Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

02 July, 2017

Diskusi dengan Anak Pesantren yang Mau Menjadi Hafiz Qur’an



Assalamu’alaikum wr.wb., Di bulan Ramadhan, saya buka puasa dan diskusi dgn anak2 pesantren yg sedang belajar untuk menjadi Hafiz Quran. Saya tanya, tujuannya menjadi Hafiz Qur’an apa? Dan tidak ada satupun yg bisa langsung jawab. Mereka bingung. Saya jelaskan, saya belum jadi Hafiz, tapi insya Allah saya sudah bisa mengamalkan Al Qur’an. Sudah ratusan orang yang masuk islam dgn saya, kembali dari murtad, tidak jadi murtad, mulai shalat setelah 30 tahun tidak shalat, dan mulai santuni anak yatim karena saya ajarkan, dan sebagainya. Saya tidak bisa ingat semua orang (mungkin ribuan) yang pernah konsultasi agama dgn saya, dan mereka mengaku dapat solusi lewat diskusi dgn saya.

Anak2 pesantren itu belum bisa lakukan yang setara. Mereka ingin hafalkan Al Qur’an, tapi saya yg mengamalkan langsung dgn umat Islam. Jadi kondisi mereka dan saya sebagai "pelengkap" atau saling melengkapi, karena orang Muslim punya tugas beda2. Mereka yang jaga Al Qur’an dgn menghafalnya, dan saya menolong umat Islam dengan menyebarkan kandungan Al Qur’an kepada orang yang perlu bantuan. 

Saya jelaskan bahwa mereka harus punya cita-cita untuk melakukan hal yang sama dengan saya, dan melebihi saya, dengan mengamalkan Al Qur’an untuk mendidik banyak orang (terutama yang hidup jauh dari Allah). Dan saya juga harus seperti mereka, menghafal Al Qur’an untuk menjaganya. Tapi yang penting adalah untuk tidak melihat “hafalan Al Qur’an” sebagai tujuan. Itu hanya satu tahap. Mendapatkan ilmu dan hafalan Al Qur’an itu bukan AKHIR dari sebuah proses, tapi hanya satu tahap dalam proses mengamalkan Al Qur’an kepada orang Muslim dan juga non-Muslim.

Dan saya bertanya, kl tidak bisa berbahasa Inggris, bagaimana bisa berdakwah terhadap orang asing? Dan kl tidak bisa berbahasa Inggris, ilmu yg dimiliki akan berhenti di Indonesia saja, karena sulit dibawa ke manca negara. Itu yang terjadi dengan kebanyakan kyai dan ustadz Indonesia sekarang. Ilmu mereka luar biasa, tapi hanya orang di sini yg bisa mengaksesnya. Kuncinya adalah santri (dan umat Islam) harus belajar bahasa2 asing, terutama bahasa Inggris. Lalu melakukan dakwah agar orang asing bisa memahami Islam yang sebenarnya dan mau bersahabt dgn kita, daripada bermusuhan.

Kalau belajar dgn tujuan seperti itu, insya Allah hasilnya adalah kemajuan umat Islam sedunia, dgn Indonesia sebagai pemimpin. KALAU kita bisa siapkan umat Islam utk menjadi pemimpin dunia. Setuju?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...