Demi menyelamatkan lapangan kerja dalam negeri, harap makan coklat sebanyak-banyaknya!!! Coba kalau setiap warga negara janji untuk makan satu batang coklat setiap hari! Insya Allah sudah cukup untuk menyelamatkan pabrik coklat dan menjaga pekerjaan dari teman2 kita di industri ini. Jangan takut makan coklat: dia sejenis buah-buahan karena dipetik dari pohon. Jadi baik untuk kesehatan (hehehe). Ayo, makan coklat sebanyak-banyaknya. Jangan sampai teman2 kita yang menyediakan buah-buahan sehat (coklat) di-PHK.
12 Pabrik Penggiling Coklat Stop Produksi
Minggu, 12/04/2009 17:12 WIB
Suhendra - detikFinance
Jakarta - Sepanjang 2009, sudah ada 12 pabrik penggiling biji kakao (coklat) yang menghentikan produksinya dari total 14 pabrik yang ada di Indonesia, bahkan 4 diantaranya sudah gulung tikar. Penyebabnya permintaan ekspor produk coklat yang terus turun hingga titik terendah di pasar AS dan Eropa.
"Dari 14 pabrik, sebanyak 12 sudah istirahat. Ini sudah terjadi sejak Januari 2009, bahkan 4 pabrik di Makasar sudah tutup," kata Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefy Sikumbang saat dihubungi detikFinance, Minggu (12/4/2009). Pabrik penggiling biji coklat, biasa memproduksi cocoa powder dan cocoa butter. Saat ini hanya menyisakan 2 pabrik yang beroperasi yaitu di Tangerang dan Bandung, dengan kapasitas produksi 100.000 ton per tahun. Padahal jika sebanyak 14 pabrik tersebut beroperasi setidaknya mampu memproduksi bubuk maupun butter coklat hingga 290.000 ton per tahun.
Menurut Zulhefy meski permintaan produk gilingan coklat turun namun harga biji colat terus naik, misalnya pada beberapa tahun lalu harga biji coklat hanya mencapai US$ 2000 per ton, sedangkan saat ini menembus US$ 2600 per ton. "Ekspor turun, karena demand rendah, sementara harga biji kakao tidak turun. karena harganya dipermaikan di bursa futures. Ditambah negara penghasil kakao, Pantai Gading dan Ghana produksinya turun, harga dimainkan oleh spekulan," jelasnya. Kondisi harga biji kakao (coklat) yang yang naik justru tidak diikuti oleh kenaikan harga cocoa butter dan cocoa powder, sehingga tidak mampu menutupi biaya produksi para pabrik penggiling biji kakao.
"Parahnya lagi karena krisis pembelian dari buyer biasaya hanya butuh 10 hari kalau sekarang menjadi 1 bulan sampai 1,5 bulan. Akhirnya cash flow pabrik terhambat," paparnya. Untuk itu ia mengharapkan kepada pemerintah agar bisa membantu sistem pembayaran ekspor dan membantu melalui pinjaman modal perbankan dengan bunga kredit yang lebih lunak. (hen/dro)
Sumber: Detikfinance.com
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
>>>Demi menyelamatkan lapangan kerja dalam negeri, harap makan coklat sebanyak-banyaknya!!!
ReplyDeleteOkei deh... jadi sekarang kalo makan coklat yang banyak tidak usah merasa khawatir gemuk, dll. Toh selain karena memang doyan banget, ada tujuan mulianya. Yaitu untuk menyelamatkan lapangan kerja orang lain. Jadi bukannya mau ngeles :)
Tapi pada dasarnya kasian banget kalo pabrik pengiling biji coklat itu bisa sampe ada yang gulung tikar karena menurut saya sepanjang kehidupan peradaban didunia masih berlangsung, coklat itu bakalan ga ada matinya. Kesannya jadi apes banget kalo sampe pabrik biji coklat ada yang tutup.
Masalahnya jarang ditemukan ada orang yang ga suka coklat, mulai dari anak kecil sampe nenek-nenek. Insya Allah tetep doyan ama coklat sepanjang coklat itu halal dan thoyyib. Jangan coklat yang ada campuran rhum atau hal-hal 'aneh' lainnya. Pilihannya adalah coklat yang bersertifikat halal.
Nah.. jadi mau gimana lagi kalo berdasarkan post ini yah perlu selalu diingat dan diupayakan, tiada hari tanpa coklat.
ya jalankan aja politik proteksi coklat pasti coklat2 yg dari Swiss atau negera2 Barat itu gak bisa masuk ke Indonesia, tapi masalahnya kita masih aja mau jadi negara penghasil bahan baku dan pasar aja. Huh emang sistem kapitalis itu tidak adil ya? masih berharapkah kita pada hal sistem ini?
ReplyDeletebe Syariah Lovers
ardobinardi.blogspot.com
Aww.
ReplyDeleteApapun alasannya, I LUV CHOCO MUCH. Hmm.......asal berimbang ajah, tidak berlebihan dalam mengkonsumsinya.
Www
Ada yang tidak suka coklat mba Irma, saya ! Makan sebatang coklat bisa sebulan di kulkas,hehehe.Saya lebih suka keju, jadi saya bantu pabrik keju saja yaa,hehe
ReplyDeleteKalau saya suka coklat & keju juga ... busyeet doyan apa demen asal ngga kebanyakan alias berimbang aja, hehehe
ReplyDeleteWassallam
faza
Jgn hanya coklat aja yg diselamatkan, tapi perekonomian mikro juga, jadi jgn belanja Di Carrefour, Giant, Makro, dll, belanja aja di Pasar, beli kopi di warung kopi ketengan bukan di Starbuck atau CoffeBean, makan di Warteg bukan di McDonal atau KFC, Belanja yg cash2 aja di warung bukan di Merchant2 yg berlogo Mastercard atau Visa, dll. Wah banyak amat ya kalau disebutkan satu2,hemm emang Pemerintah harus bertidak untuk menolak sistem kapitalis ini.
ReplyDeletebe Syariah Lovers
ardobinardi.blogspot.com