Ini sebuah puisi yang terkenal di negara barat:
Pertama mereka datang untuk [tangkap] orang komunis,
dan saya tidak berbicara karena saya bukan orang komunis.
Kemudian mereka datang untuk [tangkap] anggota serikat buruh,
dan saya tidak berbicara karena saya bukan anggota serikat buruh.
Kemudian mereka datang untuk [tangkap] orang Yahudi,
dan saya tidak berbicara karena saya bukan seorang Yahudi.
Kemudian mereka datang untuk [tangkap] saya,
dan tidak ada orang yang tersisa untuk berbicara bagi saya.
Assalamu’alaikum wr.wb. Mungkin banyak orang belum pernah baca puisi terkenal ini. Ditulus oleh seorang pastor Jerman bernama Martin Niemöller pada tahun 1946. Waktu Adolf Hitler dan partai Nazi bangkit, Niemöller dukung mereka. Saat orang komunis ditangkap dan dipenjarakan, Pastor Niemöller diam, karena dia bukan orang Komunis. Lalu, Nazi tangkap anggota serikat buruh, dan Niemöller diam, karena bukan anggota serikat buruh. Lalu, Nazi tangkap semua orang Yahudi, dan Niemöller diam karena bukan orang Yahudi.
Lalu Hitler mengatakan pemerintah harus berkuasa di atas agama, dan Pastor Niemöller mulai mengritik Hitler, tapi sudah telat. Jadi pada saat Niemöller sendiri dipenjarakan, tidak ada pihak lain yang tersisa, yang berani berbicara dan protes atas nama dia. Orang lain diam, karena "mereka bukan pastor".
Kejadian nyata ini dipelajari di sekolah di negara barat. Kalau rakyat diam, dan membiarkan pihak tertentu dalam pemerintah membuat aturan semaunya, dan anggap anggota rakyat sebagai "musuh", tanpa peduli pada keadilan, atau aspirasi rakyat, maka pada saat pihak itu mau penjarakan kita juga, disebabkan afiliasi kita, tidak ada sisa orang yang berani bicara untuk melindungi kita!
Zaman dulu di negara2 barat, orang yang "menghinakan pemimpin" kena hukuman keras. Bisa disiksa, dipenjarakan, atau dibunuh. Tidak ada kebebasan bicara. Rakyat jadi korban kedzholiman terus. Kalau berani mengritik, dianggap orang subversif yg menghinakan pemimpin dan pemerintah. Lalu negara2 itu berubah, disebabkan pengalaman buruk itu. Rakyat diberikan hak bicara bebas, selama hanya "bicara" dan tidak "bertindak".
Terbukti, mayoritas dari rakyat tidak mau menghinakan pemimpin. Rakyat belajar bersikap dewasa dalam diskusi, dan pemerintah tidak menjadi sibuk melindungi orang dari "perasaan sakit hati". Sistem kebebasan bicara itu muncul dari sejarah yang gelap, dan terbukti lebih besar manfaatnya kalau rakyat boleh bebas, daripada pikiran dan ucapan rakyat harus "dikontrol" oleh pemerintah. Coba anda pikirkan. Sistem mana yang terbaik untuk kemajuan bangsa Indonesia? Mau ulangi sejarah buruk itu, atau mau belajar dari kesalahan orang lain dan memberikan kebebasan, sambil mendidik rakyat berdiskusi dewasa? Atau harus menunggu anda sendiri menjadi korban, baru berani protes, seperti Pastor Niemöller?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
[Ini versi bahasa Inggrisnya]:
First they came…
First they came for the communists,
and I didn't speak out because I wasn't a communist.
Then they came for the trade unionists,
and I didn't speak out because I wasn't a trade unionist.
Then they came for the Jews,
and I didn't speak out because I wasn't a Jew.
Then they came for me
and there was no one left to speak out for me.
- Martin Niemöller
https://en.wikipedia.org
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment