Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

19 September, 2017

Apa Allah Maha Adil, Kalau Orang Kafir Tidak Dapat Hidayah Lalu Masuk Neraka?

[Pertanyaan]: Saya sering mendapat saran untuk jangan pakai logika dalam memahami Islam. Ada orang yang dapat hidayah dan menjadi Muslim, tapi yang lain tidak dapat hidayah, menjadi non-Muslim, dan masuk neraka? Bagaimana Allah bisa menjadi Maha Adil kalau takdir masuk neraka sudah ditentukan dari awalnya?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb., Mohon maaf, tapi teman2 anda salah. Logika tetap dipakai dalam Islam. Tapi mungkin mereka tidak biasa pakai logika dalam berikan argumen dan pelajaran, jadi mereka hanya bisa suruh anda jangan pakai logika dalam memahami Islam. Saya katakan sebaliknya: logika harus dipakai.

Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Allah yang ciptakan alam semesta. Allah yang ciptakan manusia. Allah yang ciptakan Surga dan Neraka. Allah yang menjadi pemilik terhadap segala sesuatu yang ada. Allah menciptakan ujian di bumi ini bagi manusia. Allah yang membuat aturannya utk ujian ini. Allah yang berhak menilai siapa yang lulus dan siapa yang gagal. Sudah jelas? Semuanya logis, insya Allah.

Kalau peserta dalam sebuah “lomba tidak setuju dengan aturan lomba, apa yg bisa dia lakukan? Bisa protes, dan minta pemilik lomba mengubah aturan. Kalau ditolak, peserta bisa mundur dari lomba sebagai bentuk protes. Dalam konteks kehidupan kita, bentuk dan sifat lomba ini (yaitu ujian di dunia) dibuat oleh Allah. Aturan dibuat oleh Allah. Kemenangan ditentukan oleh Allah. Hadiah utama (Surga) ditentukan oleh Allah. Siapa yang jadi pemenang, dan bagaimana caranya, ditentukan oleh Allah. Dan sekaligus Allah cap Diri Sendiri sebagai Tuhan Yang Maha Adil.

Kalau kita protes karena tidak suka aturan Allah, tidak ada ada efek karena Allah tidak akan mengubah aturannya. Jadi kita hanya bisamundurdari ujian ini. Caranya sederhana: ciptakan sendiri alam semesta yang berbeda, pindah ke bumi yang berbeda di sana, membuat ujian yg berbeda, dan ciptakan Surga yang berbeda sebagai tujuan akhir kehidupan. Sederhana kan? Tetapi kalau tidak bisa, hanya ada satu pilihan “protes” lain yaitu bunuh diri. Dan Allah sudah membuat aturan: yang bunuh diri akan masuk neraka!

Pindah ke alam semesta lain tidak bisa, bunuh diri tidak boleh, jadi hanya ada sisa satu lagi yaitu PASRAH dan MENERIMA ujian ini, walaupun mungkin tidak disenangi. Surga milik Allah. Mau masuk Surga, harus taat dengan aturan Allah sebagai syarat masuk karena alam semesta ini milik Allah, bukan milik kita.

Allah tidak terikat pada konsep “waktu” kita. Riwayat hidup semua orang diketahui Allah sebelum orang itu lahir. Allah tahu banyak orang tidak akan beriman, SEBELUM mereka memilih utk tidak beriman. Jadi Allah biarkan mereka memilih jalan itu. Contohnya, ada orang Quriash yang melihat Rasulullah SAW pecahkan bulan di depan mata mereka (suatu mu’jizat yang mereka minta sendiri), dan mereka tetap kafir. Dan Allah tahu mereka akan kafir, walaupun melihat mu’jizat itu. Allah tidak memaksakan mereka menjadi kafir, tapi Allah sudah tahu mereka akan kafir. Jadi mereka tidak “dapat hidayah” karena mereka sendiri tidak ingin dapat hidayah. Hidayah hanya disediakan bagi orang yang mencarinya, bukan utk semua orang. Jadi insya Allah konsep ini logis, kalau percaya kepada Allah Yang Maha Tahu.

Kalau mau bahas pengertian kita terhadap “keadilan” dan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Adil, harus dipahami dulu tentang siapa yang berhak membuat definisi “adil”? Allah-lah yang menjadi pemilik keadilan, karena seluruh alam semesta ini adalah milik Allah. Bumi ini, badan kita, harta, isteri dan anak kita juga milik Allah. Tidak ada di alam semesta ini yang dimiliki orang selain Allah SWT.

Jadi ujian yang sedang kita jalankan, dan aturan utk lulus dari ujian ini, dan izin untuk masuk Surga nanti juga dimiliki Allah dan menjadi hak mutlak Allah untuk ambil keputusan sendiri. Itulah keadilan yang sebenarnya. Bukan definisi kita. Kalau kita merasa berhak menentukan “keadilan”, silahkan. Ciptakan dulu alam semesta yang berbeda, di mana anda punya hak mutlak untuk ambil keputusan terhadap barang ciptaan anda!
Semoga bermanfaat, Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

2 comments:

  1. Kalau perlu tambahan, silahkan baca ini juga:

    Apa Allah Tidak Adil Terhadap Orang Kafir Yang Baik Hati?
    http://www.genenetto.com/2014/04/apa-allah-tidak-adil-terhadap-orang.html

    ReplyDelete
  2. Terimakasih atas pencerahanya, sangat menginspirasi

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...