Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

09 April, 2015

Anak Indonesia Bukan Robot!



Dalam diskusi antara orang tua dgn 2 guru kelas, yang mau bahas kemajuan anak yang jauh dari optimal, ada frase menarik yang muncul berkali2 dari gurunya: “sesuai target”. Artinya, ada kurikulum, ada target, sekian banyak informasi harus masuk otak anak “sesuai target”. Walaupun usia anak 7-8 tahun, semuanya harus “sesuai target”.

Dan kalau anak tidak bisa menerimanya “sesuai target”? Ohh, tidak ada masalah. Bapak dan ibu tolong kirim anaknya ke les, agar setelah belajar matematika dan bahasa Inggris setiap hari di sekolah, bisa pulang dan les 3 jam lagi untuk belajar matematika dan bahasa inggris...! (Buat apa bersekolah?!)

Semua guru seharusnya menjadi “anggota profesi guru”. Kalau anggota dalam sebuah profesi dituntut melakukan hal yang dinilai tidak baik dan tidak profesional, maka seharusnya “dilawan” dgn cara yang baik dan benar, karena memikirkan hasil yg optimal. Bagaimana kl anggota profesi yang lain disuruh kerja dgn cara yang sama? Apa mereka diam dan terima, dan asal laksanakan, agar “sesuai target” juga?

Hakim mempercepat sidang karena ada target harus selesaikan sidang dalam sehari. Semua saksi diberikan waktu 10 menit untuk bicara. Keadilan bukan prioritas. Proses sidang harus “sesuai target”. Dokter selesaikan operasi, dan langsung operasi lagi tanpa istirahat. Ada target harus selesaikan sekian banyak operasi per hari. Setiap operasi dibatasi 1 jam saja. Keselamatan pasien bukan prioritas. Jumlah operasi harus “sesuai target”.

Mau berapa banyak contoh lagi? Tentu saja hal2 spt itu tidak mungkin terjadi di bidang2 lain. Tapi kl terjadi di bidang “pendidikan”, teman2 guru yang seharusnya menjadia anggota profesi dan “ahli pendidikan” memilih untuk “diam dan taat” dan kejar target agar tidak kena masalah. Dan siswa diajarkan untuk “diam dan taat, dan kejar target”. Tujuan bersekolah adalah Ranking Satu! Bukan menjadi anak istimewa yang dilahirkan oleh Tuhan yang Maha Esa dgn bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Lalu anak tumbuh dgn pemikiran “diam, taat, sesuai target, jangan berbeda sendiri”, dan menjadi orang dewasa dan anggota masyarakat. Hasilnya?

Kita harus mengubah cara berpikir seperti ini, demi keselamatan 80 juta anak Indonesia yang akan menjadi DEWASA dan penerus bangsa dan umat nanti. Jangan bebankan mereka dengan kehidupan penuh target yang hanya punya satu jadwal utk semua anak. Kalau anda setuju dgn cara berpikir “sesuai target” itu, tidak usah melahirkan anak lagi. Bikin robot saja! Anak Indonesia bukan robot!  Mari kita bersatu untuk selamatkan anak Indonesia dari “robotisasi”!

Wassalam,
Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...