Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

21 April, 2009

Bayi Umur Dua Tahun Kecanduan Rokok

Selasa, 14 April 2009 | 10:01 WIB
MADIUN, KOMPAS.com —Kebiasaan aneh ditunjukkan oleh Muhammad Bagus Riyandi, putra pertama pasangan Supari (27) dan Yayuk Lestari (23), warga RT 15 RW 03 Dusun Nguren, Desa Ketandan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. Bagus yang baru berusia 2 tahun itu sudah gemar merokok, dan dalam sehari bisa menghabiskan empat batang rokok.

Ny Yayuk mengatakan, kebiasaan aneh itu berawal saat Bagus baru berusia 9 bulan. Saat baru bisa merangkak itu, Bagus merengek sambil meraih rokok yang diisap bapak dan kakeknya. Jika rokok tak diberikan, maka Bagus akan menangis keras. Karena permintaannya dituruti, akhirnya setiap kali keduanya merokok dan terlihat Bagus, maka Bagus pun akan mengisap rokok mereka.

“Awalnya, dia minta sebatang rokok yang masih diisap bapaknya. Sekarang dia sudah mampu menghabiskan sehari sebanyak empat batang. Kalau dilarang, dia marah dan menangis, sampai sekarang. Makanya kami kebingungan melarangnya,” kata Yayuk. “Biasanya, dia minta rokok pada pagi dan sore.”

Sejauh ini, Bagus belum pernah mengalami sakit seperti sesak napas, batuk, atau penyakit terkait rokok. Meski demikian, Yayuk khawatir Bagus akan terkena penyakit akibat merokok. Selain itu, kebiasaan merokok Bagus juga menyedot uang belanja pasangan suami istri yang cuma buruh tani itu.

“Kami ingin periksakan ke dokter untuk mengetahui dampak dia merokok, tetapi enggak ada biaya. Kalau untuk urusan kesehatan, ya paling imunisasi di balai desa,” tutur Yayuk. (st14)

Sumber: Kompas.com

********
Assalamu'alaikum wr.wb.,

Sangat disayangkan bahwa orang tua memilih anak yang kalam daripada anak yang sehat. Setahu saya, belum pernah ada anak yang wafat atau jadi sakit karena menangis biasa. Setahu saya, seorang anak yang menangis karena tidak dapat apa yang dia inginkan akan berhenti menangis sendiri dan akan tetap sehat dan normal. Anak juga akan mendapatkan pelajaran bahwa apa yang dia inginkan memang TIDAK BOLEH. Bukannya lebih penting memberikan pelajaran itu kepada anak daripada berharap anak akan selalu diam dan kalam?
Saya kira ini hasilnya bila orang tua seindonesia tidak mendapatkan kesempatan untuk lulus sekolah. Saya tidak bisa bayangkan orang tua yang berpendidikan tinggi akan bersikap seperti ini. Sekali lagi kegagalan pemerintah untuk mendidik anak bangsa (di masa lalu) berakibat buruk bagi generasi mendatang.

Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...