Anak panti yang disodomi di Bali diberitahu
bisa “hamil” dan menjadi takut. Ini terkesan “lucu” karena dia percaya begitu
saja. Di sisi lain, ini menunjukkan bahwa anak SD sangat membutuhkan ilmu
sesuai usianya ttg proses kehamilan. Dan semua anak sejak SD juga butuh
pelajaran bahwa orang lain tidak boleh menyentuh kemaluan mereka, dan lebih dilarang
kl ada ancaman. Anak SD harus diajarkan untuk laporkan hal itu kepada orang
dewasa yang mereka percayai.
Di sini peran orang tua dan guru sebagai
SAHABAT yang ramah terhadap anak menjadi sangat penting. Kl anak takut setelah
disodomi, dan juga takut lapor kepada orang tua atau guru karena mereka juga marah
dan galak, maka makin banyak anak akan hidup dalam ketakutan krn tidak tahu
mesti cari perlindungan ke mana. Kondisi ini tidak boleh kita biarkan, dgn
alasan “bukan anak saya”.
Dibutuhkan orang tua dan guru yang selalu
siap terima info (ttg perkara apa saja) dari anak yang jujur, tanpa selalu
menjadi marah dan menghukum si anak. Kebiasaan banyak orang dewasa yang cepat
marah, cepat menyalahkan dan menghukum anak hanya membuat mereka takut dan
tidak percaya pada orang dewasa di sekitarnya.
Juga perlu dipahami bahwa anak panti ini
pernah dicabuli SEBELUM berangkat sekolah. Apa di sekolah dia menjadi “anak
manis” dan selesaikan semua tugas dgn baik? Atau menjadi anak bermasalah,
karena merasa tidak ada yang mau melindungi dia? Semoga teman2 yang menjadi orang
tua dan guru, yang suka marah terhadap anak, mau introspeksi.
-Gene Netto