Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

02 July, 2017

Apa Bedanya Guru Di Negara Demokrasi Dan Diktator?



[Komentar]: “Gaji guru di Australia 55 juta/ bulan kok kerjaannya kritik pemerintah?”

[Gene]: Mohon maaf, tapi anda tidak lahir di negara yang punya sejarah ratusan tahun demokrasi, spt Australia, Selandia Baru, Inggris, Kanada dll. Di negara2 demokrasi, fungsi guru adalah utk melayani siswa, menjaga siswa, menolong siswa, membela siswa, menjadi advokat utk kepentingan siswa, atas nama (dan untuk) orang tua siswa dan masa depan negara.

Di negara2 dgn sejarah “diktator” seperti Rusia, Cina, Mesir, Korea Utara, Iraq, Indonesia (sebelum 1998) dll. fungsi para guru adalah utk taati pemerintah, dan menciptakan siswa yang juga taati pemerintah. Ketika Soeharto berkuasa, berani lawan Soeharto = masuk penjara. Jadi guru yg berani “melawan” pemerintah = siap dimutasi, dipecat, dll.

Jadi di kebanyakan negara demokrasi, calon guru di Fakultas Pendidikan justru diajarkan bahwa fungsinya adalah utk kerja DEMI KEPENTINGAN SISWA, orang tua, masa depan negara, dan BUKAN utk menjadi pesuruh pemerintah, yang diam, taat, takut, dan berharap digaji kl manggut2. Guru kerja utk rakyat, dan dibayar dgn UANG RAKYAT. Tidak ada pejabat yang buka dompet utk bayar gaji guru. Orang tua yang bayar gaji guru. Jadi guru kerja utk orang tua dan masyarakat. Bukan pemerintah.

Guru dianggap punya peran penting dalam memajukan rakyat, siapkan generasi mendatang, jaga negara, dan bantu awasi pejabat agar tidak muncul diktator (lokal atau nasional), dll. Jadi para guru mengajar siswa untuk TIDAK DIAM DAN TAAT dgn pemerintah. Guru malah ajarkan siswa untuk menjadi berani, berpikir sendiri, berbeda pendapat, menegakkan kebenaran dan keadilan dgn satu hukum utk semua, pantau pemerintah dan pejabat, dan berikan kritikan agar pemimpin tidak menyimpang.

Jadi di negara2 demokrasi, anda akan melihat anak sekolah, guru dan orang tua sangat aktif dalam membuat petisi, kirim surat, komentar di media, berdebat, bahkan demo dan mogok belajar/mengajar (kl terpaksa), karena mereka berani melawan yg buruk, dan mendukung yg baik. Para GURU yang mengajarkan siswa utk hidup dan berpikir seperti itu. Apa para guru di Indonesia juga bersedia kerja demi kepentingan siswa, orang tua dan kemajuan negara? Atau lebih mau diam dan taat dgn pemerintah saja? Ingat: Gaji para pejabat pemerintah berasal dari uang pajak orang tua! Jadi siapa sebenarnya yang paling layak “berkuasa”? Yang bayar (orang tua)? Atau yang dibayar (pejabat)?

Tiga juta guru Indonesia, kl BERSATU, dan kerja demi kemajuan para siswa, dan kemajuan negara, bisa menjadikan Indonesia salah satu negara terkuat dan terbaik di dunia. Tetapi kalau hanya mau pikirkan diri sendiri, dan selalu takut pada “pejabat”, maka Indonesia tidak pernah akan maju. Semoga bermanfaat sebagai renungan. 
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...