Banyak anak mulai rokok karena melihat
iklan. Setelah menjadi kecanduan, anak habiskan uang dgn sia-sia, merusak
kesehatan, jatuh sakit, berobat dgn BPJS setelah kena kanker, dan merugikan
masa depan bangsa. Sikap pemerintah adalah: “Silahkan sebarkan iklan rokok di
setiap jalan. Silahkan jual rokok secara bebas di mana-mana. Silahkan anak2
menjadi kecanduan dan sakit. Dan, terima kasih banyak amplopnya! Masa depan
negara? EGP! Kami sudah dapat amplop!”
Orang tua merokok, guru merokok, ustadz
merokok, orang merokok di luar dan juga di dalam masjid, orang merokok di
angkot dan bis kota, iklan di setiap jalan, iklan di tivi, dan seterusnya.
Kasihan anak Indonesia. Tidak ada mau melindunginya utk berikan masa depan yang
sejahtera.
-Gene Netto
40 Persen Anak Mulai Merokok karena Iklan
VIVA.co.id – Kasus rokok di
kalangan anak-anak kian mengkhawatirkan. Meskipun promosi rokok lewat iklan,
baik televisi dan visual telah diatur lewat undang-undang, namun dampak negatifnya
terhadap anak-anak masih bisa dirasakan.
Dari survei yang dilakukan Komnas
Perlindungan Anak pada tahun 2013 terhadap iklan rokok menunjukkan angka yang
mengkhawatirkan tercatat 90 persen remaja terpapar iklan rokok dan
tertarik dengan konten yang disajikan. Sementara itu, dari 90 persen tersebut,
40 persennya akhirnya mencoba merokok.
Upaya promosi dan sponsor event yang
dilakukan oleh pihak perusahaan rokok dengan menjadikan anak-anak Indonesia
sebagai target dinilai oleh Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari sebagai
bentuk investasi jangka panjang perusahaan.
Dia menyebut, pada prinsipnya anak-anak
yang dijadikan target pemasaran industri rokok karena industri rokok tidak
ingin kehilangan bisnisnya, sebab orang yang sakit dan meninggal itu akan baru
berhenti merokok, sehingga mereka perlu mencari perokok pengganti, yakni
anak-anak.
No comments:
Post a Comment