Siswa sudah kena hukuman. Peran guru untuk mengancam dan
menghukum siswa sudah tercapai. Tujuan sekolah adalah untuk mengajarkan prinsip
hidup: "diam dan taat". Satu anak lagi siap menjadi robot. Pokoknya,
jangan sampai guru tersinggung. Guru harus dihormati. Sekalipun guru tidak
terhormat, masih harus dihormati. Diam dan taat pada guru karena guru berkuasa,
dan diap dihukum kl berani berbeda. (Dan nanti kl menjadi PNS, juga harus diam
dan taat pada atasan yang ajak korupsi berjemaah, sesuai binaan guru sekolah!) Ketika
setiap hari, di seluruh Indonesia, ada kasus anak diperkosa, disodomi,
diperkosa bergilir, dan dibunuh, oleh anak juga, fokus masyarakat malah membidik
kaki seorang anak yang naik meja guru. Tersinggung. Perkara besar. Ratusan ribu
orang, pejabat, menteri, maju cepat untuk berkomentar.
Tapi ketika ada anak yang dicabuli oleh guru sendiri di
sekolah, sepi komentarnya. Hanya "oknum" saja. Perkara kecil. Ketika guru
sering tinggalkan kelas sehingga
banyak anak yang menjadi korban kekerasan, atau gagal dalam
ujian, sepi komentarnya. Ketika ada kasus2 korupsi dana BOS, sepi komentarnya. Ketika
ada guru yg "balas dendam" terhadap siswa dgn turunkan nilainya, sepi
komentarnya. Tapi kl kaki SATU anak naik ke meja guru, ramai sekali
komentarnya. Kenapa tidak bilang "oknum siswa" dan biarkan sekolah
tangani sendiri? Ternyata, sikap "cuek" itu hanya untuk kasus
pemerkosaan, sodomi, pembunuhan dan korupsi dana BOS. Hormat terhadap simbol
meja guru amat penting. Kondisi hidup anak bangsa tidak. Welcome to Indonesia.
Negara penuh simbolisme kosong, dengan rakyat yang bermuka dua. Katanya peduli
pada masa depan bangsa, tapi kaki di atas meja dapat perhatian lebih besar
daripada kasus anak yang diperkosa bergilir oleh 8 anak sekolah yg lain. Kasihan
anak Indonesia, hidup di tengah orang dewasa seperti kita.
-Gene Netto
Siswa SMA yang Merokok dan Angkat Kaki ke Meja di Samping
Guru Dihukum Skorsing 2 Minggu
No comments:
Post a Comment