjawab, aku merasa malu dan tertekan. Jadi tolong diam ya.”
Kalau anak bertanya terus, silahkan menjawab sebanyak bisa. Tetapi agar tidak berfokus pada jawaban dari bapak terus, justru bisa dikembalikan kepada si anak dengan bertanya kepada dia. Tetapi kalau dia kelihatan tidak bisa jawab, bapak harus mau membantunya (sesuai umurnya).
Anak senang berkreasi dan berimaginasi (dunia dia adalah dunia mainan dan imaginasi). Yang kita anggap “normal” tidak penting bagi dia. Jadi kalau dia mau simpan robot dinosaurus yang setinggi rumah di dalam tas sekolahnya, silahkan saja. Yang dia bicarakan tidak selalu perlu dikoreksi. Tetapi justru dengan menjadi rajin bertanya kepada dia, dia malah terdorong untuk menggunakan otaknya untuk berfikir sendiri daripada sekedar mendengarkan jawaban yang “benar” dari bapak.
Berbohong adalah masalah yang terpisah dan semua anak akan berbohong, tetapi bisa diajarkan untuk tidak berbohong terus, dan untuk bicara dengan jujur, terutama pada saat penting. Anak belajar secara bertahap dan salah satu tahap yang harus dilewati adalah tahap berbohong untuk melihat apakah bisa dan boleh (dia mengetes batas2 yang wajar di dalam rumah/kelas).
Bapak tidak perlu mengatakan anak suka berkhayal yang terlalu jauh, karena arti “terlalu jauh” itu sangat relatif. Ini beberapa contoh dari hasilnya orang yang berkhayal “terlalu jauh”:
Pesawat, mobil, komputer, satelit, suntikan, antibiotik, operasi jantung, operasi transplan organ tubuh, kabel fiber optik, mesin cetak, handphone, Al Qur'an digital di HP, kompas, universitas dan sekolah untuk umum, perpustakaan, demokrasi, lampu, listrik, dan seterusnya.
Semuanya dihasilkan oleh orang yang “suka berkhayal yang terlalu jauh” dan sebelum diciptakan atau ditemukan, orang lain akan mengatakan “tidak mungkin”. Kalau seorang dokter dari zaman sekarang bisa kembali ke masa yang lalu sekitar 400 tahun, dia sangat mungkin akan dibunuh karena dianggap tukang sihir, tetapi di zaman ini kita anggap semua yang dia lakukan itu sebagai tindakan dokter rutin. Yang tahu batas daya imaginasi manusia hanya Allah, dan daya itu yang Allah berikan kepada kita bisa digunakan untuk hal yang baik dan yang buruk. Yang perlu dibatasi hanya bila anak mengarah ke hal yang tidak baik, yang membawa dia jauh dari nilai Islam atau akan menyebabkan gangguan serius atau kerusakan.
Tetapi selama dia sebatas bermain dengan ide, lebih baik bapak mendukung dan membuka pikirannya seluas mungkin. Siapa tahu dalam waktu 40 tahun lagi, anak bapak akan mendapatkan penghargaan internasional atas apa yang dia ciptakan.
Ini contoh diskusi ya Pak, antara bapak dengan anak:
Anak: Kenapa mobil tidak bisa terbang?
Bapak: Karena tidak ada sayapnya.
A: Kenapa tidak ada sayapnya?
B: Karena hanya burung dan pesawat punya sayap.
(Di sini, anak akan bertanya “kenapa” terus, tetapi bapak bisa balik tanya pada anak supaya dia berfikir sendiri).
A:Kenapa pesawat ada sayapnya?
B: Karena dibuat begitu. Ehh, bapak mau tanya, kamu lebih suka pesawat atau mobil?
A: Mobil.
B: Oh iya? Kenapa?
A: Mmm, karena mobil cepat.
B: Tapi peswat lebih cepat dari mobil.
A: Nggak. Kata abang, mobil Ferrari paling cepat.
B: Oke, Ferrari memang cepat. Kalau kamu punya Ferarri, akan ditaruh di mana?
A: Di garasi.
B: Sudah ada Kijang!
A: Mmm… di depan rumah!
B: Nanti ada yang bisa mengambilnya. Bisa di mana lagi?
A: Dibikin garasi baru aja!
B: Di mana garasi barunya?
A: Di atap rumah. Kosong di situ.
B: Nanti naik ke atap rumah gimana? Tidak ada jalan.
A: Terbang aja.
B: Ohh, jadi Ferarrinya bisa terbang ke atas? Berarti punya sayap ya, kaya pesawat?
A: Ya!
B: Wah, keren mobil Ferarri begitu. Tapi ayah mau taruh helikopter ayah di atap rumah. Muat nggak?
A: Muat!
B: Kalau nggak muat gimana?
A: Yaaa, helicopter taruh di garasi saja!
B: Tapi sudah ada kijang! Kijangnya taruh ke mana?
A: Yaaa sudah! Kijangnya dijual saja!!!
Hahaha.
Dengan bertanya kembali seperti itu, dan kalau sudah biasa, jangan heran kalau anak mulai bicara panjang lebar sendiri (bercerita sendiri), dan semua yang dia jelaskan adalah rekayasa dia. Bapak cukup ikut bicara sewaktu-waktu untuk menambahkan ide baru atau mengarahkan ke ide yang lebih baik.
Dengan latihan yang rutin seperti itu, anak jadi senang berfikir, senang memikirkan solusi untuk masalah, senang berdiskusi, senang berbeda pendapat, senang berfikir secara kreatif (out of the box), dan insya Allah hasilnya bukan anak yang rajin berbohong, tetapi malah anak yang sangat pintar dan senang belajar.
Anak teman saya, yang sudah diajak berbicara seperti itu setiap minggu selama 4-5 tahun, sekarang sudah masuk kelas 2 di SD, menjadi murid ranking 3 di kelas (walaupun sebenarnya ranking tidak penting), dan diakui semua orang yang kenalnya sebagai anak yang sangat pintar. Adiknya juga kelihatan sama sekarang. Dalam perjalanan di mobil, bapak dan ibu di depan, saya di belakang sama anak (menjadi babysitter) dan kami bisa membahas dinosaurus, robot, roket, mobil, truk, bulldozer, keluarga, sekolah, berhitung, bahasa inggris, liburan, dan seterusnya, selama kita berada di situ.
Topik diskusi diambil dari apa yang dilihat dari mobil, ditambah lagi semua rekayasa anak.
Mislanya, diawali dari melihat truk kontainer, menjadi ada dinosaurus di dalam truknya, menjadi dinosaurus itu robot, menjadi dinosaurus itu akan terbang keluar dengan roketnya dan akan mendarat di sekolah untuk main bola sebelum kembali ke rumahnya di luar angkasa. Dan seterusnya.
Tidak ada batas terhadap imaginasi anak-anak, dan tidak perlu dibatasi oleh orang dewasa kecuali mereka mulai bicarakan yang tidak baik atau tidak sopan. Dan kalau dikoreksi karena tidak sopan, tidak perlu menjadi masalah besar. Cukup koreksi sebentar dan kembali ke dinosurus (atau topik yang dibicarakan sebelumnya).
“Kalau robot dinosaurus dibawa ke sekolah boleh nggak? Nanti Bu Guru takut dong. Ohh, dinosaurusnya baik ya? Tidak suka gigit? Siapa namanya…?” Dan seterusnya.
Sudah bisa paham pak?
Insya Allah bermanfaat,
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(557)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(179)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terimakasih sekali sudah mau post balasan emailnya disini. Pengetahuan yang bermanfaat untuk orang tua dan calon orang tua.
ReplyDelete>>> Anak teman saya, yang sudah diajak berbicara seperti itu setiap minggu selama 4-5 tahun, sekarang sudah masuk kelas 2 di SD, menjadi murid ranking 3 di kelas (walaupun sebenarnya ranking tidak penting), dan diakui semua orang yang kenalnya sebagai anak yang sangat pintar. Adiknya juga kelihatan sama sekarang. Dalam perjalanan di mobil, bapak dan ibu di depan, saya di belakang sama anak (menjadi babysitter)...
1. Pernyataan yang mengandung selera humor yang lumayan :) secara keseluruhan, post ini lucu membuat tertawa namun sarat ilmu
2. Aku ga heran kalo anak-anak ini tumbuh menjadi pintar. Masalahnya dia lumayan beruntung punya waktu-waktu tertentu yang dapat dihabiskan bersama seorang super nanny/babysitter. Sebuah keluarga, orang tua dan anak-anak yang beruntung....hhhmmm bikin iri saja.
3. Gene Netto, bagaimana kalo banyak yang jadinya minta tolong untuk menjadi babysiter ??? hehehe just kidding.
Anyway, thanks.
Kalau yang punya blog menulis tentang anak dan perkembangannya, ya sudah yang lain 'mati gaya' hehe, habis sudah cukup lengkap dan komplit, jadi agendakan juga untuk menulis buku tentang pendidikan dan psikologi anak Pak Gene, kalau bisa jadi buku kan membacanya bisa lebih luas, sekedar saran.
ReplyDeleteAssalaamualaikum
ReplyDeleteBu Tara aku setuju dengan pendapat bu tara. Tapi ada yang lebih penting kayaknya yaitu selain nulis buku tentang anak, sebaiknya sekalian punya anak biar praktek ga hanya teori he..he. (kayak iklan shampoo aja ).
biarin saja anak2 hidup dalam dunia imaji, buat saya itu cukup menyenangkan, saya ga tahu teori psikologinya gimana, tapi saya termasuk anak yg dibesarkan dengan dunia imaji dan setumpuk buku dongeng, walau orangtua saya termasuk kaku' ga mau mendongengkan anak2nya sebelum tidur, saya mendongeng buat diri saya sendiri, dengan setumpuk buku dongeng karya hc anderson, adalah teman terbaik masa kecil saya,
ReplyDeletedibanding disuruh nonton TV liat film kartun yang belum tentu memberikan unsur edukasi nya yang imbang, apalagi untuk anak2 jaman sekarang...
jadi kalo anak banyak bertanya, ya biarkan saja, bukankah itu membantu dia berpikir lebih kritis dan jadi memiliki rasa ingin tahu lebih besar..dibanding anak lainnya. bukankah itu membantu kecerdasan emosionalnya ketika melihat suatu permasalahan..heheh bener ga teori 'asal'nya.
Bikin buku lagi??? selesein yg pertama aja belum 'kedengeran kabar launcingnya nih"..ehmmmmm
Aww.
ReplyDeleteDuh.............jadi kangen ma keponakan yang sekarang tinggal di Cibinong.
Klu saya datang ke rumah mereka, adik saya (mamanya keponakan saya) akan tersenyum lebar & menghela nafas lega. Kata yang akan keluar dari mulutnya sudah bisa ditebak, "Hah...........kalian sama Bu Dyn dulu y, mama mau mandi yang bersih, shalat yang khusuk & belajar browsing ilmu dari internet."
Hahahahaha......anak sekarang memang tidak akan pernah lelah membuat orang tuanya letih lahir batin dengan gerak motorik aktifnya, aktifitas hariannya, & pertanyaannya yang luar biasa beragam yang diawali dengan kata kenapa? mengapa? & diakhiri dengan kenapa yang tak terjawab karena dia letih lalu tertidur. Begitu terbangun masalah selesai? PASTI JELAS BELUM karena pertanyaan yang tersimpan karena dia keburu tidur akan kembali diulang, atau............menanyakan hal baru yang membuat orang tua harus ikut lelah belajar & berlatih untuk menjawab semua itu.
Alhamdulillah saya dikarunia 2 keponakan lelaki yang sehat lahir bathin & melelahkan. Hahahahahaha. Syukur Alhamdulillah Ya Allah atas karuniaMu pada kami.
Www.