Assalamu’alaikum wr.wb.,
Penciptaan anjing sama spt penciptaan buah haram di sorga.
Nabi Adam bebas makan apa saja, bebas melakukan apa saja, yang diharamkan hanya
satu. Buah itu. Lalu Setan datang, bisik2, suruh Nabi Adam pakai akal, berpikir
ttg kenapa tidak boleh makan, dan Setan yakinkan Nabi Adam bahwa hasilnya akan
baik kl dimakan. Nabi Adam berpikir dgn akalnya, lalu makan. Dia lakukan yang
jelas dilarang, padahal tidak ada keraguan sama sekali bahwa buah itu dilarang.
Nabi Adam terima perintahnya langsung dari diskusi bersama Allah SWT.
Anjing juga sama. Memang ada sedikit perbedaan pendapat di
kalangan ulama ttg anjing, najis, hal yang batalkan shalat, hal yang batalkan
puasa, dan ratusan topik lain. Yang namanya fiqih selalu ada perbedaan
pendapat. Tapi itu tugasnya ULAMA untuk membahasnya dan berikan kesimpulan.
Tugas kita adalah utk dengarkan ulama, terima anjuran dari mereka dan
BERHATI-HATI. Utk Nabi Adam, hanya ada 1 yg dilarang, dan jelas. Untuk kita ada
ratusan hal yang dilarang, dan tentu saja sulit untuk memahami "apa yg
benar". Tapi kalau mau AMAN supaya bisa LULUS dari UJIAN di dunia ini,
maka, ambil sikap yang hati2.
Jangan mulai dgn sikap: "Saya suka anjing, anjing baik, anjing tidak kotor, saya mau cari ulama mana yang izinkan saya simpan anjing di kamar, karena ulama itu pasti benar!" Tetapi sebaiknya mulai dgn sikap: "Saya tidak tahu apa yang benar dan salah, saya akan baca pendapat dari semua ulama, dan saya akan berusaha utk mencari yang terbaik, dgn sikap HATI-HATI karena takut salah dan takut merusak ibadah saya!"
Lalu belajar.
Tanya pada ustadz yang kompeten, bukan orang yang asal
bicara di Facebook atau YouTube. Tanya pada guru agama yang lancar dalam bahasa
Arab, dan bisa terangkan fiqih dan tafsir secara baik. Semua guru saya begitu,
dan semuanya suruh saya berhati2 terhadap anjing karena mereka sepakat bahwa
air liur dan tinja anjing adalah Najis Berat. Yang artinya, tidak mudah
dibersihkan, bisa merusak wudhu dan shalat kita, jadi daripada AMBIL RISIKO
SHALAT KITA TIDAK SAH, lebih baik ambil jalan aman dan tinggalkan anjing selama
tidak ada alasan yang kuat untuk memilikinya.
Jadi, dalam konteks itu, simpan anjing di rumah karena suka
anjiing, lalu cari2 ulama mana yang mau izinkan, BUKAN tindakan bijaksana. Shalat
kita terlalu penting, dan harus dijaga. Anjing tidak penting, dan tidak perlu
dipelihara. Jadi kl hanya bisa pilih satu di antaranya, saya akan ambil jalan
yang aman dan pilih "SHALAT YANG BERSIH" daripada ambil risiko ada
shalat yang tidak sah, karena anjing jilat tangan saya dan najis itu tidak
hilang dgn berwudhu saja.
Semoga jelas. Shalat yang penting, anjing tidak penting.
Kalau mau beriman kepada Allah, jangan biasakan diri main2 dgn hukum Allah, dan
jangan pakai akal sendiri utk cari yang gampang dgn alasan ini dan itu "seharusnya
boleh". Setan juga bisa bermuka manis kl mau. Tidak berarti dia pantas
menjadi sahabat sejati. Lebih aman tinggalkan anjing. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
No comments:
Post a Comment