"Saya mulai dari nol di pendidikan dan saya akan belajar sebanyak-banyaknya selama ini." (Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim – Oktober 2019).
Dalam video pertama Pak Nadiem, dia mengaku mulai dari nol karena tidak mengerti apa-apa tentang pendidikan, dan minta dididik. Coba kita merenung dulu dan membawa konsep itu ke bidang yang lain. Misalnya, seorang menteri pertahanan baru, yang sebelumnya pengusaha busana wanita, menyatakan, "Saya mulai dari nol di bidang militer. Tolong para jenderal mendidik saya. Apa sih itu granat?" Seorang menteri yang menyatakan dia tidak mengerti apa-apa dan mulai dari nol adalah permulaan yang buruk dan tidak masuk akal.
Pak Nadiem juga minta dididik. Katanya, "Rencana saya utk 100 hari adalah duduk dan mendengar. Berbicara dengan pakar2 yang ada di depan saya ini, yang telah bertahun-tahun berdampak kepada kualitas pendidikan di Indonesia dan belajar dari mereka."
Dampak mereka apa pada kualitas pendidikan? Bukannya "rahasia umum" banyak kementerian penuh korupsi? Para petinggi yang korupsi di semua kementerian adalah pihak yang ikut merusak Indonesia, sambil mencuri uang rakyat untuk memperkaya diri. Presiden dan menteri diganti, tapi staf kementerian telah menjalankan "sistem mereka" selama puluhan tahun!
Dalam pemerintahan pertama Jokowi, seorang staf menteri di sebuah kementerian mengatakan orang dari eselon 1 berikan daftar proyek. Menteri, 4 staf khusus, dan 4 staf ahli disuruh memilih proyek sepuasnya, dan PT yang mereka tunjuk dijamin menang tender. Sisa proyek dibagikan antara eselon 1. Di kementerian yang lain, seorang staf menteri mengaku ada korupsi di semua lapisan, tapi dia menolak menyebutkan contoh. Kalau saya bisa dapat kisah nyata seperti itu, secara logis, ada ribuan orang yang tahu tentang korupsi di kementerian, tapi mereka diam saja.
Apa sistemnya masih begitu? Atau semuanya berhenti korupsi secara ajaib pada minggu kemarin? Kalau 10 staf "mendidik" Pak Menteri, dan 5 orang terlibat korupsi tapi tidak ketahuan yang mana, dia mau ikuti saran siapa? "Revolusi Mental" menurut staf yang korupsi itu berarti "menciptakan cara kreatif mencuri uang rakyat tanpa risiko ditangkap KPK".
Kalau rakyat Indonesia menganggap banyak kementerian penuh korupsi, dan ada menteri baru mau "belajar" dari staf yang kontrol sistem itu, maka sebaiknya 3 juta guru, 50 juta siswa, dan 100 juta orang tua jangan terlalu berharap kepadanya. Ratusan masalah terkait pendidikan, sekolah, guru, dan anak di Indonesia akan tetap sama. Soalnya, Pak Menteri atas pengakuannya sendiri mulai dari nol dan tidak mengerti apa-apa.
-Gene Netto
Video: Nadiem Makarim: Rencana 100 Hari Saya Mendengar Para Pakar Pendidikan
KPK Temukan Korupsi Paling Banyak di Sektor Pendidikan
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment