Jumat kemarin saya batuk keras. Saat shalat Jumat, saya sengaja
berangkat telat ke masjid karena takut mengganggu orang lain. Karena masjid penuh,
saya berdiri di luar dengan banyak bapak yg lain. Saat mau shalat, saya coba
maju utk masuk ke dalam masjid. Ternyata saya bisa maju 25 shaf. Tapi dengan cara dorong2 untuk melewati
badannya semua bapak di depan saya. Ketika muncul lubang di tengah shaf, banyak
sekali bapak memilih untuk DIAM DI TEMPAT. Mungkin mereka malas maju karena
sudah taruh sejaddah. Atau karena berdiri di bawah kipas angin. Lalu ada orang
lain. Bawa sejaddah tidak, berdiri di bawah kipas angin juga tidak. Alasan
mereka tidak mau maju apa? Ada lem di bawah kakinya?
Saya harus benar2 dorong utk lewati banyak bapak yang
berdiri berdekatan. Mereka tidak peduli pada saudaranya yang berdiri di luar
dan belum masuk masjid. Dan para pengurus juga buru2 takbir utk mulai shalat.
Tidak pernah dicek apa orang di luar sudah dapat tempat sujud atau tidak. Saya
pernah melihat dua anak remaja tinggalkan masjid karena shalat Jumat dimulai
tapi mereka tidak berhasil masuk. Setiap orang memikirkan diri sendiri, orang
sebelah yang seharusnya dianggap saudara dan tetangga tidak dipikirkan. Inilah
"umat Islam"? Inilah persaudaraan? Ini yang dikatakan Nabi,
"Ibaratnya satu tubuh"?
Tidak ada persatuan yang bisa dibangun di tengah kaum yang
melihat orang sebelah dan merasa "direpotkan" dgn kehadiran orang
itu. Persatuan muncul ketika setiap satu orang siap "berkorban" demi
kepentingan yang lain. Berkorban dgn angkat sejaddah dan melangkah. Berkorban
dengan maju dan tinggalkan kipas angin. Berkorban dengan memikirkan orang di
luar, yang belum berhasil masuk masjid. Kalau tidak siap berkorban untuk
saudara Muslim yang lain, buat apa mengatakan mereka adalah saudara?
-Gene Netto
No comments:
Post a Comment