Menyedihkan. Mau katakan apa? Berapa persen
dari guru Indonesia yg tidak belajar P3K? Saat saya belajar menjadi guru di
Australia, semua mahasiswa diajarkan “prinsip utama” bagi para guru: “Siswa Harus
Selamat”. Disiplin tinggi, ranking, prestasi, hasil ujian, PR, seragam, semuanya
menjadi tidak penting kl siswa tidak bisa AMAN DAN SELAMAT. Hasilnya? Lebih
dari 90% guru di Australia belajar P3K dan kematian siswa di sekolah nyaris
tidak terjadi.
Sedangkan teman2 guru di Indonesia sibuk
fokus pada disiplin tinggi, ketaatan pada aturan, dan sering tunjuk diri
sendiri sebagai “korban” karena ada beban administrasi, masalah kurikulum, dan
uang sertifikasi yang selalu dibayar telat. Memang utk menjadi guru di sini
banyak kesulitannya. Tapi kalau semua guru mau setuju utk selamatkan siswa di
atas segala2nya, maka dgn sukarela mereka akan mau belajar P3K. Memang tidak
dibutuhkan setiap hari. Tapi ketika muncul SATU HARI itu saja, di mana ILMU itu
dibutuhkan, alangkah baiknya kl ada banyak guru yang mengerti!
Siswa dibawa lari ke Puskesmas? Maaf, itu
sama saja dgn MEMBUNUH siswa itu. Orang yg tidak bisa bernafas karena tersedak
harus dibantu saat itu juga, dgn batas 1-2 menit utk selamatkan nyawanya. Sayangnya,
tidak ada guru di sekolah itu yang berilmu P3K. Ada Pramuka di setiap sekolah,
bukan? P3K menjadi bagian dari kurikulum Pramuka, bukan? Kenapa banyak guru
tetap tidak paham? Apa diajarkan dgn benar, agar bisa langsung dipraktekkan? Atau
diajarkan secara asal saja? Buat apa diajarkan kl tidak ada yang bisa pakai
ilmu itu ketika dibutuhkan?
Kalau guru mau bela diri dan mengatakan “Saya
tidak pernah diajarkan P3K jadi tidak bisa bantu siswa yang tersedak” maka apa
bisa selamatkan siswa ketika terjadi kebakaran? Soalnya guru2 itu juga tidak
diajarkan menggunakan selang utk semprot air pada tembok. Mohon maaf, tapi alasan2
spt itu tidak wajar. P3K hanya butuh beberapa jam saja utk belajar dasar2nya. Kl
ada guru yang malas belajar, artinya dia tidak mau utamakan keselamatan siswa. Jadi
buat apa menjadi guru?
“Maaf Bu! Anak Ibu mati di sekolah. Tapi
nilai matematikanya tinggi. Jadi saya sudah berhasil!” Selamat istirahat Riska
Mutiara Lestari. Kamu tidak pernah lagi dimarahi karena persoalan seragam atau
PR.
Wassalam,
Gene Netto
Lagi Asyik Makan Cilok, Tersedak, Riska
Kemudian Tewas
Reporter : Parwito |
Jumat, 10 April 2015 15:49
Merdeka.com - Malang benar nasib bocah SD
Riska Mutiara Lestari. Gara-gara tersedak saat makan jajanan cilok yang dia
beli di depan sekolahnya, siswa kelas 1 SD Negeri 3 Desa Wonosari, itu tewas. Sebenarnya,
saat Riska menyadari ada makanan yang tersedak di tenggorokannya, guru-guru
sudah coba dilarikan ke puskesmas setempat dengan sepeda motor. Sayang, nyawa
warga Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah itu tak bisa tertolong.
No comments:
Post a Comment