Di Jepang, jutaan anak SD bisa berangkat sendirian ke sekolah setiap pagi, dgn jalan kaki, naik kereta api, naik bis, lewat jembatan, dll. Anak usia 6 tahun ke atas cukup aman di tempat umum. Di Indonesia tidak. Di setiap saat, anak SD bisa menjadi mangsa. Dan orang tua baru sadar SESUDAH menjadi kasus! Untuk kebanyakan anak SD, tidak ada pendidikan seks dan tidak ada pendidikan utk TIDAK TAAT dgn pria dewasa yang panggil ke tempat sepi dgn suatu janji akan berikan hadiah. Anak selalu dididik utk DIAM DAN TAAT di sekolah, dan banyak guru dan orang tua tidak suka anak yang “berani melawan”. Anak yang baik adalah anak penurut, yang taat tanpa berpikir atau protes. Para pelaku kejahataan terhadap anak juga sangat senang dgn budaya itu.
Dua tusuk sate, atau 2 ribu rupiah sudah
cukup utk mengoda anak kecil di sini. Kapan para pemimpin negara akan
perhatikan luasnya bahaya terhadap anak kecil, dan bertindak utk menyelamatkan
semua anak Indonesia yang belum menjadi korban. Apa menunggu anaknya orang elit
menjadi korban dulu?
-Gene Netto
Tergiur Sate Ayam, Siswi SD Dicabuli
Sebelum Sekolah
Senin, 14 Agustus 2017 | TEMPO.CO, Kediri -
Seorang penjual sate mencabuli siswi kelas satu sekolah dasar di toilet masjid.
Dengan iming-iming dua tusuk sate, Pelaku melecehkan korban, yang akan
mengikuti pelajaran di sekolah. Saiful Arifin, 26 tahun, seorang penjual sate
ayam, memperdaya dan melecehkan secara seksual siswi kelas satu sekolah dasar
di Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri. Korban dipaksa melakukan oral seks
dengan kedua mata dibekap menggunakan kain lap.
HARI TRI WASONO
No comments:
Post a Comment